Cegah Kepunahan Aksara Jawa. 

Rajapatni.com: Surabaya (19/4/24) – Sejumlah aksara ꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Nusantara terancam punah karena semakin jarang digunakan. Termasuk Aksara Jawa. Bahkan naskah naskah beraksara Jawa juga sudah tidak dibaca. Ada yang rusak dan punah.

Zaman sudah berbeda. Masyarakat sekarang tidak mengerti Aksara Jawa. Mereka tidak lagi bisa menulis dan membaca. Dari zaman ke zaman masyarakatnya semakin jauh dari peradaban literasi ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦩꦺꦴꦪꦁ nenek moyang.

Sebuah manuskript langka beraksara Jawa. Foto: nanang PAR

Tantangan itu memang nyata karena jurang pemisah antara literasi ꦤꦺꦤꦺꦏ꧀ꦩꦺꦴꦪꦁ nenek moyang (tradisi) semakin renggang dengan masyarakat modern. Kini tantangan itu adalah bagaimana mendekatkan Aksara Jawa dengan masyarakat.

Bus Kota TransJakarta beraksara Jawa. Foto: ist.

Upaya pelestarian itu bangkit. Di Jakarta misalnya, angkutan bis ꦠꦿꦤ꧀ꦱ꧀ꦗꦏꦂꦠ TransJakarta sudah menggunakan Aksara Jawa yang ditulis pada badan bus. Tertulis dalam Aksara Jawa, Transjakarta. Cara ini sangat cerdas karena Aksara Jawa bisa jalan kemana mana. Jutaan mata memandang nya.

Name Tag dari sebuah instansi yang menggunakan Aksara Jawa. Foto: nanang PAR

Di Surabaya, komunitas Puri Aksara Rajapatni, memasang banner di lapak lapak pedagang dengan tulisan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa. Kegiatan ini menjadi bagian dari tugas akhir Sinau Aksara Jawa.

Aksara Jawa juga digunakan sebagai name tag dalam sebuah instansi dan Aksara ini akan terus bergerak dan berpindah serta berada secara langsung berada di tengah tengah masyarakat dalam berbagai interaksi sosial.

Selain sebagai sistem penulisan, aksara Jawa juga menjadi jati diri bangsa, sekaligus bukti ꦏꦼꦕꦼꦂꦣꦱꦤ꧀ꦭꦺꦴꦏꦭ꧀ kecerdasan lokal di masa lalu. Keindahan pada tata cara tulis dan media tulis adalah sebagian dari kecerdasan masa lalu.

Hal ini dapat dilihat dari benda benda yang ditinggalkan baik manuscript maupun ꦥꦿꦱꦱ꧀ꦠꦶ prasasti. Ada cara dan teknologi tradisional, yang sudah pernah digunakan dengan kualitas yang tidak bisa dibuat oleh teknologi modern.

Agaknya tradisi tidak dapat berdampingan dengan modernisasi. Itu salah. Di negara maju seperti ꦗꦼꦥꦁ Jepang, justru tradisi berdampingan dengan modernisasi. Ini karena masyarakat nya mengerti bagaimana menghargai leluhur.

Meski zaman berganti dan perubahan menyertai, justru ꦠꦿꦣꦶꦱꦶ tradisi menjadi semangat yang menyertai masyarakat Jepang memasuki era modern. Anak anak sedari dini sudah diperkenalkan kepada tradisi dan budaya menghargai nenek moyang. Meskipun Jepang terus bergerak semakin modern.

Sudah menjadi kebiasaan di lingkungan keluarga Jepang untuk mengajarkan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦼꦥꦁ Aksara Jepang. Pembelajaran dimulai dari usia dini. Demikian diceritakan oleh Ishii Yutaka, warga Jepang yang kini tinggal di Surabaya. (nanang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *