Indonesia Ibukota Budaya Dunia 

Rajapatni.com: Surabaya (8/11/24) – Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon pada pidato perdananya setelah dilantik sebagai menteri berharap Indonesia bisa menjadi Ibukota Budaya Dunia. Alasannya Indonesia sangat kaya budaya dan beragam etnis. 

Kekayaan etnis ini tidak hanya bersifat Nusantara, tapi juga Global. Indonesia sudah menjadi rumah kebaraganan suku bangsa Dan kebangsaan. Kira Kira 2,6 juta tahun lalu, sebagian kawasan Nusantara adalah sebuah benua yang disebut Sundaland atau Kawasan Sunda, yang wilayahnya mencakup Asia Tenggara seperti Semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Sundalnd yang kawasannya meliputi Semenanjung Malaka, Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Foto: ist

Karenanya secara genetika penduduk di kawasan pecahan  Sundaland  memiliki kesamaan. Pun demikian dengan bahasa mereka. Sebagian bahasa mereka berasal dari rumpun bahasa yang sama, Austronesia.

Rumpun bahasa Austronesia, yang berarti “bahasa kepulauan selatan”, adalah sebuah rumpun bahasa, yang sangat luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.

Karena terjadi banjir Besar akibat mencainya es, sehingga permukaan air laut naik dan menenggelamkan kawasan Sunda dan menyisakan daratan dengan permukaan yang lebih tinggi sehingga jadilah beberapa pulau seperti semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa dan Kalimantan serta pulau pulau kecil lainnya.

Di masing masing pulau ini, besar dan kecil, seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan yang terjadi, maka masing masing memiliki ciri dan budaya berbeda dan itu semua menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Menurut Menteri Kebudayaan Fadli Zon bahwa di Indonesia ini terdapat lebih dari 700 bahasa daerah. Usia peradaban, yang bertempat di kawasan ini, sudah jutaan tahun.

Terdapat suatu tanda bahwa Nusantara adalah salah satu rumah peradaban dunia. Penjelasan itu bisa ditemukan pada buku “Empire of the Winds: The Global Role of Asia’s Great Archipelago,” karya Philip Bowring.

Memang saat itu belum ada istilah Indonesia di atas kawasan, yang kala itu bernama Sunda Land atau Kawasan Sunda. Sekarang, setelah perubahan perubahan, hanya nama Sunda yang masih eksis di daratan yang pernah terlanda  banjir Besar atau melelehnya es. Hingga kini keberadaan Sunda, suku Sunda, dengan segala keunikan dan kekhasannya masih bisa ditemukan.

Data otentik secara arkeologis dan historis di kawasan Sunda itu adalah jejak kekunoan yang menjadi potret hubungan Tanah Jawa dengan India dari Abad ke 4.  Adalah jejak  Kerajaan Tarumanegara yang berdiri pada abad ke-4 hingga ke-7 Masehi. Kerajaan ini berlokasi di Jawa Barat, tepatnya di tepi Sungai Cisadane, yang kini menjadi wilayah Banten. 

Dubes India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty beserta keluarga di Prasasti Tarumanagara. Foto: kol pribadi

Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan Hindu terbesar di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Maharesi Jayasingawarman dari India pada tahun 358 M. Meski zaman ini jauh lebih muda daripada era Sundaland, namun peninggalan peradabannya, yang sudah dapat pengaruh dari India, bisa menjadi contoh bahwa Nusantara sudah pernah terjalin hubungan dengan negara lain.

Selain itu ada produk alam Nusantara yang sudah dikenal di Dunia pada masa lampau. Yaitu kayu Gaharu. Kayu ini diyakini berasal dari surga, yang kebanyakan tumbuh di Indonesia tepatnya di Merauke, Borneo Sulawesi dan Pulau Sumatra.

Lainnya adalah kayu Jati, yang umumnya berasal dari Jawa. Sebuah tangga kayu yang pernah dipakai masuk ke Ka’bah terbuat dari kayu Jati dengan rona ukiran khas Nusantara. Kini tangga itu  tersimpan di Museum Ka’bah di Kota Mekkah.

Belum lagi Nusantara sebagai penghasil rempah rempah. Sejak lama rempah rempah menjadi buruan orang Dari Eropa. Rempah rempah disebut sebagai emas hijau. Selain itu, rempah Indonesia juga digunakan di Mesir. Salah satunya adalah kayu manis.

Kayu manis kala itu umum digunakan sebagai salah satu bahan untuk membalsem mumi di Mesir Kuno. Kayu manis memiliki sifat antivirus, antijamur, dan antibakteri yang membantu pengawetan mumi.

Kini, atas latar Belakang faktual itu, tidak berlebihan jika ada keinginan menjadikan Indonesia sebagai Ibukota Budaya Dunia. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *