Kerajinan Cor Logam Bejijong: Supriyadi Lestarikan Karya Budaya dan Peradaban Kemajapahitan.

Supriyadi di galerinya beserta karya karya seni arca logam. Foto: pri

Rajapatni.com: SURABAYA – Trowulan, jejak bumi Wilwatikta (Majapahit) tidak pernah habis ditulis. Selalu ada saja sudut pandang mengenai tulisan tulisan tentang  Majapahit. Selain sejarahnya, juga budayanya dan peradabannya yang tidak kalah menarik.

Pada zaman itu, di era Majapahit,  ada benda benda yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat mulai dari tingkat rakyat dan punggawa hingga bangsawan kerajaan. Yakni arca. Ada yang terbuat dari batu dan ada pula yang terbuat dari logam. 

Logam, yang sudah banyak digunakan di era Majapahit, adalah Perunggu. Lainnya terdiri dari besi, perak, tembaga, dan bahkan  emas. Tidak heran bahwa dalam penemuan penemuan arkeologi dari era Majapahit, pernah diketemukan perhiasan terbuat dari logam emas.

Di desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur adalah sentra pengrajin  arca terbuat dari logam. Diyakini bahwa kebudayaan logam berasal dari kerajaan Majapahit. Kemudian masyarakat setempat pada masa berikutnya mengembangkan kerajinan logam. Pengembangan ini karena berbagai alasan. Diantaranya yaitu melestarikan kebudayaan nenek moyang.

Selain itu kerajinan cor logam, yang termasuk ke dalam seni rupa terapan, memiliki dua fungsi. Yakni sebagai estetika keindahan dan kegunaan fungsional didalamnya. Karenanya secara alamiah dan kultural masyarakat secara turun temurun meyakinkan diri bahwa kerajinan logam bisa mengubah kehidupan ekonomi mereka karena  kerajinan logam memiliki nilai ekonomi yang lumayan tinggi.

Supriyadi di galerinya beserta karya karya seni arca logam. Foto: pri

Salah satu pengrajin cor logam ini adalah Supriyadi (52), warga desa Bejijong, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Supriyadi dalam mengawali dan mengembangkan kerajinan cor logam tidak lepas dari akar keluarga dan lingkungan.

Supriyadi, yang ketika itu masih kanak-kanak, tumbuh di lingkungan yang akrab dengan pembuatan berbagai benda seni. Meski tak belajar secara khusus kepada sang ayah maupun kakeknya, lingkungan kesehariannya itu membuatnya belajar menjadi seniman otodidak.

Menurut Supriyadi, ayahnya, yang bernama Djali, adalah seorang empu keris jawa. Kakeknya, Mbah Sabar, disebut-sebut sebagai tokoh pematung cor kuningan pertama, yang mengenalkan metode pembuatan patung-patung dari zaman Majapahit pada tahun 1960-an. Dari lingkungan itulah Supriyadi tumbuh menjadi seniman cor logam.

Seiring dengan berjalannya waktu, atas gemilang karya karyanya yang hingga menembus pasar Nusantara hingga mancanegara, pada 7 Januari 2009 Supriyadi mendapat anugerah Upakarti untuk kategori produk pelestarian budaya dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Atas kemampuannya itu, Supriyadi juga membuka diri untuk berbagi pengalaman dalam proses pembuatan cor logam kepada generasi muda. Selain mengenalkan industri logam yang ekonomis, pengenalan ini sekaligus bentuk upaya menjaga dan melestarikan peradaban dan budaya kemajapahitan.

Supriyadi dengan berbagai karya yang telah diproduksi dan dikoleksinya sendiri berharap bisa mengadakan pameran tunggal.

“Ini saya lagi ngumpulin dokumen karya karya dan cari modal buat bikin karya lainnya. Untuk kedepannya saya akan buat pameran tunggal tentang leluhur saya, juga leluhur semua rakyat Indonesia (Majapahit)”, katanya melalui pesan WhatsApp.

Akhir akhir ini Supriyadi tengah disibukkan dengan pembuatan arca Gajah Mada.

Sosok Kepala Gajah Mada menatap cahaya surya. Foto: pri

“Mohon maaf belum sempat mampir ke Surabaya, lagi umek kena deadline bikin Mbah Mada (Gajah Mada) …🙏”, katanya singkat.

Karya Supriyadi sebelumnya, Gajah Mada setinggi 2,5 meter. Tinggi penulis hanya sebatas dada arca. Foto: nng

Sebelumnya Supriyadi juga sudah pernah membuat arca Maha Patih Gajah Mada dengan ukuran tinggi 2,5 meter. Kini ia membuat lagi untuk memenuhi pesanan. Berikut data singkat yang diinformasikan Supriyadi atas pesanan karya budaya ini: 

  1. Terbuat dari bahan perunggu /bronze
  2. Tinggi 250 cm
  3. Pemesan Korp Bhayangkara / kepolisian RI. 
  4. Waktu pengerjaan per model 3 bulan.
  5. Pembuat Supriyadi dibantu 5 orang tenaga lapangan/finishing.
  6. Jumlah pesanan 5 buah.
Penulis diajak ketemuan lagi oleh Supriyadi dan diskusi tentang peradaban Majapahit. Pedut hitam di bumi Wilwatikta. Foto: nng

“Monggo Mbah, sambil ngopi di depan warung Segaran, asik paling ya…”, pungkas Supriyadi sambil mengajak berdiskusi tentang nilai nilai Kemajapahitan yang bisa diaplikasikan dalam bentuk karya demi menjaga dan melestarikan nilai Kemajapahitan. (PAR/nng)

One thought on “Kerajinan Cor Logam Bejijong: Supriyadi Lestarikan Karya Budaya dan Peradaban Kemajapahitan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *