Kota Lama Surabaya Tidak Sekedar Bangunan Lawas Kolonial, Tetapi juga Budaya Lokalnya.

Rajapatni.com: Surabaya (6/7/24) – Pengunjung Kota Lama Surabaya, khususnya yang berjalan jalan menyusuri jalan Mliwis, seolah tak pernah henti, terus ꦩꦼꦔꦭꦶꦂ mengalir bak air sejak sore hingga malam hari. Tapi mereka justru berhenti di depan rumah Indische dari abad 19. Bukan melihat fisik rumah. Melainkan melihat aktivitas budaya warga setempat yang sedang berlangsung di dalam rumah.

Perhatian pengunjung Kota Lama Surabaya di jalan Mliwis berhenti di rumah Indische abad 19. Ada apa?. Foto: nanang

Kegiatan budaya itu adalah Sinau Aksara Jawa. Para pembelajar duduk bersila di atas lantai yang bertikar, berlangit langit kayu jati dari sebuah konstruksi lawas di jalan Mliwis. Bentuk ꦄꦂꦱꦶꦠꦺꦏ꧀ꦠꦸꦂ arsitektur rumahnya simetris malambangkan keseimbangan manusia.

Sinau Aksara Jawa lintas usia mengakrabkan sesama warga. Foto: nanang

Disanalah ꦄꦏ꧀ꦠꦶꦮ꦳ꦶꦠꦱ꧀ aktivitas literasi Sinau Aksara Jawa. Dengan backdrop berukuran 2 meter X 1 meter berwarna krem dengan tulisan aksara Jawa warna hitam, kegiatan itu menjadi pemandangan klasik bagi para pejalan kaki yang menikmati Kota Lama Surabaya.

Sinau Aksara Jawa jadi tontonan pengunjung Kota Lama Surabaya. Foto: nanang

Karuan saja, di teras rumah Indische berpilar megah ini berkerumun pengunjung melihat dan mengabadikan momen ꦏꦸꦭ꧀ꦠꦸꦫꦭ꧀ kultural yang terpadu dalam panggung Kota Lama Surabaya.

Momen langka ini tidak disia siakan. Tidak hanya memotret dan memfilmkan, tapi ada dari mereka yang ikut bergabung belajar Aksara Jawa. Mereka adalah keluarga yang beralamat di Banyuurip Surabaya. ꦱꦸꦕꦶ Suci (ibu), ꦫꦫ Rara (anak perempuan) dan Rere (anak perempuan) ikut bergabung.

Pengunjung Rara, Rere dan Suci ikut belajar aksara Jawa. Foto: nanang

“Ini menjadi nostalgia. Dulu waktu masih kecil, SD, saya belajar membaca dan menulis. Sekarang sudah tidak dan banyak yang lupa. Tadi ikutan belajar. Saya menulis lagi. Aduh senangnya. Apalagi belajarnya di rumah kuno seperti ini”, jelas Suci yang sekaligus mengajak kedua putrinya.

Kedua putri Suci bernama Rara dan Rere. Mereka merasakan masuk dan duduk bersama para warga yang sedang ꦧꦼꦭꦗꦂ belajar Aksara Jawa.

“Aduh, senang sekali ikutan. Saya merasakan atmosfer kota Lama Surabaya. Tidak sekedar melihat bangunan, tapi merasakan Sinau yang terasa klasik ini”, kata Rere.

Wisatawan asal Taiwan tidak menyia nyiakan momen langka ini. Foto: nanang

Aktivitas Sinau Aksara Jawa ini juga tidak lepas dari perhatian ꦮꦶꦱꦠꦮꦤ꧀ wisatawan asal Taiwan. Mereka mengabadikan kesempatan yang langka ini sebagai momen hidup dari Kota Lama Surabaya.

Menjadi perhatian media dan netizen. Foto: nanang

Dari pengamatan media ini (Rajapatni.com), ternyata keindahan di kota lama Surabaya tidaklah berupa bangunan bangunan kolonial saja. Tetapi ꦄꦠꦿꦏ꧀ꦱꦶꦧꦸꦣꦪ atraksi budaya seperti Sinau aksara Jawa juga bisa menarik perhatian pengunjung. Karenanya di kawasan Kota Lama ini perlu terus diciptakan atraksi atraksi budaya yang bisa dijadikan daya tarik bagi wisatawan. Kota Lama sudah menjadi panggung terbuka untuk berekspresi seni dan budaya.

Warga dituntut kreatif untuk hidupkan Kota Lama Surabaya. Foto: nanang

Karenanya warga kota Surabaya harus lebih kreatif untuk mengisi ꦥꦔ꧀ꦒꦸꦁ panggung terbuka Kota Lama Surabaya. Kota Lama Surabaya harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh publik Surabaya untuk karya karya kreatifnya agar terus dikunjungi wisatawan baik lokal, Nusantara hingga mancanegara. (Nanang).

One thought on “Kota Lama Surabaya Tidak Sekedar Bangunan Lawas Kolonial, Tetapi juga Budaya Lokalnya.

  1. Saya sangat setuju sekali dengan gagasan yg sangat inspiratif ini. Perlu juga dibangun kesenian2 lain seperti tarian2 tradisional, musik gamelan khas Surabaya, mencanting batik khas Surabaya, membangkitkan lagi kueh kering khas Surabaya dan masih banyak lagi yg estetik yg hrs dieksplor di Zona Eropa ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *