꧌ꦏꦺꦴꦤ꧀ꦱꦺꦥ꧀꧍ Konsep Tata-Titi-Aksara, Bagai Trisula, Senjata Dewa Siwa, Untuk Upaya Perlindungan dan Pelestarian Aksara Jawa.

Rajapatni.com: Surabaya – ꧌ꦩꦼꦟ꧀ꦝꦊꦏꦠꦶꦲꦫꦶꦅꦧꦸꦤꦱꦾꦺꦴꦤꦭ꧀꧍ Mendekati Hari Ibu Nasional yang jatuh ada 22 Desember 2024 adalah sekaligus moment menyambut Hari lahirnya komunitas Aksara Jawa Surabaya, Puri Aksara Rajapatni pertama, yang kala itu jatuh pada 22 Desember 2023. Pada 22 Desember 2024, ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni akan genap 1 tahun.

Peresmian Pendirian Puri Aksara Rajapatni pada 22 Desember 2023 yang ditandai dengan dibukanya kelas Sinau ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa. Foto: dok par

Hadirnya komunitas ini, sesuai dengan Visi Misinya, yaitu untuk melestarikan warisan leluhur bangsa (Jawa) yang berupa Aksara Jawa di Surabaya. Visi ini dapat diraih melalui kegiatan ꧌ꦌꦝꦸꦏꦱꦶ꧍edukasi mengajarkan Aksara Jawa melalui Program Sinau Aksara Jawa (menulis dan membaca) untuk pelajar, ꧌ꦩꦲꦱꦶꦱ꧀ꦮ꧍ mahasiswa dan umum serta mendekatkan Aksara Jawa kepada generasi sekarang sehingga ꧌ꦩꦼꦫꦺꦏ꧍ mereka melek Aksara Jawa.

Melalui kegiatan edukasi ini, ꧌ꦩꦶꦤꦶꦩꦭ꧀꧍minimal mereka bisa mengenal kembali tradisi literasi nenek moyang bangsa Indonesia di tanah Jawa. Upaya ini memang masih ꧌ꦠꦼꦂꦭꦭꦸ꧍ terlalu timpang karena aktivis Aksara Jawa yang bernaung dalam Puri Aksara Rajapatni masih ꧌ꦧꦼꦂꦙꦸꦩ꧀ꦭꦃ꧍ berjumlah sangat dan terlalu terbatas, tidak lebih dari 10 orang, dibandingkan dengan banyaknya warga Kota ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya yang diharapkan kembali mengenal Aksara Jawa, yang lebih idealnya ꧌ꦧꦶꦱ꧍ bisa menggunakan Aksara Jawa.

Itulah tantangannya dan ini adalah fakta bahwa ꧌ꦝꦸꦤꦶꦪꦉꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ dunia Aksara Jawa di Surabaya masih minoritas terbatas. Meski demikian Puri Aksara Rajapatni tidak berkecil hati dan ciut nyali. Malah sebaliknya Puri Aksara Rajapatni ꧌ꦲꦫꦸꦱ꧀꧍ harus wani (berani). 

Berangkat dari hal kecil ini, mereka berani menata dan ꧌ꦩꦼꦝꦶꦠꦶ꧍ meniti aksara hingga menjadi sesosok Arga. Arga merupakan nama yang berasal dari bahasa Jawa, yang berarti “gunung tinggi”. ꧌ꦝꦭꦩ꧀ꦧꦸꦢꦪꦗꦮ꧍ Dalam budaya Jawa, gunung melambangkan kekuatan, pertahanan, dan ꧌ꦏꦼꦩꦼꦒꦲꦝ꧀꧍ kemegahan.

꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni memperkenalkan Aksara Jawa baik secara fisik maupun secara edukatif. ꧌ꦱꦼꦕꦫꦥ꦳ꦶꦱꦶꦏ꧀꧍ Secara fisik, penggunaan Aksara Jawa sudah tersebar di seluruh Kantor Kelurahan, Kecamatan, OPD, Balai Kota dan DPRD Kota Surabaya serta Rumah Sakit Daerah dan ꧌ꦥ꦳ꦱꦶꦭꦶꦠꦱ꧀꧍ fasilitas umum lainnya.

