ꦧꦼꦭꦗꦂ꧍ Belajar Aksara Jawa Sambil Mengenal Manuskrip.

Peserta Sinau Aksara Jawa ꧌ꦩꦊꦭꦏꦸꦏꦤ꧀꧍ melakukan observasi empiris untuk mengenal aksara Jawa pada manuskript. Foto: nanang

Rajapatni.com: SURABAYA – “Ini pembelajaran aksara Jawa yang inspiratif dan aplikatif”. ꧌ꦝꦼꦩꦶꦏꦶꦪꦤ꧀꧍ Demikian kata dan kesan seorang kawan, yang tinggal negara bagian Quebec, Kanada, yang masyarakatnya berbahasa Francophone (Perancis). Kesan itu disampaikan setelah mendengar kabar kegiatan ꧌ꦏꦺꦴꦩꦸꦤꦶꦠꦱ꧀꧍ komunitas Aksara Jawa Surabaya. Namanya Ouellette, counterpart semasa dalam program pertukaran pemuda Indonesia – Canada 35 tahun silam.

Betapa tidak, ꧌ꦏꦼꦒꦶꦪꦠꦤ꧀꧍ kegiatan yang bernama Sinau Aksara Jawa ini bertempat di sebuah museum, Museum Pendidikan Surabaya, dimana di sana tersimpan ꧌ꦧꦊꦧꦼꦫꦥ꧍ beberapa manuskrip beraksara Jawa dan Pegon.

Ada korelasi antara materi, yang dipelajari dalam kegiatan ꧌ꦱꦶꦤꦲꦸꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Sinau Aksara Jawa, dengan keberadaan koleksi, artefak manusript, yang ditulis dalam aksara Jawa. Aksara Jawa menjadi penyambungnya (link).

Kegiatan Sinau Aksara Jawa di ꧌ꦩꦸꦱꦺꦪꦸꦩ꧀ꦥꦼꦟ꧀ꦝꦶꦝꦶꦏꦤ꧀꧍ Museum Pendidikan ini memang sengaja dirancang untuk mendekatkan masyarakat sekarang, utamanya generasi muda, dengan hasil peradaban leluhur yang menjadi ꧌ꦏꦺꦴꦭꦺꦏ꧀ꦱꦶ꧍  koleksi museum. 

“Upaya ini adalah cara ꧌ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀꧍ untuk mengajak masyarakat lebih mengenal dan lebih dekat dengan koleksi Museum, khususnya manuskrip beraksara Jawa”, kata M.T. Agus, kurator museum Kota Surabaya pada suatu ꧌ꦏꦼꦱꦼꦩ꧀ꦥꦠꦤ꧀꧍ kesempatan.

Karenanya ꧌ꦏꦺꦴꦠꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Kota Surabaya memberikan dukungan berupa fasilitasi tempat kegiatan di Museum Pendidikan. Kegiatan ini dipandang  sangat edukatif serta bisa mengenalkan koleksi museum ke ꧌ꦩꦯꦫꦏꦠ꧀꧍ masyarakat kalangan generasi muda.

Para peserta kegiatan Sinau Aksara Jawa ini termasuk dalam rombongan belajar (Rombel) VI. ꧌ꦱꦼꦥꦼꦂꦡꦶ꧍ Seperti dalam rombel rombel sebelumnya, para peserta ini diajak mengobservasi empiris, mengenal, manuskrip beraksara Jawa. Selanjutnya mereka diajak belajar menulis aksara Jawa secara ꧌ꦩꦤꦸꦮꦭ꧀꧍ manual dan digital dalam pertemuan pertemuan selanjutnya. 

Setiap rombongan belajar akan bertatap muka sebanyak ꧌꧇꧕꧇ꦏꦭꦶ꧍ 5 kali, yang diadakan setiap hari Sabtu pada pukul 15.30-17.00. Kelas Sinau ini gratis dan terbuka umum. Tapi dengan jumlah peserta yang ꧌ꦠꦼꦂꦨꦠꦱ꧀꧍  terbatas. Karena kelas berada di ruang museum, setiap peserta yang berstatus pelajar Surabaya harus menunjukkan ꧌ꦅꦝꦺꦤ꧀ꦠꦶꦠꦱ꧀꧍ identitas Kartu Pelajar agar tidak dikenatan HTM museum.

 

Observasi Empiris

Peserta Sinau Aksara Jawa melakukan observasi empiris untuk ꧌ꦩꦼꦔꦼꦤꦭ꧀꧍ mengenal aksara Jawa pada manuskript. Foto: nanang

Pada kegiatan observasi manuskrip ini, mereka juga diberi ꧌ꦥꦼꦚ꧀ꦗꦼꦭꦱꦤ꧀꧍ penjelasan umum tentang koleksi museum. Pertama mereka mendapat penjelasan tentang koleksi masa Pra Aksara, yaitu zaman ketika orang orang belum mengenal aksara (huruf). Tapi bukan berarti ꧌ꦩꦼꦫꦺꦏ꧍ mereka tidak mengenal simbol simbol komunikasi tulis. 

Pada masa Pra aksara ini, komunikasi tulis orang orang zaman dahulu, manusia purba, menggunakan gambar gambar. Ini tampak dalam ꧌ꦝꦶꦪꦺꦴꦫꦩ꧍ diorama yang menggambarkan peradaban manusia purba yang tinggal di sebuah goa. Pada dinding dinding goa tergambar simbol simbol ꧌ꦏꦺꦴꦩꦸꦤꦶꦏꦱꦶ꧍ komunikasi. Bukan berupa huruf.

