Rajapatni.com: Surabaya (28/7/24) – Secara sekilas menulis aksara Jawa dalam ꦧꦲꦱꦩꦣꦸꦫ bahasa Madura sepertinya aneh. Tapi ini hal biasa karena aksara Jawa memang bisa dipakai untuk penulisan dalam bahasa Madura. Aktivitas literasi ini nampak dalam kegiatan Sinau Aksara Jawa, yang diadakan oleh komunitas aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni, di Museum Pendidikan Surabaya pada Sabtu, 27 Juli 2024.
Kegiatan Sinau Aksara Jawa (SAJ) ini adalah gelombang IV, yang diikuti oleh 10 siswa SMK dari berbagai sekolah, yang separuhnya berasal dari ꦧꦁꦏꦭꦤ꧀ Bangkalan, Madura. Ke sepuluh siswa ini adalah mereka yang sedang magang di DGPreneur JITC Surabaya.
Malindra Oktavianto, pengasuh program magang, mengatakan bahwa kegiatan Sinau Aksara Jawa ini adalah kesempatan baik untuk memberikan ꦥꦼꦔꦼꦠꦲꦸꦮꦤ꧀ pengetahuan tambahan kepada siswa binaannya.
“Semoga banyak jiwa jiwa yang terpanggil untuk makin mencintai budaya sendiri”, kata ꦩꦭꦶꦤ꧀ꦝꦿ Malindra, yang ikut mendampingi anak binaannya di Museum Pendidikan Surabaya di jalan Genteng Kali.
Kegiatan Sinau Aksara Jawa ini memang kegiatan ꦌꦣꦸꦏꦱꦶ edukasi dalam upaya bersama pelestarian budaya bangsa, khususnya literasi tradisional yang menghadapi kepunahan.
Ada lima peserta Sinau Aksara Jawa yang berasal dari SMK di Bangkalan, Madura. Bagi mereka, aksara Jawa bukan hal yang asing. Mereka sudah pernah belajar aksara Jawa di ꦩꦣꦸꦫ Madura. Aksara Jawa memang bisa digunakan untuk berbagai bahasa asalkan pengucapan dan bunyinya benar. Berdasarkan bunyi itulah, aksara Jawa dapat dituliskan.
Untuk mengetahui bunyi suatu kata dengan benar, menurut ꦆꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo, salah satu pengejar aksara Jawa dalam kelas Sinau Aksara Jawa, diperlukan kamus untuk mengetahui diakritik suatu kata.
“Ada kamus Bahasa Madura?”, tanya ꦆꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo kepada peserta.
ꦏꦩꦸꦱ꧀ Kamus inilah yang bisa menuntun bagaimana bunyi suatu kata dapat dituliskan dengan benar dalam aksara Jawa.
“Aksara Jawa itu voiced base”, lanjut Ita.
Dalam kegiatan literasi itu, peserta yang berasal dari Madura diminta untuk menuliskan kata kata ꦧꦲꦱꦩꦣꦸꦫ bahasa Madura yang kemudian dituliskan dalam aksara Jawa. Misalnya ada kata “molè” (pulang), “tèdung” (tidur), “mangkat” (berangkat) dan “Ngakan” (makan).
Sementara pengajar Ginanjar Wijaya mengatakan bahwa suatu kelompok penutur memiliki dialeg masing masing, termasuk setiap individu yang juga memiliki idialeknya masing masing. Sehingga suatu kata bisa saja diucapkan secara berbeda dan perbedaan pengucapan itu menjadikan perbedaan dalam penulisan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ aksara Jawa. Dialeg orang Jawa berbeda dengan dialek orang Batak. Ini karena aksara Jawa adalah voice based (berdasarkan bunyi) seperti yang dijelaskan oleh Ita Surojoyo.
Bagaimanapun ketika menyimak penulisan aksara Jawa dalam bahasa Madura adalah sesuatu yang menarik. Ini sama halnya dengan ꦧꦲꦱꦆꦤ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦶꦪ bahasa Indonesia yang dituliskan dalam aksara Jawa, selain aksara Jawa untuk penulisan bahasa Jawa sendiri.
Sebagai perbandingan seperti aksara latin (Roman) yang dipakai untuk penulisan bahasa Indonesia, Inggris, Belanda dll.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dalam Sinau Aksara Jawa ini menjadi upaya dalam mengenalkan dan mengembalikan kompendium tradisional Aksara Jawa ke masyarakat modern. (Nanang)