Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – ꧌ꦫꦶꦮꦪꦠ꧀꧍ Riwayat dua masjid besar di Surapringga (Surabaya) diulas dalam sebuah kitab tua, yang berjudul “Masjid dan Makam Doenia Islam”, yang diterbitkan Balai Poestaka tahun 1932. ꧌ꦩꦼꦭꦶꦲꦠ꧀꧍ Melihat judulnya, masjid Ampel dan Kemayoran bukan hanya dua duanya masjid yang ꧌ꦝꦶꦈꦭꦱ꧀꧍ diulas tetapi juga ada masjid masjid tua lainnya di Jawa.

꧌ꦏꦶꦠꦧ꧀꧍ Kitab ini ditulis dalam dua aksara dan bahasa. Menggunakan Aksara Jawa dalam ꧌ꦧꦲꦱꦗꦮ꧍ bahasa Jawa dan Aksara Latin untuk bahasa Melayu.

Pada tahun ꧌ꦥꦼꦤꦼꦂꦨꦶꦠꦤ꧀꧍ penerbitan 1932, Indonesia masih dalam pendudukan Bangsa Belanda, dan nama negeri ini masih disebut ꧌ꦲꦶꦟ꧀ꦝꦶꦪꦧꦼꦭꦟ꧀ꦝ꧍ Hindia Belanda.

Yang ꧌ꦩꦼꦤꦫꦶꦏ꧀꧍ menarik adalah pencetakan huruf sudah memakai mesin cetak. Termasuk huruf huruf Jawa, yang memang kitab itu diperuntukkan ꧌ꦏꦼꦥꦝ꧍ kepada masyarakat Jawa, yang lebih bisa membaca aksara Jawa.
Kitab kitab (buku) ꧌ꦗ꦳ꦩꦤ꧀꧍ zaman dahulu, khususnya di wilayah Jawa, memang menggunakan aksara Jawa (Hanacaraka) ꧌ꦏꦉꦤ꧍ karena aksara ini merupakan sistem penulisan tradisional, yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan juga bahasa-bahasa lain di ꧌ꦥꦸꦭꦻꦴꦗꦮ꧍ Pulau Jawa.
Aksara Jawa bukan hanya ꧌ꦧꦼꦂꦥ꦳ꦸꦔ꧀ꦰꦶ꧍ berfungsi sebagai alat tulis, tetapi juga sebagai simbol pengetahuan, budaya, dan identitas ꧌ꦩꦯꦫꦏꦠ꧀꧍ masyarakat Jawa.
Mengapa ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa digunakan dalam buku-buku zaman dahulu?

Aksara Jawa ꧌ꦩꦼꦫꦸꦥꦏꦤ꧀꧍ merupakan bagian integral dari budaya Jawa dan telah digunakan selama berabad-abad untuk menulis berbagai jenis naskah, mulai dari sastra, ꧌ꦥ꦳ꦶꦭ꧀ꦰꦥ꦳ꦠ꧀꧍ filsafat, hingga ilmu pengetahuan dan ꧌ꦄꦒꦩ꧍ agama.

꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa juga menjadi simbol identitas budaya Jawa, dan penggunaannya menunjukkan rasa bangga dan kebersamaan dengan warisan ꧌ꦧꦸꦢꦪꦊꦭꦸꦲꦸꦂ꧍ budaya leluhur.
Aksara Jawa adalah alat yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa, yang merupakan bahasa yang ꧌ꦈꦩꦸꦩ꧀꧍ umum digunakan di wilayah Jawa.
Dalam ꧌ꦧꦼꦧꦼꦫꦥ꧍ beberapa naskah kuno, aksara Jawa digunakan untuk menulis tentang konsep ꧌ꦏꦼꦄꦒꦩꦄꦤ꧀꧍keagamaan dan pengetahuan, dan menunjukkan fungsinya sebagai sarana untuk menyebarkan ꧌ꦥꦼꦔꦼꦠꦲꦸꦮꦤ꧀꧍ pengetahuan.
Dengan penggunaan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa, masyarakat Jawa diharapkan dapat lebih aktif menggunakan dan ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦥꦼꦂꦡꦲꦤ꧀ꦏꦤ꧀꧍ mempertahankan bahasa dan aksara Jawa ꧌ꦝꦭꦩ꧀꧍ dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dengan ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦥꦼꦭꦗꦫꦶ꧍ mempelajari aksara Jawa, orang dapat memahami lebih dalam tentang sejarah, budaya, dan pemikiran masyarakat Jawa pada ꧌ꦩꦱꦭꦭꦸ꧍ masa lalu.

꧌ꦱꦼꦭꦲꦶꦤ꧀꧍ Selain tercetak dengan mesin percetakan, kisah tentang bangsawan Jawa juga dituliskan tangan (manual) sebagaimana dapat dilihat pada manusript yang dimiliki ꧌ꦎꦭꦺꦃ꧍ oleh seorang kolektor Surabaya. Kitab kuno manual itu ꧌ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦼꦭꦱ꧀ꦏꦤ꧀꧍ menjelaskan tentang silsilah Sunan Ampel dan Raden Patah serta Pangeran Pekik. Silsilah itu ditulis dalam ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa. (PAR/nng).