Rajapatni.com: Surabaya (23/3/24) – Sejak adanya kehidupan di muka bumi, air sudah menjadi sumber dan kebutuhan ꦏꦼꦲꦶꦣꦸꦥꦤ꧀ kehidupan itu sendiri. Bahkan kehidupan di zaman purba, manusia purba selalu mendekati tempat yang memiliki sumber air. Misalnya sungai. Di Jawa manusia purba mendekat aliran sungai seperti sungai Bengawan Solo dan Brantas.
Di era kerajaan kerajaan di ꦗꦮꦠꦶꦩꦸꦂ Jawa Timur, pusat-pusat kerajaan berada di dekat Sungai. Mulai dari kerajaan Kahuripan hingga Majapahit. Mereka tidak jauh dari aliran sungai Brantas. Kondisi alamnya agraris, yang membutuhkan banyak air untuk menghasilkan produk beras dan tebu.
Majapahit menguasai wilayah perairan (maritim). Kemaritiman ꦩꦗꦥꦲꦶꦠ꧀ Majapahit tidak hanya wilayah laut, tetapi juga sungai sebagai penghubung pusat kerajaan yang berada di pedalaman pulau Jawa dengan wilayah laut. Sebagai wilayah agraris, air yang melimpah tetap ada yang mengatur untuk kebutuhan agrarisnya.
Tentunya tidak menjadi masalah dengan kebutuhan air di tanah Jawa. Lain halnya dengan daerah dan negara yang memang kekurangan dan bahkan krisis air. Maka perlu ada rasa kesetiakawanan ꦤꦱꦶꦪꦺꦴꦤꦭ꧀ nasional dan bahkan internasional untuk saling menolong dan membantu apabila ada saudara yang membutuhkan air.
Kebutuhan air menjadi perhatian dunia melalui kelembagaan PBB. Karenanya tercetus kan Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret.
Menurut situs PBB, peringatan ꦲꦫꦶꦍꦂꦱꦼꦣꦸꦤꦶꦪ Hari Air Sedunia merupakan salah satu upaya atau tindakan untuk mengatasi krisis air global.
Selain itu, Hari Air Sedunia juga untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan air.
Air tidak hanya berupa air semata yang dikonsumsi untuk kebutuhan kehidupan. Tapi air juga menjadi alat perdamaian ketika masyarakat dan negara bekerja sama dalam memanfaatkan sumber daya bersama yang berharga.
Air juga bisa digunakan untuk memupuk ꦏꦼꦲꦂꦩꦺꦴꦤꦶꦱꦤ꧀ keharmonisan antara masyarakat dan negara dengan bersatu dalam penggunaan air yang adil dan berkelanjutan – mulai dari konvensi PBB di tingkat internasional, hingga tindakan di tingkat lokal.
Sebaliknya air juga bisa membawa petaka. Seperti yang saat ini terjadi di Demak Jawa Tengah, beberapa tempat kebanjiran karena tanggul Sungai ꦧꦼꦔꦮꦤ꧀ꦱꦭ Bengawan Solo jebol. Jutaan kubik air merendam pekerjaan. Jadi, air selain membawa berkah, juga membawa petaka.
Salah satu petakanya adalah jika akhirnya memicu dan menyebabjan konflik ketika akses tidak diberikan dan penggunaan air dibagi secara tidak adil.
Untuk tahun ini, tema Hari Air Sedunia 2024 adalah ‘Water for Peace’ atau ‘Memanfaatkan Air untuk Perdamaian’. (nanang)