Setelah dari ruang era Pra Aksara, kemudian peserta diajak masuk ke ruang era Aksara, yaitu ketika ꧌ꦩꦤꦸꦱꦶꦪ꧍ manusia sudah mulai mengenal aksara (huruf) sebagai bentuk komunikasi tulis. Yang ditampilkan dalam ruang pamer ini adalah aksara Jawa dan Arab ꧌ꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍ Pegon dalam bentuk manusript.

“Seyogyanya di dalam ruangan ini ada aksara Pallawa, Jawa Kuna atau Kawi yang memang sudah ada sebelum Aksara Jawa. Bisa ꧌ꦝꦶꦧꦸꦮꦠ꧀꧍ dibuat replika prasasti beraksara Jawa Kuna”, demikian kata pemandu rombongan pembelajar Aksara Jawa, Nanang Purwono, sekaligus ketua ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni, sebagai komunitas yang mengenalkan dan mengajarkan Aksara Jawa di Museum Pendidikan Surabaya.

Dalam kegiatan ꧌ꦎꦧ꧀ꦱꦺꦂꦮ꦳ꦱꦶ꧍ observasi sebagai rangkaian kegiatan Sinau Aksara Jawa ini, para peserta diajak melihat artefak artefak beraksara Jawa. ꧌ꦄꦂꦠꦺꦥ꦳ꦏ꧀꧍ Artefak ini ada yang berbentuk daun lontar, dan juga kertas.

“Kegiatan ini mengajak peserta mengenali aksara Jawa dalam manuskrip. Nantinya akan ada kunjungan lagi ke ꧌ꦫꦸꦮꦔꦤ꧀꧍ ruangan manuskrip ini untuk menulis sebagian aksara yang mereka lihat pada manuscript”, jelas Nanang.

Tahapan ini dilakukan (menulis atau menyalin manuskrip) setelah diberi pelajaran menulis ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa baik manual maupun digital. Setelah pelajaran menulis, mereka diharapkan semakin mengenal aksara Jawa, sehingga ketika melakukan ꧌ꦏꦸꦚ꧀ꦗꦸꦔꦤ꧀꧍ kunjungan ke ruangan manuskrip berikutnya, mereka bisa menyalin bagian bagian dari aksara jawa yang tertulis di manuskrip.

“Ini adalah cara kami mengenalkan masyarakat dengan ꧌ꦏꦺꦴꦭꦺꦏ꧀ꦱꦶ꧍koleksi museum, khususnya manuskrip beraksara Jawa, sambil belajar aksara Jawa”, tambah Nanang. 

 

Pelajaran Menulis

꧌ꦅꦠꦯꦹꦫꦗꦪ꧍ Ita Surojoyo memberikan bimbingan face to face kepada salah satu peserta. Foto: nanang

Sementara untuk materi pelajaran menulis aksara Jawa dibimbing oleh Ita Surojoyo, pendiri ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni. Pembelajaran menulis dimulai dari per aksara, per kata hingga latihan mentransliterasi satu alenia dari latin ke aksara Jawa serta sebaliknya.

Bahkan dalam kegiatan pada Sabtu sore (25/1/25) sudah ada peserta yang bisa mentransliterasi satu ꧌ꦄꦭꦺꦤꦶꦪ꧍ alenia dari latin ke aksara Jawa . Peserta itu adalah ꧌ꦥ꦳ꦺꦧꦿꦶꦪꦤ꧍ Febriana, siswi SMKN1 Surabaya, kelas 12.  

Satu alenia dari aksara latin ꧌ꦝꦶꦠꦿꦤ꧀ꦱ꧀ꦭꦶꦠꦼꦫꦱꦶ꧍ ditransliterasi ke aksara Jawa. Foto: nanang

“Saya suka kegiatan ini karena saya suka nulis aksara Jawa”, terang Febriana yang sejak Kelas 10 dan 11 ꧌ꦩꦼꦟ꧀ꦝꦥꦠ꧀ꦏꦤ꧀꧍ mendapatkan pelajaran aksara Jawa di mata pelajaran Bahasa Jawa.

Agar peserta Sinau menyadari bahwa kegiatan Sinau ini ꧌ꦧꦼꦂꦝꦩ꧀ꦥꦏ꧀꧍ berdampak kepada masyarakat, mereka kelak akan diajak berlatih mendesain produk UMKM dengan menggunakan aksara Jawa. Dalam kelas itu mereka diberi contoh produk UMKM ꧌ꦧꦼꦫꦸꦥ꧍ berupa minuman herbal sinom dan kunyit asam yang mengunakan aksara Jawa.

Produk UMKM beraksara Jawa. Foto: nanang

“Kami menyediakan ꧌ꦩꦶꦤꦸꦩꦤ꧀꧍ minuman herbal yang dibuat UMKM, tapi yang sudah melabeli produknya dengan aksara Jawa. Misalnya produk Jatra ini. Ada sinom dan asam kunyit. Karenanya kami mau membelinya ꧌ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀꧍ untuk konsumsi peserta ebagai proses pembelajaran”, jelas Ita Surojoyo.

Dalam kelas ini juga hadir ꧌꧇꧒꧇ꦥꦼꦱꦼꦂꦡ꧍ dua peserta rombongan belajar sebelumnya, yang ikut mendukung sebagai asisten mengajar. Mereka adalah Rahmadian (SMKN 7 kelas 12) dan Catarina Tania Anabela, ꧌ꦩꦲꦱꦶꦱ꧀ꦮ꧍ mahasiswa Universitas Terbuka. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *