Opini: Gagasan Beri Manfaat Lebih Pada Ruang Kota Lama Surabaya. Gedung Singa sebagai museum Kota Lama dan Chambers of Overseas Cultural Affairs.( *)

Rajapatni.com: Surabaya (19/7/24) – Roda Kota Lama Surabaya sudah menggelinding. Semua ꦧꦼꦂꦭꦺꦴꦩ꧀ꦧ berlomba mendapat dan mencari percikan manfaat darinya. Jika Kota Lama Surabaya tidak dirawat dan dipelihara dengan baik, maka kemanfaatan itu akan pudar dan hilang. Tentu ini tidak diinginkan. Lantas, adakah yang berpikir untuk memberi manfaat kepada wadah Kota Lama tercinta ini sehingga kemanfaatan itu selalu meluber.

Kemanfaatan ini berupa nilai nilai, yang salah satunya adalah nilai ꦌꦏꦺꦴꦤꦺꦴꦩꦶ ekonomi. Nilai ini sudah sangat umum, yang efeknya sering diukur dengan uang. Oleh sebab itu, semua kegiatan yang tumbuh di Kota Lama sangat terkait dengan perekonomian dan kesejahteraan.

Namun, sekali lagi, adakah yang berfikir tentang kegiatan yang bisa memberi manfaat lebih di ꦮꦣꦃ wadah kota Lama ini? Ingat, Kota Lama bukan saja ladang untuk mencari atau mendapat sesuatu, tapi justru menjadi ladang dimana orang bisa memberi dan berbagi sesuatu agar dapat dinikmati orang lain. Better give than take.

Sekelompok wisatawan Eropa berorientasi tentang Kawasan kota lama melalui banner. Foto: nanang

Salah satu dari sikap memberi dan berbagi adalah berfikir jauh ke depan untuk menjadikan kota lama sebagai ajang ꦣꦶꦥ꧀ꦭꦺꦴꦩꦱꦶ diplomasi multilateral (antar negara) khususnya di bidang kebudayaan. Wadah Kota Lama Surabaya bisa menjadi ajang kerjasama kebudayaan antar bangsa, misalnya Surabaya – Belanda, Surabaya – Arab Saudi, Surabaya – China dan Surabaya – Singapore atau Malaysia atau negara negara Melayu lainnya.

Kota lama Surabaya, yang selama ini dibingkai dalam zona Eropa, Pecinan, ꦩꦼꦭꦪꦸ Melayu dan Arab, seyogyanya bisa menghasilkan produk produk yang tidak sekedar fisik belaka. Tapi, non fisik, peradaban baru sesuai dengan perkembangan zaman.

Dahulu kota Surabaya pernah sebagai rumah keberagaman antar bangsa (kosmopolitan). Sekarang harus bisa lebih dari dulu. Surabaya, melalui peran aktif komunitas, telah menjalin ꦏꦼꦂꦗꦱꦩ kerjasama dengan Belanda. Kerjasama ini harus terus dibina sehingga terus menjadi jembatan persahabatan antar kedua negara.

Gagasan ini bukan sesuatu yang mustahil. Kenyataan itu telah terjadi. Ada ꦏꦼꦂꦗꦱꦩ kerjasama komunitas antar negara, seperti misalnya Begandring Soerabaia (Surabaya, Indonesia) dan TiMe Amsterdam (Amsterdam Belanda). Sayang, tidak ada wadah yang menjadi sarana untuk pengembangan kenyataan kerjasama yang telah nyata dan terbina ini. Surabaya sebagai kota besar dan multikultural butuh sarana itu.

Jika kegiatan itu berupa kontak kontak dagang, hal ini telah umum terwadahi dalam sebuah Kamar Dagang (Chambers of Commerce). Di Kota Lama, jika kelak ada kontak kontak kerjasama luar negeri di bidang ꦏꦼꦧꦸꦣꦪꦄꦤ꧀ kebudayaan, maka bisa berpotensi lahirlah wadah Chambers of Overseas Cultural Affairs (COCA).

Gedung Singa menjadi ikon Kota Lama Surabaya. Foto: Nanang

Di Kota Lama, Kamar Kerjasamanya bisa di tempat yang representatif. Yaitu Gedung Singa, selain sebagai ꦩꦸꦱꦺꦪꦸꦩ꧀ꦏꦺꦴꦠꦭꦩ Museum Kota Lama (sebuah gagasan juga).

Uraian tersebut di atas adalah gagasan demi memberi manfaat lebih pada ruang Kota Lama Surabaya. Sementara, Gedung Singa sebagai museum Kota Lama Surabaya dan Chambers of Overseas Cultural Affairs. Pemanfaatan Gedung Singa adalah upaya pelestarian dan pemanfaatan ꦕꦒꦂꦧꦸꦣꦪ cagar budaya.

(*) Nanang Purwono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *