Rajapatni.com: Surabaya (24/6/24) – Kawasan Kota Lama Surabaya zona Eropa menjadi panggung ꦌꦏꦺꦴꦤꦺꦴꦩꦶꦏꦿꦺꦪꦠꦶꦥ꦳꧀ ekonomi kreatif baru. Selama ini kawasan ini terkenal dengan kawasan yang ruwet dan ribet, kini telah menjelma menjadi kawasan yang keren.
Keberadaannya bagai gula, yang mengundang dan mendatangkan semut. ꦄꦣꦒꦸꦭꦄꦣꦱꦼꦩꦸꦠ꧀ Ada gula ada semut. Demikian bunyi peribahasa. Segera, cepat atau lambat, kawasan ini akan melahirkan kembali sentra ekonomi kekinian yang berbasis kekunoan.
Sentra ekonomi ini akan memanfaatkan potensi sejarah, cagar budaya dan budaya setempat. Menyimak namanya Kota Lama Surabaya zona Eropa, maka di sana akan menjadi etalase yang bersifat keeropa eropaan, utamanya Belanda.
Sifat keeropaan ini membedakan dari sifat zona Pecinan, zona Melayu dan ꦗ꦳ꦺꦴꦤꦄꦫꦧ꧀ zona Arab dalam konsep Kota Lama Surabaya. Contohnya, secara fisik, pada masing masing zona terdapat tiang lampu (PJU) dengan design khas yang berbeda beda. Ada ala Pecinan. Ada ala Arab. Dan tentu ada ala Eropa.
Sebelumnya kawasan zona Eropa Surabaya ini memang sudah menjadi Central Business District (CBD), tapi berbasis ekonomi dan dagang. Di panggung yang baru ini, orientasi nya berdasarkan pada sejarah, ꦕꦒꦂꦧꦸꦣꦪ, budaya dan pariwisata.
Kawasan Kota Lama Surabaya zona Eropa berubah seperti Kota Tua Jakarta dan Kota Lama Semarang. Dibanding keduanya, Surabaya tidak kalah meski ukurannya paling kecil. Tata ruang Kota Lama zona Eropa Surabaya lebih praktis. Pusatnya adalah di depan Gedung Internasio dan Taman Sejarah dengan Monumen mobil Mallaby.
Di kawasan ini sudah terlihat lapak lapak dagang baru. Misalnya stan toko souvenir yang dibangun pemerintah kota Surabaya di pinggiran Taman Sejarah, stan stan warung atas perbaikan warung di eks bangunan halte di jalan Jembatan Merah, kedai kopi di jalan Kasuari, stan kuliner oleh Hotel Acardia di jalan Rajawali dan warung warung dengan tampilan baru di jalan Gelatik dan Mliwis.
Ke depan, stan kulinari ini tidak cukup hanya untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dalam konsep Industri pariwisata. Industri pariwisata sendiri adalah kumpulan usaha pariwisata dalam rangka menghasilkan barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan. Ada lima unsur industri pariwisata penting, menurut Spillane (1987), yaitu atraksi, fasilitas, infrastruktur, transportasi dan hospitaliti.
Jika dikaitkan dengan tujuh unsur Sapta Pesona Pariwisata, maka ada unsur lainnya. Yaitu Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan. Untuk menciptakan itu semua dibutuhkan stakeholder terkait. Diantaranya adalah komunitas yang berkapasitas di bidang pariwisata yang bisa turut menopang kepariwisataan di Kota Lama Surabaya.
Di kawasan ini memang sudah lama ada sebuah mall. Yaitu Jembatan Merah Plaza (JMP). Hadirnya kawasan Kota lama Surabaya zona Eropa begitu strategis dan seharusnya menguntungkan bagi JMP. Karenanya JMP sendiri harus bisa memanfaatkan kesempatan emas ini dengan menghidupkan kembali usaha usaha dagang yang ada di dalamnya. Untuk itu, tentunya dibutuhkan usaha kreativitas yang inovatif. (nanang)