꧌ꦱꦸꦫꦤ꧀꧍ Suran : ꧌ꦫꦩꦻ꧍ Ramai Orang, Sepi Suara.

Budaya:

Rajapatni.com: SURABAYA – Nguri-uri budaya. “Senajan ta ora teka mrana, ning rasa melu ngetut ꧌ꦭꦩ꧀ꦥꦲꦶꦁꦫꦠꦿꦶ꧍ lampahing ratri” itulah suara hati dalam mengikuti prosesi ꧌ꦠꦿꦝꦶꦱꦶ꧍  tradisi malam 1 Sura dari jarak jauh. Digelar di Yogyakarta, dirasa di ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya.

Dikutip dari ꧌ꦭꦶꦠꦼꦫꦱꦶ꧍ literasi kompas.com bahwa tradisi ini sudah berlangsung sejak ꧌ꦗ꦳ꦩꦤ꧀꧍ zaman Mataram Kuno. Dalam sejarahnya, ritual ini bertujuan untuk mengusir wabah ataupun bencana. Tradisi ini ꧌ꦝꦶꦱꦼꦧꦸꦠ꧀꧍ disebut upacara Mubeng Beteng, yang ꧌ꦩꦼꦫꦸꦥꦏꦤ꧀꧍ merupakan bagian dari tirakat lampah ratri, yaitu munajat atau madrawa ke hadirat Allah SWT dengan berjalan mengikuti mengelilingi ꧌ꦏꦼꦫꦠꦺꦴꦤ꧀꧍ keraton.

Jauh dari Keraton Yogyakarta, tepatnya di Surabaya, tim ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni melakukan tirakat tradisi melalui berjaga semalam suntuk dengan ꧌ꦧꦼꦂꦑꦫꦾ꧍berkarya melalui lompatan energi demi pelestarian peradaban Jawa, ꧌ꦧꦼꦂꦦꦶꦏꦶꦂ꧍ berpikir menjaga budaya dan warisan budaya Jawa.

꧌ꦧꦸꦱꦤ꧍ Busana peranakan jangkep untuk abdi dalem pria, dan kebaya tingkeban cemeng untuk ꧌ꦥꦼꦉꦩ꧀ꦥꦸꦮꦤ꧀꧍ perempuan. Photo:is

“Cukup ada perwakilan dari ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni, ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Ita Surojoyo, yang bisa bergabung bersama pegiat lainnya di Yogyakarta. Meski raga tidak bisa datang. Namun melalui rasa, kami mengikuti langkah mengelilingi benteng”, kata ꧌ꦄ꧉ꦲꦺꦂꦩꦱ꧀ꦠꦺꦴꦤꦶ꧍ A Hermas Thony yang sibuk menyiapkan dokumen dalam rangka pemajuan kebudayaan di kediamannya pada Kamis malam (26/6/25). ꧌ꦱꦼꦩꦼꦤ꧀ꦠꦫ꧍ Sementara itu Ita Surabaya di Yogyakarta berjalan berkeliling benteng.

“Selama prosesi ꧌ꦩꦸꦧꦼꦁꦧꦺꦠꦺꦁ꧍ Mubeng Beteng (mengelilingi Benteng) suasana tenang, berjalan tanpa berbicara. Tertib”, demikian kata Ita di ꧌ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦡ꧍ Yogyakarta.

Para abdi dalem Keraton ikut ꧌ꦩꦼꦫꦩꦻꦏꦤ꧀꧍ meramaikan Suran Tahun Dal 1959. Foto: ist

꧌ꦝꦭꦩ꧀꧍ Dalam acara itu, diperkirakan ada ratusan warga Yogyakarta ꧌ꦩꦼꦔꦶꦏꦸꦠꦶ꧍ mengikuti tradisi, yang juga disebut “Tapa Bisu lampah Mubeng Beteng” atau diam ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦶꦱꦸ꧍ membisu berjalan mengelilingi benteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam rangka ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦱꦼꦫꦶꦔꦠꦶ꧍ memperingati tahun baru Jawa 1 Sura atau ꧌ꦱꦸꦫꦤ꧀꧍ Suran.

꧌ꦅꦠꦯꦹꦫꦗꦪ꧍ Ita Surojoyo dan Zita Utungga Dewi (berkebaya janggan motif kembang batu)- Kasie Seni Pertunjukan Kundha Kabudayan Ngayogyakarta sebelum Mubeng Beteng. Foto: ist

Menurut Ita jarak jalan yang ꧌ꦝꦶꦠꦼꦩ꧀ꦱꦸꦁ꧍ ditempuh kira kira 5 kilometer.

“Jalan tanpa alas kaki seperti biasanya abdi dalem. ꧌ꦫꦩꦺ꧍ Rame orang tapi sepi suara. Ga boleh bicara, tapi perbanyak doa”, jelas Ita.

꧌ꦫꦩꦻ꧍ Ramai tapi sepi menjadi potret kontradiksi yang terjadi dalam satu ꧌ꦫꦸꦮꦁ꧍  ruang.

꧌ꦥꦼꦂꦰꦶꦪꦥꦤ꧀꧍ Persiapan cantik diri dan bersih diri sebelum menyambut tahun Baru Dal 1959. Foto: ist

Hajad Kawula Dalem ꧌ꦩꦸꦧꦼꦁꦧꦺꦠꦺꦁ꧍ Mubeng Beteng dalam rangka memperingati Tahun Baru Jawa Dal 1959 diselenggarakan pada Kamis (26/06) malam Jumat, pukul 23.00 WIB dipimpin dan ꧌ꦝꦶꦊꦥꦱ꧀꧍ dilepas oleh KPH Purbaningrat, dan Lampahan dipimpin KPH Yudanegara.

“ꦏꦼꦧꦼꦫꦔ꧀ꦏꦠꦤ꧀꧍ Keberangkatan dimulai dari Bangsal Ponconiti Kompleks Kamandungan Lor (Keben), Keraton Yogyakarta. ꧌ꦱꦼꦧꦼꦭꦸꦩ꧀꧍ Sebelum pemberangkatan, terlebih dulu dilakukan pembacaan Macapat setelah Isya”, pungkas Ita. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *