Rajapatni.com: Surabaya (15/11/24) – Mewarisi nilai keibuan dari sosok Dyah Gayatri, yang bergelar Rajapatni, sebagai sosok penjaga dan penyebar ilmu pengetahuan melalui komunitas Aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni adalah sebuah cita cita dalam upaya Pemajuan kebudayaan.
Sesuai dengan Visi dan Misi organisasi Puri Aksara Rajapatni terlihat jelas adanya upaya perlindungan (menjaga) dan penyebarluasan tradisi literasi intelektual peradaban nenek moyang Jawa.
Adapun Visi organisasi adalah Melestarikan warisan leluhur bangsa (Jawa) yang berupa tradisi intelektual Aksara Jawa. Sementara misinya diantaranya adalah Mengajarkan Aksara Jawa melalui Program Sinau Aksara Jawa (menulis dan membaca) kepada pelajar, mahasiswa dan umum serta Mendekatkan Aksara Jawa kepada generasi sekarang sehingga mereka melek Aksara Jawa
Sementara dari nilai kebesaran Jiwa seorang ibu, dapat diambil hikmah dari Rajapatni yang rela mendarmakan hidup dan perhatiannya kepada anaknya yang kelak diharapkan bisa menjadi suksesor Kemaharajaan Majapahit. Padahal dirinya sendiri sudah layak menjadi penerus Kemaharajaan Majapahit.

Menurut Nagarakretagama, sebagai sesepuh keluarga kerajaan yang masih hidup, Rajapatni berhak atas tahta Majapahit. Akan tetapi Rajapatni saat itu sudah mengundurkan diri dari kehidupan duniawi dengan menjadi Bhiksuni (pendeta Buddha) serta mendarmakan hidupnya untuk mempersiapkan anaknya menjadi penerus tahta Majapahit.
Pada saatnya Rajapatni memerintahkan putrinya, Tribhuwanatunggadewi naik tahta mewakilinya pada tahun 1328 menggantikan Jayanegara, yang tewas terbunuh dan tidak punya keturunan.
Jayanegara adalah putra Raden Wijaya dari istri Dara Petak. Sepeninggal Raden Wijaya pada 1309, lantas digantikan putranya, Jayanagara. Pada tahun 1328 Jayanagara (1309 – 1328) mati dibunuh oleh Ra Tanca tanpa memiliki keturunan.
Singkat cerita Rajapatni berhasil mengantarkan Tribhuwana Tunggadewi naik tahta dan berkuasa dalam periode 1328-1350.
Peranan Rajapatni di sini, di saat Majapahit di bawah kepemimpinan Tribhuwana Tunggadewi, menjadi titik penting karena Rajapatni menjadi sosok ibu di balik layar kemaharajaan Majapahit. Setelah Rajapatni meninggal, tahta kerajaan yang semula dipegang oleh Tribhuwana Tunggadewi diberikan kepada Hayam Wuruk pada 1350 Masehi. Hayam Wuruk (1350–1389) adalah cucu Rajapatni.
Sementara peranan Puri Aksara Rajapatni sebagai sebuah wadah organisasi Kebudayaan akan melingkupi wahana yang sangat luas karena Kebudayaan sendiri tidak sebatas pada karya karya seni dan budaya yang terlihat mata. Tetapi menyangkut pola pikir dan rasa yang mengatur laku dan polah manusia.

Selama ini yang menjadi orientasi Puri Aksara Rajapatni adalah memperkenalkan tradisi intelektual Aksara Jawa. Dari struktur Aksara Jawa, kelak akan didapat nilai nilai luhur yang bermanfaat bagi penguatan identitas bangsa dan negara.
Puri Aksara Rajapatni, yang berdiri ada 22 December 2023 dan bertepatan dengan Hari Ibu Nasional, memang ada kaitannya dengan nilal nilai Gayatri Rajapatni yang memang menyimpan nilai sosok seorang ibu, yang menurunkan raja raja Majapahit. (PAR/nng