Rajapatni.com: Surabaya (3/6/24) – TIGABELAS dari enam belas mahasiswa dan satu dosen pembimbing dari Universitas Staffordshire, UK, belajar ꦏꦼꦧꦼꦫꦒꦩꦤ꧀ꦧꦸꦣꦪ keberagaman budaya di Surabaya. Selain belajar musik dan ecoprint, mereka juga belajar menulis aksara Jawa. Mereka menulis nama mereka dalam aksara Jawa. Untuk pelatihan menulis aksara Jawa terjadwal pada Senin dan Selasa (3-4/6/24).
Kelas pertama diselenggarakan di Ruang ꦏ꦳ꦻꦫꦶꦭ꧀ꦄꦤ꧀ꦮꦂ Khairil Anwar, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair pada senin pagi (3/6/24). Pengajarnya adalah tim komunitas budaya Puri Aksara Rajapatni, yang pada kesempatan hari pertama diwakili oleh Ita Surojoyo (Pendiri) dan Nanang Purwono (Ketua).
Mengawali kelas, Nanang memberikan gambaran umum tentang riwayat ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ aksara Jawa, khususnya di Surabaya. Bahwa aksara Jawa adalah aksara yang umum dipakai pada abad 18 – awal abad 20. Lambat laun, seiring dengan perkembangan zaman, keberadaannya tergeser oleh aksara Latin. Akhirnya, aksara Jawa tersingkir.
Namun sejak September 2023, Aksara Jawa mulai diperkenalkan lagi, yang secara formal tertuang dalam ꦱꦸꦫꦠ꧀ꦌꦣꦫꦤ꧀ Surat Edaran (SE) Sekretaris Daerah Kota Surabaya. Sejak itu aksara Jawa tertulis dimana mana di kantor kantor pemerintah Kota Surabaya, mulai dari 145 kantor kelurahan, 31 kantor kecamatan, kantor kantor OPD hingga Kantor Balai Kota dan DPRD Kota Surabaya.
“Itu masih bersifat top down. Karenanya, komunitas budaya ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni berinisiatif secara mandiri mengajarkan Aksara Jawa kepada publik secara gratis “, jelas Nanang.
Sementara itu, lebih lanjut secara teknis, ꦆꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo, menjelaskan kegiatan Puri Aksara Rajapatni dalam hal pengajaran aksara Jawa. Menurutnya, kegiatan Sinau Aksara Jawa ini selalu diikuti oleh warga negara asing.
Kelas yang berlangsung lima kali pertemuan per paketnya ini, pada Kelas Pertama diikuti oleh keluarga Jepang. Pada kelas Kedua diikuti oleh warga ekspatriat asal Amerika dan secara khusus serta eksklusif ada satu kelas untuk ꦩꦲꦱꦶꦱ꧀ꦮ mahasiswa dari UK.
“Ini kelas khusus untuk mahasiswa dari UK”, kata Ita kepada para mahasiswa.
Mereka adalah mahasiswa Universitas Staffordshire, yang terpilih mengikuti program budaya ke Indonesia. Menurut ꦣꦺꦴꦱꦺꦤ꧀ dosen pembimbing Dr. Marc Estibeiro, Associate Professor of Music, bahwa universitasnya mengirimkan mahasiswa ke berbagai negara.
“Ada juga kelompok mahasiswa yang dikirim ke Vietnam dan kelompok ini dapat kesempatan berkunjung ke Indonesia. Kunjungan ꦧꦸꦣꦪ budaya ini untuk memberi dan meningkatkan kepedulian mereka atas perbedaan budaya”, jelas Marc.
Pada pelajaran aksara Jawa Perdana ini, mereka diajak mengenal aksara Jawa dan menuliskan nama mereka dengan menggunakan aksara Jawa. Sebelumnya, dijelaskan oleh ꦆꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo bahwa penulisan aksara Jawa bersifat voice based, yaitu berdasarkan bunyi. Jadi bunyi yang didengar itulah yang dituliskan.
Sehingga, sebelum nama masing masing mahasiswa ditulis dalam aksara Jawa, nama nama mereka diminta untuk diucapkan dengan seksama dan sambil didengarkan bersama sama dengan teman di sebelahnya. Setelah diucapkan dan didengar bunyinya, lantas Ita mengajak masing masing mahasiswa mengenali bunyi dan mencocokkan dengan aksaranya. Lalu menuliskan namanya dalam. ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ aksara Jawa.
Para mahasiswa pun merasa senang mendapati namanya dapat ditulis dalam aksara yang baru dikenalnya. Salah satunya adalah Danny, nama yang sebenarnya tidak begitu asing di telinga orang Indonesia. Namun baginya, ketika namanya ditulis dalam aksara Jawa adalah kebanggaan. Apalagi aksara itu ditulisnya sendiri setelah dapat arahan dari ꦆꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo.
Pengalaman serupa juga dialami oleh mahasiswa lainnya. Dalam prosesnya, mereka aktif menyanyakan untuk mengkroscek apakah hasil tulisannya sudah benar atau masih kurang. Rata rata sudah benar, hanya beberapa tata tulis kecil, yang kemudian dibenarkan Ita. Setelah mereka berlatih menulis nama, maka mereka menuliskan masing masing nama di selembar kertas HVS untuk dibuat foto bersama. Selain itu, mereka juga menulis absensi dengan menggunakan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ aksara Jawa.
Di penghujung kelas, mereka berfoto bersama sambil membawa kertas yang bertulis nama mereka. Berdasar kan kemampuan menulis nama di selembar kertas, dalam kelas lanjutan pada hari kedua, mereka akan menuliskan pada gantungan kunci. Kelas kedua ini akan berlangsung di ꦩꦸꦱꦺꦪꦸꦩ꧀ꦥꦼꦤ꧀ꦝꦶꦣꦶꦏꦤ꧀ꦯꦸꦫꦨꦪ Museum Pendidikan Surabaya.
“Besok, di ꦩꦸꦱꦺꦪꦸꦩ꧀ꦥꦼꦤ꧀ꦝꦶꦣꦶꦏꦤ꧀ꦯꦸꦫꦨꦪ Museum Pendidikan, kalian akan membuktikan bahwa aksara Jawa tertulis pada manuskrip yang usianya sudah ratusan tahun”, pungkas Nanang sambil menutup kelas Aksara Jawa. (nng PAR)*