Aji Saka Karembangan, Surapringga.

Rajapatni.com: Surabaya (2/9/24) – Peringatan Hari Aksara Internasional (International Literacy Day) 2024 di Surabaya akan semarak. Sesuai agenda, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni bersama Wisma Jerman akan mengadakan peringatan yang diramaikan dengan pameran lukisan, Cross Culture, belajar menulis aksara dan Talkshow Pemajuan Aksara Jawa di Surabaya dan akan bertempat di Wisma Jerman pada 8 sampai 10 September 2024.

Selain itu peringatan Hari Aksara ini juga akan diramaikan dengan pertunjukan ludruk di kawasan Kota Lama Surabaya oleh gabungan komunitas Puri Aksara Rajapatni (PAR), Surabaya Next Leader (SNL) dan Ludruk Nom Noman Tjap Arek Suroboyo (LUNTAS). Ludruk Gabungan ini juga didukung oleh organ muda Surabaya seperti ꦥꦒꦸꦪꦸꦧꦤ꧀ꦕꦏ꧀ꦤꦶꦁ Paguyuban Cak Ning Surabaya dan Karang Taruna Surabaya.

Gelaran ꦭꦸꦣꦿꦸꦏ꧀ Ludruk, yang sedianya akan diadakan pada 28 September 2024, dan atas arahan walikota Surabaya Eri Cahyadi, kegiatan ini dimajukan pada Sabtu/Minggu, 14/15 September 2024. Mengingat waktu yang mepet, berbagai organ bergerak lebih cepat dan tepat dalam persiapannya.

Koordinasi mendadak kuatkan alur cerita. Dari kiri ke kanan: Nanang Purwono, Asyikul Hasan, Robert dan Saiful. Foto: nanang

Pimpinan Ludruk ꦭꦸꦤ꧀ꦠꦱ꧀ Luntas, Robert yang ditemani Saiful, merapat bertemu dengan ketua Puri Aksara Rajapatni untuk mematangkan alur cerita, yang mengangkat cerita legenda Ajisaka. Cerita legenda Ajisaka dikenal sudah identik dengan Aksara Jawa. Sementara aksara Jawa sendiri memiliki cerita sejarah. Cerita Legenda dan Cerita Sejarah adalah dua hal yang berbeda.

Namun dari balik legenda ꦄꦗꦶꦱꦏ Ajisaka ini ada nilai nilai yang selama ini banyak dipercaya di dalam masyarakat Jawa. Nilai nilai ini bersifat universal. Yaitu nilai kesetiaan, loyalitas dan pengabdian pada negara dan pimpinan, meski pada akhirnya ditebus dengan kisah kematian para abdi.

Nilai nilai luhur yang baik inilah yang menjadi dasar cerita pagelaran ludruk dengan judul Aji Saka ꦏꦉꦩ꧀ꦧꦔꦤ꧀ Karembangan. Penasaran?

Begini bocoran dari kisah ꦄꦗꦶꦱꦏꦏꦉꦩ꧀ꦧꦔꦤ꧀ Aji Saka Karembangan ini. Bahwa ada nilai luhur dari cerita Legenda Ajisaka. Yaitu nilai kesetiaan (loyalitas) dan pengorbanan meski ditebus dengan kematian.

Sebenarnya nilai ini sama dengan nilai ketulusan dan ꦥꦼꦔꦺꦴꦂꦧꦤꦤ꧀ pengorbanan arek arek dan pejuang Surabaya dalam menghadapi datangnya Sekutu pada pasca kedaulatan yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Mereka ꦧꦼꦂꦱꦼꦩ꧀ꦧꦺꦴꦪꦤ꧀ bersemboyan “Merdeka atau Mati”, “Lebih baik mati daripada dijajah kembali” dan “Lebih baik mati berkalang kubur daripada hidup berputih mata”, yang artinya lebih baik mati daripada harus menanggung rasa malu yang teramat sangat. Ketiga slogan ini adalah gambaran rela mati demi menjaga kedaulatan.

Maka, nilai nilai itu masih ada relevansi dengan nilai nilai kejuangan dan ꦏꦼꦥꦃꦭꦮꦤꦤ꧀ kepahlawanan dari kota yang berjuluk Kota Pahlawan ini, Surabaya. Bagaimana jalan ceritanya? Tunggu tanggal mainnya.

Untuk mempersiapkan tangagal main itu, pada Senin sore (2/9/24) pimpinan Ludruk Luntas Robert dan Cak Ipul serta Nanang dari ꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Rajapatni bertemu untuk mematangkan alur cerita Aji Saka Karembangan.

Secara umum dikisahkan bahwa di wilayah Kadipaten ꦱꦸꦫꦥꦿꦶꦁꦒ Surapringga (nama lama Surabaya), yang salah satu wilayahnya bernama Karembangan (Sekarang Krembangan), masih terdapat persoalan yang kiranya tidak bisa diatasi oleh lurahnya, yang disebut Aji Saka Karembangan.

Karenanya lurah Karembangan gan butuh arahan dari ꦄꦣꦶꦥꦠꦶ Adipati di Surapringga, yang bernama Adipati Kanjeng Romo. Bagaimana kisahnya? Tunggu tanggal mainnya, jangan lewatkan Ludruk Nom Noman Tjap Arek Surabaya, Luntas. (PAR/nng)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *