Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – Sudah setahun ini, kegiatan edukasi Sinau Aksara Jawa oleh Puri Aksara Rajapatni, yang bekerja sama dengan pemerintah kota Surabaya, bertempat di museum Pendidikan Surabaya. Alasannya adalah untuk mendekatkan para pembelajar dengan koleksi museum, khususnya manuskrip. Karena manuskrip adalah artefak yang menggunakan aksara daerah. Di museum ini ada Manuskrip beraksara Jawa dan Aksara Pegon. Pembelajaran aksara Jawa oleh Puri Aksara Rajapatni ini memang terkait dengan keberadaan koleksi manuskrip.

Kelas Sinau Aksara Jawa ini dirancang untuk 5 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, para pembelajar diajak observasi koleksi dengan metode Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Yakni pembelajar diajak mengamati artefak manuskrip untuk mengenal aksara aksara yang digunakan. Ada Aksara Jawa dan aksara Pegon (arab gundul).
Dari pengamatan dan pengalaman empiris itu, selanjutnya para pembelajar berbagi pengalaman. Mereka bercerita. Semua tidak bisa membaca. Mereka terlalu asing dengan aksara daerah, yang dipakai pada manuskrip. Bahkan terhadap aksara Jawa.
Setelah kegiatan Sinau berjalan sebanyak 4 kali pertemuan, pada pertemuan ke 5, mereka diajak kembali observasi manuskrip dan mengenali aksara, yang dipakai pada manuskrip. Yaitu Aksara Jawa dan Aksara Pegon.
Begitu kembali ke ruang kelas dan diminta untuk berbagi pengalaman, mereka bisa mengenali aksara aksara (huruf huruf) yang dipakai, utamanya aksara Jawa. Mereka bisa mengenali aksara Ka, Ra, Pa, Da dan lainnya, meski membacanya dengan cara mengeja pelan pelan dalam kerja kelompok.
Dibanding kan dengan pengalaman pertama, pengalaman kedua telah memberi bekal. Mereka sudah bisa mengenali huruf huruf Jawa yang dipakai. Sementara mereka tidak bisa mengenali aksara Pegon. Pengalaman ini membuktikan bahwa kelas pembelajaran (Sinau) aksara Jawa telah menghantarkan mereka lebih dekat dengan manuskrip. Khususnya manuskrip yang ditulis dalam aksara Jawa. Misalnya mereka bisa membaca satu kata “Punika” (ini).
Ini adalah hasil pembelajaran aksara Jawa singkat. Maka untuk bisa berkemampuan membaca dan menulis (Calis) lebih baik lagi, memang harus ada alokasi waktu belajar yang lebih lama dalam sebuah kurikulum sekolah yang terstruktur.
Sekolah menjadi ajang pembelajaran. Jika di jenjang SD dan SMP sudah ada mata pelajaran bahasa daerah, maka perlu ada mata pelajaran Aksara Daerah (Jawa).
Selain itu di jalur pendidikan luar sekolah, peran serta komunitas menjadi harapan seperti yang dilakukan oleh komunitas Puri Aksara Rajapatni. Masih ada komunitas Aksara Jawa lainnya di Surabaya atau para mahasiswa bahasa Jawa Unesa dalam program pengabdian masyarakatnya.
Manuskrip atau biasa disebut naskah nusantara merupakan aset khasanah pengetahuan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Naskah naskah ini merupakan sumber informasi langka, yang bisa jadi keberadaannya merupakan satu-satunya.
Di dalam naskah nusantara digambarkan kebudayaan, sejarah, dan cara hidup masyarakat di nusantara pada masa lalu, bahkan juga ramalan dari pemimpin atau pemuka masyarakat pada masa lampau.

Karenanya, penting untuk bisa membacanya atau masih orang asing yang bisa membaca dan mengkaji. Banyak manuscript dari Jawa tersimpan di The British of Library. Selain dikelola dengan baik, para ahli filologi juga mengkaji isi. Bisa bisa mereka lebih mengenal dan mengetahui isi manuskrip manuskrip asal Nusantara itu dari pada kita. (PAR/nng).