Secara edukatif adalah ꧌ꦩꦼꦭꦭꦸꦮꦶ꧍ melalui pembelajaran Aksara Jawa. Yaitu mengajarkan Aksara Jawa, yang selama ini sudah terbentuk melalui ꧌ꦏꦼꦒꦶꦪꦠꦤ꧀꧍ kegiatan Sinau Aksara Jawa (SAJ) yang digelar di Museum Pendidikan Surabaya atas dukungan Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kebudayaan, ꧌ꦏꦼꦥꦊꦩꦸꦝꦴꦤ꧀꧍ Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar).

Dalam proses kegiatan edukatif ini, disadari bahwa ꧌ꦏꦺꦴꦩꦸꦤꦶꦠꦱ꧀꧍ komunitas Rajapatni mengajak peserta (pembelajar) bisa menata (Tata) dan meniti (Titi) Aksara Jawa dengan baik dan ꧌ꦧꦊꦤꦂ꧍ benar. 

꧌ꦩꦼꦤꦠ꧍ Menata dan Meniti Aksara Jawa ini tidak hanya ekspresi olah kata semata, tetapi merupakan wujud olah rasa ꧌ꦏꦉꦤ꧍ karena tatanan Aksara Jawa ini menyangkut tradisi dan budaya Jawa yang kaya akan ꧌ꦩꦏ꧀ꦤ꧍ makna.

꧌ꦠꦠꦠꦶꦠꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Tata Titi Aksara Jawa adalah aksi penyelamatan, perlindungan dan Pelestarian budaya Jawa, ꧌ꦑꦔꦏ꦳ꦸꦱꦸꦱ꧀ꦚ꧍ khususnya Aksara Jawa.

Tata aksara atau ejaan adalah aturan-aturan dalam ꧌ꦥꦼꦤꦸꦭꦶꦱꦤ꧀꧍penulisan aksara, kata, dan penggunaan pasangan dan sandhangan serta lainnya.

Sementara Titi Aksara adalah meneliti dengan jeli atas susunan (tatanan) Aksara Aksara yang telah ꧌ꦝꦶꦠꦠ꧍ ditata (disusun) dan dengan tatanan yang teliti, maka Tata Titi  Aksara  mampu menyampaikan pesan secara ꧌ꦠꦼꦥꦠ꧀ꦒꦸꦤ꧍  tepat guna. 

Penulisan Aksara dengan baik dan benar akan mampu menyampaikan ꧌ꦥꦼꦱꦤ꧀꧍ pesan yang tepat guna (sasaran) bagai kekuatan pimpinan yang mendelegasikan pesan kepada punggawanya dan rakyatnya. Jadi Aksara ꧌ꦱꦼꦧꦒꦻ꧍ sebagai penyampai pesan harus ditata secara teliti agar menjadi mandat kepada ꧌ꦱꦼꦩꦸꦮ꧍ semua.

Tata Titi sendiri adalah salah satu dari syarat pemimpin yang baik. Tata Titi berarti ꧌ꦥꦼꦩꦶꦩ꧀ꦥꦶꦤ꧀꧍ pemimpin harus bisa menata dan meniti, teliti, dan cermat dalam ꧌ꦩꦼꦤꦠꦤꦼꦒꦫ꧍ menata negara, Pranatanagara. 

Trisula, senjata Dewa Siwa. Foto: amazon.com

Hal serupa adalah dengan Tata Titi Aksara sebagai ꧌ꦩꦺꦝꦶꦪ꧍ media penyampai pesan yang menggunakan Aksara Jawa. Jadi, Konsep Tata Titi Aksara Jawa Bagai Trisula, senjata Dewa Siwa, yang dapat diartikan sebagai alat untuk ꧌ꦈꦥꦪ꧍ upaya penyelamatan, perlindungan dan Pelestarian Aksara Jawa. 

Trisula juga melambangkan kekuatan Dewa Siwa dalam ꧌ꦩꦼꦔ꧀ꦲꦚ꧀ꦕꦸꦂꦑꦤ꧀꧍ menghancurkan kejahatan dan ketidakpedulian di dunia yang dapat pula diartikan ketidakpahaman ꧌ꦎꦫꦁ꧍ orang Jawa terhadap literasi intelektual peradaban nenek moyang Jawa. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *