Opini (*) : Menulis Indah Aksara Jawa adalah Meditasi. 

Rajapatni.com: Surabaya (22/4/24) – Shodo adalah ꦠꦸꦭꦶꦱꦤ꧀ꦄꦂꦠꦶꦱ꧀ꦠꦶꦏ꧀ tulisan artistik yang berasal dari karakter atau huruf Jepang. Menulis indah ini tertuang pada satu lembar kertas dengan menggunakan tinta dan kuas. Hasil tulisan ini menunjukkan tebal tipis anatomi aksara. Luwes, tidak kaku.

Dalam tradisi dan yang diyakini oleh masyarakat ꦗꦼꦥꦁ Jepang, dalam menulis indah Shodu, ada keterlibatan dan bersatunya tubuh dan pikiran bersatu. Pada tahapan ini, diyakini oleh warga Jepang, seseorang itu semakin dekat dengan pengertian Mushin, dimana pikiran dalam keadaan jernih .

Menulis indah aksara Jepang, Shodu. Foto: Japanesestation/nng PAR

Menurut literasi Japanesestation.com, Mushin sering digambarkan sebagai keadaan tanpa pikiran, tingkat ꦱ꧀ꦥꦶꦫꦶꦠꦸꦮꦭꦶꦠꦱ꧀ spiritualitas yang tinggi dan hati bebas dari segala gangguan. Tenang dan damai. Ini bisa digambarkan bagai dalam keadaan meditasi. Jadi menulis indah Shodu adalah sebuah proses meditasi.

Sementara, ꦩꦺꦣꦶꦠꦱꦶ meditasi adalah salah satu bentuk latihan untuk memusatkan dan menjernihkan pikiran, sehingga seseorang bisa merasa lebih tenang, nyaman, dan produktif.

Menulis Akasara Jawa. Foto: ist/dok nng

Praktik ini umumnya dilakukan dengan cara duduk tenang, memejamkan mata, dan mengatur pernapasan perlahan-lahan dan teratur. Kadang kadang didukung oleh ꦄꦫꦺꦴꦩꦠꦺꦫꦥꦶ aroma terapi untuk memusatkan pikiran. Ternyata menulis indah semacam ini juga merupakan proses meditasi.

Gores garis dan lekuk pada Aksara Jepang tak ubahnya anatomi Aksara Jawa. Dalam Aksara Jawa juga ada tradisi seni ꦏꦭꦶꦒꦿꦥ꦳ꦶ kaligrafi, umumnya terdiri dari sejumlah Aksara yang berformasi menjadi sebuah bentukan. Misalnya membentuk sosok gambar Semar, bunga dan lain lain.

Bisa juga kaligrafi Jawa dibuat seperti ala Jepang, Shodu. Penulisan indah satu Aksara Jawa. Misalnya Aksara Ha. Atau bisa dalam formasi kata, seperti “Sang Hyang” (ꦱꦁꦲꦾꦁ ). Penulisan Aksara Jawanya ini dibuat indah, lebih dari standar font yang ada.

Pertanyaannya, apakah bisa?

Aktivis Aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni bersama pegiat Aksara Jepang pernah menjajal kolaborasi penulisan Aksara Jawa. Foto: wiji PAR

Wiji, praktisi budaya, pelukis dan pegiat Aksara Jawa dari ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, mengatakan bahwa penulisan indah Aksara Jawa sangat memungkinkan dan bisa.

Aksara HA di tangan si kecil, maka jadilah seni aksara Jawa. Foto: nanang PAR

Yang belum ada dan belum pernah dilakukan adalah memadukan antara tradisi Jepang dan ꦠꦿꦣꦶꦱꦶꦗꦮ tradisi Jawa. Dari sisi Jepang yang ternyata didapati bahwa tradisi shodu adalah ekspresi meditasi untuk mendapatkan kejernihan pikiran, ketenangan dan kedamaian.

Kolaborasi budaya Aksara Jawa dan Jepang dalam satu bejana. Foto: wiji PAR

Masing masing Jepang dan Jawa memiliki tradisi budaya dan seni yang kuat. Keduanya juga memiliki tradisi tulis Aksara. Cuma bedanya tradisi tulis ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦏꦚ꧀ꦗꦶ Aksara Kanji (Jepang) jauh lebih kuat dibandingkan dengan tradisi tulis Aksara Jawa.

Tradisi tulis Aksara di Jepang sudah menjadi atraksi seni yang mendatangkan pengunjung. Bagaimana dengan Aksara Jawa.. Masih belum ꦥꦺꦴꦥꦸꦭꦺꦂ populer.

Pertanyaannya adalah bisakah seni tradisi tulis Aksara Jepang ꦧꦼꦂꦏꦺꦴꦭꦧꦺꦴꦫꦱꦶ berkolaborasi dengan seni tradisi tulis indah Aksara Jawa? Anda berhak menjawab. (nanang)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *