“Think Globally, Act Locally” Dalam Pelestarian Aksara Tradisional.

Rajapatni.com: Surabaya (1/9/24) – Tanggal 8 September diperingati sebagai Hari Aksara (Literasi) Internasional. Di Surabaya akan ada peringatan hari itu. Melalui Hari Aksara ini diharapkan akan mendorong tumbuhnya rasa saling pengertian dan menghormati keragaman antar ꦱꦸꦏꦸꦧꦁꦱ suku bangsa dan bangsa untuk terciptanya perdamaian dunia.

Indonesia, sesuai dengan isi Konstitusinya, ikut berperan dalam menciptakan ꦥꦼꦂꦣꦩꦻꦪꦤ꧀ perdamaian dunia. Peran ini khususnya tertuang dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945. Yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Untuk ikut menciptakan perdamaian dunia itu, Indonesia menjalin ꦲꦸꦧꦸꦔꦤ꧀ hubungan internasional dan berpartisipasi dalam organisasi internasional. Secara lokal, organisasi lokal yang ada di Surabaya, Puri Aksara Rajapatni, turut membuktikan melalui kegiatan sederhana yang berdasar pada “think globally, act locally”. Yaitu ikut memaknai tema Hari Aksara Internasional dengan menjalin hubungan kerjasama dengan organisasi organisasi lokal dan internasional yang ada di Surabaya.

Untuk peringatan Hari Aksara Internasional 2024, yang akan digelar pada 8-10 September 2024, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni bersama Wisma Jerman mempersembahkan pameran lukisan tunggal karya Wiji Utomo yang dibuat berdasar pada Aksara Jawa dan sederetan kegiatan lainnya, yang berupa Cross Cultural Aksara Jawa dan Jepang, belajar menulis Aksara Jawa dan Talkshow Pemajuan Aksara Jawa.

Kegiatan kegiatan ini didesain ꦱꦼꦭꦫꦱ꧀ selaras dengan tema, yang diangkat oleh UNESCO “Literacy for mutual understanding and peace”.

Disadari bahwa kemampuan membaca dan menulis seseorang bukanlah suatu ꦏꦼꦆꦱ꧀ꦠꦶꦩꦺꦮꦄꦤ꧀ keistimewaan, tetapi pemahaman akan hak asasi manusia yang mendasar adalah penting. Literasi menawarkan pintu gerbang menuju peluang tanpa batas, memiliki kekuatan untuk memutus siklus kemiskinan, dan memungkinkan individu untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Kegiatan peringatan Hari Aksara di Surabaya adalah cara membuka aksi kolaborasi dan partisipasi untuk meraih tujuan fundamental manusia.

A. Hermas Thony (kedua dari kiri) memberikan arahan terkait kegiatan Hari Aksara Internasional 2024. Foto: nanang

Serangkaian pertemuan dan persiapan sudah sedang dilakukan oleh ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni bersama mitra mitra terkait dalam menyambut Hari Aksara Internasional pada 8 September 2024 nanti. Pada Sabtu sore (31/8/24) Rajapatni bersama mitra DGPreneur JITC yang menjadi wadah kreatif dan innovatif siswa magang di bidang IT, berbagi tugas untuk kegiatan kegiatan dalam pelaksanaan peringatan Hari Aksara Internasional di Wisma Jerman yang berlabel “Aksara Kita”.

Ita Surojoyo koordinasi dengan tim DGPreneur JITC. Foto: nanang

Pertemuan itu dipandu Ita Surojoyo, pendiri Puri Aksara Rajapatni dan mendapat arahan dari penasehat Puri Aksara Rajapatni, A.H. Thony. Pertemuan ini diselenggarakan di Basement Balai Pemuda Surabaya.

Menurut Thony, kegiatan ini harus menjadi agenda kegiatan tahunan yang berkelanjutan karena menjaga dan melestarikan aksara adalah menjaga jatidiri suatu bangsa.

 

Bingkai Aksara Internasional 

Sudah bukan rahasia lagi bahwa makam Eropa Peneleh Surabaya adalah wadah peristirahatan terakhir bagi ꦮꦂꦒ warga Surabaya dengan latar belakang kebangsaan yang berbeda beda pada pertengahan abad 19 hingga 20.

