Rajapatni.com: Surabaya (30/7/24) – Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lamberts Grijns mengunjungi Makam Eropa Peneleh Surabaya Selasa pagi (30/7/24). Kunjungan Dubes Lambert Grijns, yang didampingi oleh ꦏꦺꦴꦤ꧀ꦱꦸꦭ꧀ꦏꦼꦲꦺꦴꦂꦩꦠꦤ꧀ Konsul Kehormatan Belanda di Surabaya, Lily Jessica Tjokrosetio, atas undangan komunitas Begandring Soerabaia yang tengah menjalankan project kerjasama dengan TiMe Amsterdam. Project kerjasama ini berupa revitalisasi makam dalam tajuk Peneleh as a Living Library. Project ini berlangsung selama tahun 2024.
Dubes Lambert mengetahui project ini setelah sebelumnya diberitahu oleh Max Meijer dan Petra Timmer, jajaran direktur TiMe Amsterdam yang bermitra dengan Begandring. Sebelum berkunjung ke Peneleh (30/7/24), Dubes Lambert dan Konsul Kehormatan Lily Jessica bertemu walikota Surabaya Eri Cahyadi di ruang kerja walikota pada Senin (29/7/24). Mereka membicarakan Project Peneleh, dan ꦒꦼꦣꦸꦁꦱꦶꦔ Gedung Singa di Kota Lama serta Penataan air, seperti Kalimas.
ꦏꦼꦣꦠꦔꦤ꧀ Kedatangan Lambert di Peneleh disambut hangat oleh Tim Begandring dengan berpakaian ala pergerakan, Ir. Retno Hastijanti Ketua TACB Kota Surabaya, Icha Anissa Saraswati dari Disbudporapar Kota Surabaya dan para arsitek senior dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jatim.
Di Makam Peneleh pertama tama mereka diajak melihat pameran desain penataan area makam, yang dirancang oleh beberapa kelompok arsitek dari IAI. Desain desain ini mendapat ꦄꦠꦺꦤ꧀ꦱꦶ atensi serius dari Dubes Lambert karena desain ini dihasilkan oleh masyarakat yang menaruh perhatian pada makam yang menjadi sejarah bersama antara Surabaya dan Belanda.
Bagi Lambert memasuki ꦥꦼꦩꦏꦩꦤ꧀ pemakaman Peneleh ini adalah yang pertama kali.
“Makam Peneleh menyimpan banyak sejarah. Ini dibuka tahun 1847. Yang menarik adalah disini ada kerjasama antar organisasi yang didukung pemerintah. Kami dari kedutaan Belanda sangat senang ada ꦥꦼꦫꦤ꧀ peran komunitas dan masyarakat setempat”, jelas Lambert.
Setelah melihat ꦥꦩꦺꦫꦤ꧀ pameran desain makam, rombongan Kedubes diajak melihat 8 makam pilihan yang menjadi obyek project yang bertajuk Peneleh as a Living Library. Diantara 8 makam pilihan itu adalah makam PJB Perez, Residen Pietermaat, Gubernur Jendral Peter Merkus, Fotografer Kurkdjian dan ahli bahasa Van der Tuuk.
Makam Van Der Tuuk sangat spesial bagi Lambert karena ketika dirinya masih kecil, Bapaknya sering ꦧꦼꦂꦕꦼꦫꦶꦠ bercerita tentang Van der Tuuk kepadanya. Lambert sendiri kelahiran Bogor.
Karena pengalaman personal itulah, Lambert berhenti sejenak dan meminta kepada rombongan untuk sedikit menjauh dari ꦩꦏꦩ꧀ makam Van Der Tuuk. Dengan kesendirian itu lantas Lambert membuat konten. Konten pribadi Dubes Belanda ini dapat diakses melalui: Lambert_grijns_dubes_belanda.
Usai kunjungan lapangan, rombongan dijamu di Lodji Besar yang menjadi markas komunitas Begandring Surabaya.
“Buat saya di sini ada orang yang sangat menarik. Namanya Herman Van der Tuuk. Dia ahli bahasa bahasa daerah. ꦧꦲꦱꦱꦸꦤ꧀ꦝ Bahasa Sunda, Bali, Batak dan Jawa. Dia penerjemah dari kitab kitab Bibel”, pungkas Lambert Grijns. (Nanang)