Peserta ITEC Berwisata Sejarah ke Istana Chowmahalla di Hyderabad.

Rajapatni.com: Surabaya (11/24) – Nama Nizam Al Mulk tidaklah asing bagi warga India, utamanya mereka yang tinggal di Negara Bagian Tengelana, yang daerahnya berada di bagian selatan-tengah Negeri India. Nizam Al Mulk berasal dari Dynasti Asaf Jahi, yang berkuasa di Negara Hyderabad mulai 1724-1948.

Kala itu Negara Hyderabad adalah suatu Negeri yang paling kaya diantara negara negara kepangeranan di India. Kemegahan dan kemakmuran Negerinya tergambar pada sosok istana dimana Nizam Al Mulk bertempat tinggal dan menata Negerinya. Inilah Istana Chowmahalla.

Sekarang, Istana Chowmahalla ini dijadikan museum yang layak dikunjungan oleh wisatawan dari dalam negri dan luar Negeri. Meski sudah dibuka untuk umum, namun kepemilikan istana masih ditangan keluarga Nizam. Istana Chowmahalla dibangun oleh Nizam Ali Khan Asaf Jahi pada 1769. Istana ini didirikan  di atas lokasi Istana Lama yang pernah ditempati oleh Dinasti Qutb Shani dan Dinasti Asaf Jahi.

Ita Surojoyo (tengah) beserta rekan sekelas di dalam Museum Istana Chowmahalla. Hyderabad. Foto: col IS

Di dalam museum Istana ini menampilkan segala peninggalan Nizam Al Mulk mulai lukisan, perabotan dan banyak lagi, yang semuanya masih tertata apik di tempatnya. Pengunjung ketika masuk museum seperti berkunjung ke kediaman penguasa Hyderabad, termasuk peserta ITEC.

Para peserta beasiswa ITEC (The Indian Technical and Economic Cooperation) dari beberapa negara diajak melihat kekayaan sejarah dan budaya India pada Sabtu (9/11/24) seperti Istana Chowmahalla, Makam Dinasti Qutb Shani dan Benteng Golconda.

Ita Surojoyo dari Puri Aksara Rajapatni dalam wisata sejarah di Hyderabad. Foto: IS

Salah satu peserta program ITEC ini adalah Ita Surojoyo dari Komunitas Puri Aksara Rajapatni, Indonesia.  Ada puluhan negara dalam program, yang secara khusus dirancang oleh Pemerintah India untuk para dosen dan praktisi pengajaran bahasa Inggris dengan tujuan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris (English Proficiency). Mereka belajar di Kampus Universitas English Foreign Language.

Seluruh peserta ITEC yang belajar di Hyderabad. Foto: IS

Namun disela sela kegiatan belajar formal, mereka diperkenalkan pada budaya dan sejarah India. Pada kesempatan di minggu pertama, pada Sabtu (9/11/24) mereka diajak ke Istana Chowmahalla, Makam Qutb Shani dan Benteng Golconda.

“Besok jadwalnya dari kampus adalah wisata sejarah Hyderabad” kata Ita singkat. 

Ita Surojoyo, pendiri Puri Aksara Rajapatni, tidak hanya menggeluti literasi Aksara Jawa di sela sela kesibukan harian sebagai pengajar bahasa Inggris dan konsultan pendidikan luar negeri, Ita juga memperkenalkan budaya Jawa melalui busana. Tak jarang ia berkebaya dalam keseharian baik di Kantor maupun dalam kegiatan Sosial.

Dalam wisata sejarah di Hyderabad, Ita mengenakan Kebaya sebagai identitas bangsa. Foto; IS

Kesempatan mendapat beasiswa di India menjadi ajang memperkenalkan busana Nusantara di Iuar negeri. Ita menggunakan kebaya di kampus dan ketika berwisata di tempat tempat bersejarah di Hyderabad. Dari busana Kebaya yang dikenakan dapat diidentifikasi bahwa dirinya dari Indonesia.

Menyimak Istana Chowmahalla yang dibangun pada 1769 dan hingga sekarang, 2024, kondisi fisik bangunannya masih bagus (255 tahun), menunjukkan bahwa peradaban di Hyderabad sudah tinggi. Teknologi rancang bangun dan sipilnya sudah sangat bagus. Kiranya bukan Istana Chowmahalla saja sebagai bukti peradaban tinggi India, lainnya masih banyak. Ita Surojoyo masih punya cerita. (PAR/nng).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *