Ita Surojoyo, Misi Pribadinya Demi Kepentingan Umum Dan Bangsa.

Rajapatni.com: Surabaya – Umumnya orang berbuat sesuatu karena pamrih, yang setidaknya berharap untuk mendapat imbalan baik untuk kepentingan pribadi atau  golongannya atas jerih payahnya. 

Di zaman sekarang, jarang menemui sosok orang, yang rela meluangkan waktu dan melakukan misi pribadi untuk kepentingan umum dan bangsa, yang bukan untuk diri pribadinya.

Untuk orang orang seperti ini biasanya mendapat suntikan semangat dan kekuatan serta pahala dalam meraih tujuannya. Suntikan itu tidak lain sebagai pengganti atas keluarnya jerih payah, yang telah dilakukan.

Ita Surojoyo relawan literasi aksara Jawa. Foto: IS

Ita Surojoyo selama lebih dari setahun meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta material untuk menjaga dan membagikan ilmu Aksara Jawa kepada orang lain. Ia sendiri adalah pengajar bahasa Inggris dan konsultan pendidikan luar negeri yang sangat sibuk. Di balik kesibukan itu, Ita masih mau menyisihkan sebagian pribadinya untuk publik demi menjaga warisan leluhur Jawa.

Ita Surojoyo di salah satu dari 7 Keajaiban Dunia. Foto: IS

Ita Surojoyo selama satu bulan penuh mulai tanggal 3 November – 3 Desember 2024 diberi kesempatan memperdalam Kemahiran mengajar bahasa Inggris di India. Kesempatan itu tidak dikejarnya, tidak pula dicarinya. Tapi kesempatan itu datang begitu saja. Secepat kilat. Dalam waktu tidak lebih dari 5 menit, Ita harus membuat keputusan kilat juga untuk menerima kesempatan itu.

Kesempatan itu diberikan oleh Konsul Kehormatan India di Surabaya, Manoj Bhat, setelah mendengar profil singkat Ita secepat kilat juga. Didengar oleh Manoj Bhat bahwa Ita Surojoyo relawan budaya yang mau menjaga dan berbagi ilmu (Aksara Jawa), yang profesi formalnya adalah guru bahasa Inggris.

Ita Surojoyo di kampus EFLU, Hyderabad. Foto: IS

Tawaran itu adalah untuk memperdalam keterampilan mengajar bahasa Inggris di Universitas ternama di bidang ilmu bahasa di India. Yaitu di The English and Foreign Language (EFLU) Hyderabad.

Kesempatan itu benar benar klop dengan interst pribadinya. Pertama adalah bidang keilmuan formal Pengajaran Bahasa Inggris. Kedua adalah bidang keaksaraan, yang mana India adalah tempat asal mula Aksara Nusantara, termasuk Jawa, Bali dan Kawi. 

Di lingkungan kampus, Ita mengamati penggunaan aksara Devanagari. Foto: IS

Maka selama di India (5 November –  3 Desember 2024), tidak semua 42 peserta dari 25 negara dalam program the Indian Technical and Economic Cooperation (ITEC) bisa menyisihkan waktu, pikiran dan tenaga di sela sela padatnya kegiatan International Training Program (ITP) tentang peningkatan Kemahiran pengajaran bahasa Inggris (English Proficiency) di the English and Foreign Language University (EFLU) Hyderabad. 

Ita menunjukkan papan nama yang beraksara Devanagari dalam bahasa Hindi di kota Delhi. Foto: IS

Disana selama sebulan program, Ita masih mau meluangkan diri untuk itu. Yaitu mempelajari kaitan historis antara Aksara Jawa dan Aksara di India. Utamanya mengulik mengapa dan bagaimana Aksara di India masih digunakan hingga sekarang di zaman modern dimana Aksara Latin sudah dimana mana karena perubahan zaman. 

Penggunaan aksara Devanagri di Taj Mahal. Foto: IS

Ita, baik di dalam lingkungan kampus maupun di luar kampus, mengamati keberadaan penggunaan Aksara Hindia selain Aksara Latin dalam bahasa Inggris.

Menurutnya Aksara Devanagari digunakan untuk bahasa Hindi yang peruntukannya lebih formal dari Aksara lainnya, seperti Telugu. Di lingkungan dalam Kampus digunakan Aksara Devanagari seperti nama hostel, Perpustakaan dan lainnya. Sementara di luar lingkungan kampus ada Aksara Telugu yang memang digunakan di negara bagian itu, Telenggana.

Penggunaan aksara Telugu di Kebun Binatang Foto: IS

Telugu adalah nama Aksara dan juga nama bahasa yang digunakan di negara bagian Telenggana, yang beribukota Hyderabad.

“Bahasa Hindi ga punya aksara sendiri, tapi Aksara Telugu seperti Jawa, punya Aksara dan bahasa sendiri”, jelas Ita dalam membandingkan Aksara Telugu dan Aksara Jawa.

Aksara Jawa sebagai Identitas bangsa dibawanya ke India. Foto: IS

Perhatian Ita terhadap keberadaan Aksara Aksara di India tidak sia sia karena apa yang ditemukan di India semakin menguatkan upayanya dalam menjaga dan memperkenalkan Aksara Jawa di Surabaya dan sekitarnya.

“Semoga dengan adanya Kementerian Kebudayaan di kabinet baru bisa mengembalikan jati diri bangsa terkait bahasa, aksara dan identitas bangsa Indonesia. Sementara  di India, Inggris bisa menguras habis kekayaan India tapi tidak bisa mencabut harga diri dan jatidiri bangsa India”, pungkas Ita. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *