Rajapatni.com: Surabaya – Ita Surojoyo, pendiri komunitas Aksara Jawa Surabaya, Puri Aksara Rajapatni, mendapat beasiswa pelàtihan Kemahiran Bahasa Inggris (English Proficiency) di Universitas the English and Foreign Language (EFLU) di Kota Hyderabad, India.
Ia berangkat menuju India pada 3 November dan dijadwalkan kembali ke Tanah air pada 3 Desember 2024. Tugas utama sesuai program yang dirancang oleh Kementerian Luar Negeri India melalui the Indian Technical and Economic Cooperation (ITEC), Ita Surojoyo belajar memperdalam ketrampilan mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing untuk Indonesia. Ita adalah tenaga pengajar bahasa Inggris dan konsultan pendidikan Luar Negeri.
Namun tugas tambahan sesuai minat dan bakatnya adalah untuk mengenal bagaimana Aksara tradisional India masih digunakan hingga sekarang. Aksara itu adalah Aksara Devanagari. Aksara Dewanagari ini berasal dari India bagian utara yang digunakan sejak sekitar tahun 1200 M hingga sekarang.
Bahkan di India ada Aksara Aksara lokal yang digunakan selain Aksara Devanagari. Di Kota Hyderabad misalnya, selain ada Aksara Devanagari, juga ada Aksara Telugu, yang digunakan secara lokal di negara bagian Telanggana, serta Aksara Latin.
Menurut Ita Surojoyo bahwa di setiap negara bagian mempunyai bahasa resmi dan aksaranya.
Ada juga Aksara Pallawa. Aksara ini lebih banyak digunakan di India bagian Selatan. Aksara Pallawa India merupakan sumber dari beberapa aksara Nusantara melalui Aksara Kawi atau Jawa Kuna. Salah satunya adalah Aksara Hanacaraka yang digunakan di Jawa, Sunda, dan Bali.
Menyimak keragaman Aksara di India tidak ubahnya seperti keragaman Aksara lokal di Indonesia yang keseluruhan dikatakan sebagai Aksara Nusantara.
Bagaimana Menjaga Aksara Lokal Dari kepunahan.
India menjadi potret nyata bagaimana menjaga dan melestarikan Aksara. Mereka punya punya payung hukum yang berupa Undang Undang yang menyatakan tentang penggunaan Aksara Devanagari.
Undang Undang Dasar India menyatakan bahwa bahasa resmi Pemerintah India adalah Hindi, yang ditulis dalam aksara Dewanagari serta Inggris (Aksara Latin).
Di Indonesia, jika tidak ada aturan secara nasional. Meski begitu, setidaknya ada Perda dan Pergub yang secara lokal provinsial bisa diterbitkan sebagai payung hukum untuk melindungi kearifan lokal itu. Khususnya di Jawa Timur yang menjadi rumah peradaban Literasi Aksara bisa mencontoh Provinsi Bali dan Daerah Khusus Yogyakarta (DIY) yang sudah memiliki aturan.
Di Bali sudah ada Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 80 Tahun 2018 mengatur tentang perlindungan dan penggunaan aksara Bali, bahasa, dan sastra Bali,
Sementara di Yogyakarta ada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 43 Tahun 2023 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa.
Bagaimana dengan di Jawa Timur?
Jika ada payung hukumnya, maka penggunaan Aksara Jawa bisa lebih terstruktur dan tersistem serta terarah. Namun demikian semua itu juga tergantung dari good will pemimin daerahnya (walikota atau bupati).
Di Surabaya secara serentak sudah bisa digunakan Aksara Jawa pada penulisan nama nama Kantor pemerintahan mulai dari Kelurahan, Kecamatan, OPD, hingga Balai Kota Surabaya, termasuk nama Rumah Sakit Daerah dan Taman Kota.
Masih banyak fakta lain di India yang bisa ditiru oleh Jawa Timur terkait dengan penggunaan Aksara. Penggunaan Aksara Jawa pada papan papan informasi publik adalah cara yang cerdas. Dalam skala kecil Kota Surabaya melalui Dinas Perhubungan sudah membuat lembar lembar informasi rute perjalanan transportasi umum dalam Kota yang sebagian ditulis dalam Aksara Jawa. Kiranya perlu ada tambahan lainnya seperti pada ruang ruang papan nama jalan.
Beberapa contoh di atas adalah sebagian kecil dari contoh contoh praktis yang ada di India. Ita menambahkan bahwa aksara Telugu, yang umum digunakan di Hyderabad negara bagian Telenggana, memiliki bahasa sendiri. Yaitu Bahasa Telugu seperti Aksara Jawa memiliki bahasa Jawa. (PAR/nng)