Ampel Tourist Information Centre (ATIC) melengkapi Kawasan Wisata Religi Ampel.

Aksara

Rajapatni.com: SURABAYA – Wilayah Ampel Surabaya, yang dulu dikenal dengan Ampel Denta, sangat tersohor keberadaannya karena ada peninggalan Sunan Ampel (Raden Rahmat). Yaitu berupa Masjid Ampel dan makam.

Karena magnet itulah kawasan Ampel Denta tumbuh berkembang. Wilayahnya menjelma menjadi kampung kampung Ampel dengan nama nama yang beragam. Komunitasnya pun beragam. Awalnya adalah bangsa Jawa. Dalam perjalanan waktu ketika bangsa Arab masuk karena magnetika peradaban Islam, mereka mendekat dan bermukim di seputaran masjid. Akhirnya di antara Ampel ini ada kampung Arab.

Di era kolonial, komunitas Arab di Surabaya memiliki peran penting dalam bidang perdagangan dan agama, meskipun juga menghadapi segregasi dan pembatasan oleh pemerintah kolonial Belanda. Mereka menempati pemukiman khusus Kampung Arab di sekitar masjid Sunan Ampel, dimana tradisi dan budaya Timur Tengah juga turut berlambang mewarnai keragaman Surabaya. Selain ada komunitas Eropa, Pecinan dan Melayu.

Di Surabaya pada masa kolonial, warga Arab memegang beberapa jabatan penting, terutama yang terkait dengan pengawasan dan kontrol komunitas mereka sendiri. Jabatan yang paling menonjol adalah Kapitan Arab (atau Luitenant Hoofd der Arabieren), yang ditunjuk oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi dan mengontrol komunitas Arab, mengumpulkan data demografis, dan menyebarkan peraturan pemerintah.

Keberadaan Masjid dan Makam Sunan Ampel pun menjadi magnet. Makam Sunan Ampel menjadi salah satu jujugan dalam ziarah para wali, baik dalam program Wali Lima dan Wali Sanga. Karena itu kawasan ini bertumbuh pendatang yang buka lapak dan toko toko dengan aneka barang dagang.

Para peziarah pun datang dari penjuru negeri dan bangsa. Kawasan Ampel menjadi kawasan wisata religi di Surabaya. Pada bulan bulan tertentu, kawasan ini penuh sesak dengan para peziarah dan pedagang.

Seiring dengan perkembangan zaman sejak era Sunan Ampel, kawasan ini menjadi titik titik bersejarah. Semuanya menjadi sejarah Surabaya yang patut dikunjungi. Sehingga daya tarik nya tidak hanya Masjid dan Makam Ampel.

Karena keragaman daya tarik ini, diinisiasi lah adanya pusat informasi wisata religi Ampel yang diberi nama Ampel Tourist Information Centre (ATIC). Kehadiran ATIC digagas oleh Quds Royal Hotel dan Puri Aksara Rajapatni dan didukung oleh pemerintah kota Surabaya melalui Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata. Selain itu ATIC juga didukung oleh jaringan media yang salah satunya adalah inisurabaya.com dan Kaji Indonesia.

ATIC, yang akan bertempat di lobby Quds Royal Hotel di Jalan Sultan Iskandar Muda Nomor 85 atau di ujung Utara jalan KH Mas Mansyur, akan menyediakan informasi bagi kawasan wisata religi Ampel dan kawasan Utara Surabaya.

ATIC setiap saat akan bisa dikunjungi publik untuk mendapatkan informasi di seputaran Ampel. Selain menyediakan informasi, di counter ATIC akan menyediakan oleh oleh khas Surabaya.

Karena keterkaitan Sunan Ampel dengan wilayah wilayah lain di Surabaya, misalnya Peneleh dengan Masjid Jamik Peneleh, maka Peneleh menjadi jaringan dalam informasi tentang Ampel.

Road to pembukaan ATIC terus berjalan. Pada Jumat siang (1/8/25) pihak pihak terkait berkoordinasi dalam menyongsong pembukaan ATIC. Mereka adalah pihak Quds Royal Hotel, Puri Aksara Rajapatni, Pokdarwis Peneleh, tokoh masyarakat Ampel serta Takmir Masjid Ampel.

ATIC akan diresmikan pada 8 Agustus 2025, yang dalam rangkaian peresmian itu, akan digelar Sarasehan tentang Peradaban Ampel Denta, termasuk menguak inskripsi beraksara Jawa pada salah satu Gapura Ampel, yang bertuliskan “Kertining Pandhita Winayang ing Ratu”.

Sarasehan ini menghadirkan filolog Abimardha Kurniawan dari Unair, struktural NU Surabaya serta takmir Masjid Ampel serta tokoh masyarakat Ampel. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *