Sejarah Budaya:
Rajapatni.com: SURABAYA – “Tembok Koblen” jalan menuju masa depan. “Tembok Koblen” menjadi tema dalam lomba Sketsa dan Lukis Tingkat pelajar SMA dan sederajat untuk memeriahkan HUT ke 732 Kota Surabaya, yang jatuh pada 31 Mei 2025.
Lomba seni ini membuka peluang bagi para pelajar SMA dalam meniti masa depan. Lomba Sketsa dan Lukis bertema ‘Tembok Koblen” menyediakan hadiah berupa Beasiswa penuh di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.

Koblen, yang dikenal dan identik dengan penjaranya pada masa lalu, kini sangat potensial sebagai wadah wisata. Lokasinya di antara tempat tempat bersejarah. Yaitu di sekitaran Bubutan dengan makam dan Gedung Nasional Indonesia, Praban dengan sekolah MULO dan di Utara terdapat Monumen Tugu Pahlawan, di selatan ada Tunjungan dan Peneleh.
Koblen berada di antaranya. Pasar Buah Koblen, yang selama ini terdengar santer, sempat menjadi pembicaraan. Ini karena pasar Buah itu dibangun pada situs Penjara Koblen. Area eks Penjara Koblen ini memiliki luas lahan 3,8 hektar.
Wahana Wisata
Sementara menurut I Wayan Arcana, pengelola eks Penjara Koblen yang sekaligus Manajer PT. Menara Property Development bahwa satu hektar dari 3,8 lahan kosong itu dikembangkan menjadi pasar buah, sebagai penunjang grand design pengembangan eks Penjara Koblen.
“2,8 hektar sisanya itu ke depan akan dimanfaatkan sebagai wahana wisata sejarah, edukasi dan budaya
“Gerbang Nusantara” untuk menggantikan THR, yang sudah tidak ada”, jelas Wayan ketika ditemui di kantornya.
Adaptive Reuse

Apa yang sedang dan akan dilakukan Wayan terhadap aset yang dikelolanya ini merupakan tindakan Adaptive Reuse. Secara umum Adaptive Reuse adalah suatu tindakan dengan membangun kembali bangunan lama untuk fungsi baru. Ini merupakan salah satu upaya ekonomis dalam menyelamatkan bangunan.
Sementara kegiatan di lahan di dalam tembok Koblen tidak mengusik bangunan apapun karena memang disana sudah tidak ada lagi bangunan. Kegiatan pembangunan pasar buah itu ada di atas lahan kosong. Pun demikian dengan grand design nantinya akan menempati lahan kosong lainnya seluas 2,8 hektar.
Sementara struktur tembok batu, yang merupakan sisa dari bangunan Penjara, tetap akan dipelihara dan dijaganya dan bahkan menjadi pelindung dari kegiatan edukasi dan ekonomi yang ada di dalamnya.
“Nantinya kami bahkan akan membangun replika menara jaga sebagai atraksi tambahan dan memperbaiki menara lama. Sementara menara menara yang menjadi satu dengan tembok akan kami perbaiki”, jelas Wayan.
Trophy Miniatur Menara Jaga

Dalam kegiatan Lomba Sketsa dan Lukis ini, juga disediakan trophy berbentuk miniatur Menara Jaga Penjara Koblen, yang terbuat dari kayu buatan pengrajin asal Sampang, Madura.
Kelak miniatur menara jaga penjara Koblen ini menjadi ikon Wisata Koblen. Lomba Sketsa dan Lukis ini adalah awal dalam pemanfaatan dan mengisi ruang di eks penjara Koblen dan Lomba Sketsa dan Lukis ini juga telah mulai membangkitkan pengrajin dalam berkarya.
Selain itu lombanya sendiri bagi para peserta juga menjadi perangsang para muda dan pelajar untuk turut berkontribusi dalam mengisi ruang ruang cagar budaya melalui karya karya seni.
“Kami ingin anak anak muda bisa berbagi perhatian dan kepedulian terhadap sejarah dan cagar budaya melalui ajang lomba yang bertema “Tembok Koblen” ini”, pungkas Wayan. (PAR/nng)