Sekarang makam, yang dalam pengelolaan ꦣꦶꦤꦱ꧀ꦭꦶꦁꦏꦸꦔꦤ꧀ꦲꦶꦣꦸꦥ꧀ Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Kota Surabaya ini, dapat diakses oleh publik tanpa berbelit. Apalagi area pemakaman, yang dibuka tahun 1847 ini, sudah dijadikan objek wisata sejarah di lingkungan Peneleh.

Keberadaan ribuan makam makam yang tersebar di area seluas 4,5 hektar ini sudah semakin terekspose. Ini berkat ꦏꦼꦂꦗꦱꦩkerjasama komunitas Surabaya (Indonesia) dan Amsterdam (Belanda) dalam project bersama yang bernama Peneleh as a Living Library.

Prof. Kate McGregor dari Universitas Melbourne Australia (kiri) melihat dari dekat makam Peneleh Surabaya. Foto: Kate for Rajapatni

Seorang peneliti asal ꦎꦴꦱ꧀ꦠꦿꦭꦶꦪ Australia, Professor Kate McGregor dari Universitas Melbourne melakukan penelitian di Surabaya dan Amsterdam dengan judul “Submerged Histories: Memory Activism in Indonesia and the Netherlands”.

Makam Peneleh Surabaya menjadi object kerjasama ꦄꦤ꧀ꦠꦂꦤꦼꦒꦫ antar negara yang oleh kedua belah pihak (Surabaya dan Amsterdam) dijadikan sebagai media untuk membuka dan meningkatkan derajat pemahaman dan rasa saling pengertian sehingga menghasilkan kerjasama yang saling menguntungkan (mutual cooperation).

Makam Peneleh juga menjadi objek ꦥꦼꦤꦼꦭꦶꦠꦶꦪꦤ꧀ penelitian Profesor Kate dalam melihat aktivitas komunitas lokal yang turut merawat peninggalan masa lalu, yang berpotensi sebagai modal untuk pembangunan masa depan bagi kedua negara.

Di Makam Peneleh ini banyak kisah penting dan menarik dari kedua bangsa yang ꦠꦼꦂꦥꦼꦤ꧀ꦝꦩ꧀ terpendam. Melalui project itu selain untuk menguak jejak terpendam dari masa lalu, peran komunitas dari kedua negara ini juga menjadi catatan sejarah masa kini tersendiri dalam kaitannya dengan aktivitas generasi sekarang demi masa depan.

Dalam area makam yang menjadi rumah beragam kebangsaan masa lalu di Surabaya, ditemukan aksara ꦠꦿꦣꦶꦱꦶꦪꦺꦴꦤꦭ꧀ tradisional dari kebangsaan mancanegara. Salah satunya adalah warga Armenia yang dikenal sebagai fotografer Kurkdjian. Armenia adalah negara yang masih memiliki aksara tersendiri.

Nisan Kurkdjian yang menggunakan penulisan aksara Armenia di pemakaman Peneleh Surabaya. Foto: Kate for Rajapatni

Aksaraꦄꦂꦩꦺꦤꦶꦪ Armenia adalah sebuah aksara yang telah digunakan untuk menulis bahasa Armenia sejak tahun 405 atau 406. Dikutip dari literasi Wikipedia , bahwa Aksara ini diciptakan oleh Santo Mesrop Mashtots, seorang ahli bahasa dan pemimpin gereja Armenia, dan awalnya mengandung 36 huruf. Dua huruf lagi, օ dan ֆ, ditambahkan pada Abad Pertengahan.

Sampai abad ke-19, Armenia Klasik berperan sebagai ꦧꦲꦱꦱꦱ꧀ꦠꦿ bahasa sastra. Sejak itu, aksara Armenia telah digunakan untuk menulis dialek resmi bahasa Armenia Timur dan Armenia Barat. Kata Armenia untuk “alfabet” adalah այբուբեն aybuben (Pelafalan Armenia: [ɑjbubɛn]), sesuai dengan dua huruf pertama dari alfabet Armenia Ա այբ ayb dan Բ բեն ben.

Menurut Kate memahami aksara adalah membuka ꦗꦼꦤ꧀ꦝꦺꦭ jendela untuk memahami sebuah bangsa. Senada dengan tema Hari Aksara Internasional 2024, literasi dapat menciptakan pemahaman saling menguntungkan dan perdamaian “Literacy for mutual understanding and peace”. (PAR/nng)

One thought on ““Think Globally, Act Locally” Dalam Pelestarian Aksara Tradisional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *