Aksara Budaya:
Rajapatni.com: SURABAYA – Baru kali ini ada Lomba Sketsa dan Lukis remaja berhadiah beasiswa. Tidak sekedar seni sketsa tetapi ada kandungan nilai sejarah bangsa. Itulah yang membuat Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya tertarik memberikan Beasiswa untuk dua pemenang Lomba Sketsa dan Lukis. Melalui beasiswa itu, Untag memberikan kanal untuk pembinaan lebih lanjut di jalur pendidikan di kampus Kebangsaan.

Demikian pesan, yang disampaikan Jesu Subekti SH. MM., Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) di ruang karjanya pada Rabu (30/4/25). Lomba Sketsa dan Lukis, yang bertemakan “Tembok Koblen” ini, diselenggarakan Puri Aksara Rajapatni bekerja sama dengan PT. Menara Property Development sebagai pengelola eks Penjara Koblen dan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, yang didukung oleh Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jatim, Sketsa Indonesia dan Ikatan Pelukis Indonesia (IPI).
Kenali Sejarah Kota
Lomba ini bertujuan mengajak publik, utamanya pelajar SMA dan sederajat untuk mengenal dan mengetahui sejarah di balik tembok yang terbuat dari batu.
Bahwa tembok batu penjara Bubutan ini selain mengandung nilai sejarah perjuangan, bangunan Penjara Bubutan juga merupakan wujud perkembangan Kota Surabaya dan arsitektur di awal abad 20. Karena mengandung nilai sejarah kebangsaan dan perkembangan kota, eks Penjara Koblen menarik perhatian Untag Surabaya. Untag Surabaya adalah kampus kebangsaan, yang memiliki study arsitektur dan sipil.
Sementara itu pihak pengelola eks Penjara Koblen, I Wayan Arcana atas nama PT. Menara Property Development (MPD) mendukung lomba, yang mengandung semangat pembelajaran nilai nilai sejarah.

Wayan selaku manager PT Menara Property Development, yang sedang mengembangkan lahan kosong di dalam area tembok penjara ini, menginginkan ada wahana kesejarahan berdasarkan sisa struktur penjara yang masih ada. Yaitu tembok penjara.
Mengumpulkan Data Sejarah Penjara Koblen
Karenanya Wayan sudah mulai mengumpulkan data data terkait sejarah Koblen. Misalnya ketika kedatangan dua tamu dari Belanda beberapa hari lalu, terkuak bahwa nama Koblen diduga berasal dari bahasa Belanda Kobbelsteen, yang artinya batu.

Jadi Kobbelsteen Gevanggenis adalah Penjara Batu. Itulah julukan bagi Penjara Bubutan saat itu. Lambat laun Penjara Batu (Kobbelsteen) ini lebih populer daripada penyebutan Penjara Bubutan. Maka tersebutlah Penjara Koblen.
“Kami baru mengetahui bahwa nama Koblen itu berasal dari Kobbelsteen”, ujar Wayan.
Tidak cuma itu, suasana dalam penjara, yang kala itu sempat difungsikan sebagai Kamp Interniran, juga akhirnya dapat diketahui. Yaitu melalui arsip Belanda het geheugen. delpher.nl
Arsip arsip ini nantinya akan menghiasi wahana sejarah Penjara Koblen.
Melalui lomba sketsa dan lukis, peserta bisa mengenal eks Penjara Koblen pada masa lalu, sekarang dan masa mendatang.
Sementara itu, Ir. R.A. Retno Hastijanti MA, Ketua Pusat Studi Ketahanan Iklim dan Kota Untag Surabaya, yang juga Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Surabaya, menyambut baik aktivitas edukatif melalui Lomba Sketsa dan Lukis, yang bertema “Tembok Koblen”.
Aksara Jawa Dalam Bingkai

Sedangkan Puri Aksara Rajapatni, yang beraktivtas di bidang literasi aksara Jawa, juga mencoba mengenalkan aksara Jawa melalui penulisan kata “Koblen” dalam aksara Jawa dalam frame sketsa dan lukisan.
Penulisan Koblen dalam aksara Jawa ini dirupakan dalam dekoratif gambar yang sesuai dengan isi cerita gambar sketsa dan lukisan.
Pembina Puri Aksara Rajapatni, A. Hermas Thony mengatakan bahwa melalui lomba ini kalangan pelajar diajak mengenal tradisi tulis aksara Jawa.
“Aksara Jawa itu harus ditulis atau dalam gambar atau lukisan namanya digoreskan, kalau diucapkan namanya bahasa”, pungkas Thony. (PAR/nng)