Rajapatni.com: Surabaya (24/4/24) – Dua lembaga formal ꦧꦼꦂꦒꦺꦁꦱꦶ bergengsi Eksekutif dan Legislatif di Surabaya menggunakan Aksara Jawa. Aksara Jawa, Hanacaraka itu, telah menghiasi eksterior dan interior gedung pemerintah, yang berada di Utara dan Selatan sungai Kalimas di kawasan Ketabang.
Ya, di Utara Kalimas sepadan lurus dengan Jembatan ꦱꦶꦤ꧀ꦝꦸꦤꦺꦒꦫ Sindunegara ada Gedung Balai Kota dan di Selatan dekat dengan jembatan berdiri rumah wakil rakyat DPRD Kota Surabaya. Aksara Jawa itu terlihat formal bertengger pada kedua gedung Pemerintah Kota Surabaya. Sosoknya terlihat jelas dari jalan di depannya.
Sementara di dalam kedua gedung itu, Aksara Jawa menambah indah dan ꦌꦱ꧀ꦠꦺꦠꦶꦏ estetika interiornya. Apalagi jenis font yang dipakai menggunakan Nyk Ngayogyan. Bentuk lekuknya indah. Estetis.
Selama ini, sejak mulai digunakannya Aksara Jawa pada November 2023, belum ada yang mengatakan bahwa Aksara Jawa ini menjadi bentuk ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥ꦳ꦺꦴꦂꦩꦭ꧀ Aksara Formal di Surabaya. Dengan penggunaan Aksara Jawa di 145 kantor kelurahan, 31 kantor kecamatan, sekitar 20 kantor dinas dan beberapa kantor bidang termasuk Balai Kota dan DPRD Kota Surabaya, Aksara Jawa secara informal sudah menjadi Aksara Formal. Digunakan di kantor kantor resmi pemerintah Kota Surabaya.
Aksara Jawa telah tampil sejajar dengan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦭꦠꦶꦤ꧀ Aksara Latin. Ucapan terima kasih tentunya teruntuk Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, yang telah merekatkan kembali Aksara Jawa dengan masyarakat modern Kota Surabaya. Meski masih banyak masyarakat Kota belum bisa membaca Aksara Jawa, yang telah terpasang di kantor kantor pemerintah Kota Surabaya, setidaknya pandangan mata warga Kota Surabaya sudah mulai dibuat tidak asing terhadap Aksara Jawa.
Lambat laun, secara natural, mata masyarakat semakin akrab dengan Aksara Jawa. Selanjutnya Aksara Jawa cepat atau lambat akan kembali menjadi bagian dari ꦏꦼꦲꦶꦣꦸꦥꦤ꧀ kehidupan Kota Surabaya. Dulu Aksara Jawa akrab dengan masyarakat Kota Surabaya. Kini dan mendatang Aksara Nusantara ini seharusnya terus menjadi bagian dari Surabaya.
Aksara Jawa harus ꦊꦱ꧀ꦠꦫꦶ lestari dan hidup sebagaimana diharapkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization). Yaitu lembaga internasional yang didirikan di bawah naungan PBB. Karenanya, Aksara Aksara dunia, termasuk Aksara Jawa, diperingati setiap tahunnya secara internasional setiap 8 September.
Jika kemudian Aksara Jawa bisa bersuara dan memberi makna khususnya di kota Surabaya, artinya Aksara Jawa mulai siuman dari tidur panjang di pangkuan ꦆꦧꦸꦥꦼꦂꦠꦶꦮꦶ ibu Pertiwi atau Aksara Jawa selama ini memang dinina bobokkan oleh tamunya, yang bernama Latin.
Masyarakat Surabaya, sejak adanya ꦱꦸꦫꦠ꧀ꦌꦣꦫꦤ꧀ Surat Edaran dari Wali Kota Surabaya mengenai Penggunaan Aksara Jawa di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, akan lebih bijak jika mulai melek Aksara Jawa.
Karena aksara Jawa bisa membuka peluang Seni dan Kreativitas serta ꦌꦏꦺꦴꦤꦺꦴꦩꦶꦏꦿꦺꦪꦠꦶꦥ꦳꧀ ekonomi kreatif bagi warga Kota Surabaya. Dengan menggabungkan aksara Jawa dalam seni lukis, seni kaligrafi, desain grafis, dan berbagai bentuk ekspresi kreatif lainnya, dapat menciptakan karya-karya yang unik yang bersifat ekonomis.
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi sering mengatakan bahwa bagusnya ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya bukan karena walikotanya, tapi justru karena peran masyarakatnya. Hal yang sama dengan Aksara Jawa, lestari tidaknya juga karena masyarakatnya. Aksara Jawa bisa kembali di Surabaya juga karena peran warganya.
Bagaimanapun, kembalinya Aksara Jawa di Surabaya karena keberanian walikota Surabaya yang membawa Aksara Jawa di tengah tengah kota yang heterogen, ꦩꦸꦭ꧀ꦠꦶꦏꦸꦭ꧀ꦠꦸꦫꦭ꧀ multikultural dan modern. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Surabaya welcome terhadap perbedaan dan menjunjung toleransi. Di jalan Kembang Jepun yang dikenal dengan nama Kampung Pecinan Terah ramai dengan Aksara Hanzi (China) sebagai signage toko toko yang berjajar di sepanjang jalan. (nanang).