Membingkai Jejak Peradaban di Ampel Denta

Budaya

Rajapatni.com: SURABAYA – Ampel Denta, yang sekarang menjadi banyak kampung dengan menggunakan nama nama Ampel, adalah desa kuno di tepian sungai Pegirian sebelum Raden Rahmat (Sunan Ampel) datang pada pertengahan abad 15.

Sejak kedatangan Raden Rahmat, Ampel Denta berubah menjadi pusat pendidikan dan siar agama. Pusat pendidikan ini secara tradisional disebut Pesantren.

Seiring dengan pergantian waktu dan perkembangannya, lahir aturan aturan dalam bertetangga dan bermasyarakat. Secara sosial berkembang pula sistem pemerintahan dan interaksi perdagangan. Maka lahirlah pemuka masyarakat, yang memimpin masyarakat. Bahkan dalam dinamika masyarakat itu terjadi interaksi ekonomi dan perdagangan yang memunculkan saudagar saudagar.

Pada gilirannya di Ampel Denta ini ada pemimpin agama (ulama), pemimpin masyarakat (umaroh) dan penguasa ekonomi dan perdagangan (saudagar). Tiga golongan ini: agama, masyarakat dan perdagangan memberi dinamika Ampel Denta sehingga berubah menjadi banyak Ampel. Diantaranya Ampel Suci, Ampel Gubah, Ampel Kembang dan Ampel Menara. Masih banyak lagi lainnya.

Bukti peradaban kuno tentang adanya pemimpin di Ampel Denta. Foto: nng

Penanda masing masing golongan itu ada di Ampel hingga sekarang. Yaitu terkait dengan jejak keagamaan diwakili dengan masih berdirinya Masjid Ampel. Jejak perdagangan, yang hingga sekarang masih menjadi sentra perdagangan. Sebagai jejak pemimpin diwakili dengan inskripsi pada Gapura Munggah yang berbunyi “Kertining Pandita Winayang ing Ratu” (Tindakan pemimpin dibayangi Raja).

Dengan demikian bisa diketahui dinamika masyarakat Ampel Denta dalam berinteraksi sosial, ekonomi dan religi.

Dalam perkembangannya, Kawasan Ampel memiliki sejarah panjang dalam interaksi sosial antar berbagai kelompok masyarakat, termasuk hadirnya keturunan Arab dan masyarakat lokal. Interaksi ini membentuk pola sosial yang unik dan khas di kawasan tersebut.

Pun demikian dengan dinamika ekonomi yang mana keberadaan pasar tradisional dan pusat perdagangan di sekitar Masjid Ampel menunjukkan dinamika ekonomi yang aktif. Masyarakat Ampel banyak terlibat dalam berbagai aktivitas ekonomi, baik yang berkaitan dengan perdagangan maupun jasa.

Tak kalah ketinggalan adalah dinamika religi yang menjadi titik awal perkembangan peradaban di Ampel Denta. Kini Kawasan Ampel menjadi pusat kegiatan keagamaan Islam, dengan Masjid Ampel sebagai pusatnya. Ajaran dan nilai-nilai Islam yang disebarkan oleh Sunan Ampel membentuk pola pikir dan perilaku masyarakat dalam menjalankan kehidupan beragama.

Analisis dinamika ini penting untuk memahami bagaimana masyarakat Ampel berinteraksi dan beradaptasi dengan perubahan sosial, ekonomi, dan religi seiring waktu. Pemahaman ini juga dapat memberikan wawasan tentang bagaimana nilai-nilai Islam terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Ampel.

Mengerucutkan gagasan dengan langkah kecil untuk mimpi besar. Foto: par

Dinamika ini terbingkai dalam seni sketsa yang akan dilombakan dalam rangka memperingati HUT ke 80 Republik Indonesia. Peringatan ini digagas oleh komunitas aksara Jawa Surabaya, Puri Aksara Rajapatni, yang berkolaborasi dengan Quds Royal Hotel yang berlokasi di kawasan Wisata Religi Sunan Ampel.

Tim kolaborasi. Foto: par

Dari hasil pertemuan pada Kamis (3/7/25) antara kedua belah pihak di Quds Royal Hotel dan dihadiri oleh seniman lukis Edy Marda dan Budi AN, menurut rencana rangkaian peringatan HUT ke 80 Kemerdekaan RI ini akan diisi dengan “Sarasehan Jejak Peradaban Raden Rahmat di Ampel Denta” dan “Festival Kuliner Ampel Denta” di Quds Royal Hotel. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *