Aksara Jawa di Era Kolonial Dan Komparasi Dengan India dan China.

Aksara:

Rajapatni.com: SURABAYA – Jika flashback ke masa Kolonial, kita dapati bahwa aksara Jawa justru bisa berkembang. Bahkan teknologi percetakan ditemukan untuk mendukung produk produk cetak beraksara Jawa. Misalnya buku, majalah, koran dan iklan.

Seni desainnya pun berkembang. Tampilan memikat sebagai sebuah keindahan. Termasuk fon fon aksara Jawa yang digunakan. Ini semua memungkinkan hasil yang tidak hanya mengandung ilmu pengetahuan tetapi juga memikat hati sebagai sebuah koleksi.

Itu semua tidak lepas dari sebuah kebijakan pemerintah sehingga menghasilkan potensi dan peluang kreativitas ekonomi. Industri percetakan dengan aksara Jawa menjadi populer.

Iklan majalah Kajawen. Foto: ist

Ada majalah atau buletin aksara Jawa, seperti Kajawen. Iklan iklan beraksara Jawa, Belum lagi buku buku dengan hiasan hiasan indahnya. Kesempatan ini mendorong penulis dan desainer menghasilkan karya karya tulis atau sastra.

 

Komparasi Dengan India dan China

Kebijakan pemerintah Hindia Belanda, menurut literasi akun FB “Aksara di Nusantara” bahwa di era Kolonial, Aksara Jawa adalah aksara resmi seperti halnya Arab Jawi (pegon) dan Latin.

Hal yang sama seperti halnya Aksara Hindi di India, yang malahan masuk dalam Undang Undangnya. Di India aksara resminya adalah Hindi dan Latin untuk bahasa Inggris.

Termasuk di China. Bahwa implementasi aksara Tionghoa diatur dalam Undang-Undang Bahasa Mandarin. Undang-undang ini menetapkan bahasa dan aksara standar nasional, serta mengatur penggunaan bahasa lisan dan tulisan (aksara Hanzi).

Bahkan Undang Undang di Tiongkok menetapkan bahwa bahasa lisan dan tulisan standar nasional adalah Bahasa Mandarin Standar dan aksara Mandarin standar.

Sampai sampai warga negara dapat menyampaikan kritik dan saran jika penggunaan bahasa dan Aksara menyimpang dari kaidah yang baku dan berlaku.

Bagaimana dengan di Indonesia? Indonesia kaya akan Aksara Nusantara. Dampaknya apa terhadap penggunaan aksara Jawa? Aturan Ke bawah terkait dengan aksara Jawa sifatnya masih goodwill.

 

Implementasi Aksara Jawa di Surabaya

Buku bacaan anak beraksara Jawa. Foto: dok par

Surabaya sedang menggodok Raperda Pemajuan Kebudayaan dengan harapan Aksara Jawa bisa masuk sebagai Objek Kebudayaan yang satu paket dengan bahasa (Bahasa-Aksara) atau terpisah (Aksara).

Dengan adanya Perda, yang dengan tegas dan jelas menyebut aksara di dalamnya, maka implementasinya dalam Peraturan Walikota (Perwali) juga akan jelas dan tidak bersifat goodwill.

Secara praktis Surabaya sudah mengimplementasikan penggunaan aksara Jawa. Berikutnya dibutuhkan payung hukum berupa Perda sebagai payung hukum Perwali. (PAR/nng)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *