Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – ꧌ꦤꦱ꧀ꦏꦃꦏꦸꦤ꧍ Naskah kuno atau manuskrip Nusantara umumnya ditulis dengan menggunakan aksara daerah (Nusantara). Karenanya untuk ꧌ꦩꦼꦔꦼꦠꦲꦸꦮꦶ꧍ mengetahui isi naskah kuno, kiranya perlu mencari ahli bahasa atau ahli naskah untuk ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦠꦸ꧍ membantu menerjemahkan atau menginterpretasikan isinya.
꧌ꦗꦸꦩ꧀ꦭꦃ꧍ Jumlah orang orang, yang bisa membaca naskah naskah kuno, sangatlah terbatas. ꧌ꦱꦼꦩꦼꦝ꧀ꦠꦫ꧍ Sementara orang orang, yang tidak bisa membaca, terlalu banyak. Perbandingannya bagai bumi dan langit. Ini yang membuat manuskrip menjadi jauh dari masyarakat. Manuskrip ꧌ꦠꦼꦂꦭꦭꦸꦄꦱꦶꦁ꧍ terlalu asing.
Pentingnya ꧌ꦩꦤꦸꦱ꧀ꦏꦿꦶꦥ꧀꧍ Manuskrip

꧌ꦤꦩꦸꦤ꧀꧍ Namun bagaimanapun, manuskrip harus tetap dijaga, dilindungi dan dipreservasi. Karena di dalam manuskrip ꧌ꦠꦼꦂꦯꦶꦩ꧀ꦥꦤ꧀꧍ tersimpan banyak nilai historis, budaya, dan informasi yang berharga bagi ꧌ꦩꦯꦫꦏꦠ꧀꧍ masyarakat.
Manuskrip ꧌ꦩꦼꦫꦸꦥꦏꦤ꧀꧍ merupakan sumber informasi tentang kehidupan manusia di masa lalu dan dapat ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦠꦸ꧍ membantu kita belajar dari masa lalu dan ꧌ꦧꦼꦂꦏꦼꦩ꧀ꦧꦁ꧍ berkembang di masa yang akan datang. Selain itu, manuskrip juga merupakan bagian dari ꧌ꦮꦫꦶꦱꦤ꧀꧍ warisan budaya bangsa yang perlu ꧌ꦝꦶꦊꦱ꧀ꦠꦫꦶꦏꦤ꧀꧍ dilestarikan.

Manuskrip ꧌ꦱꦼꦧꦒꦻ꧍ sebagai salah satu Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK), sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 UU no 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, sesungguhnya juga ꧌ꦠꦼꦂꦑꦲꦶꦠ꧀꧍ terkait dengan obyek obyek lainnya. Yaitu Pengetahuan Tradisional, yang juga merupakan OPK. Di dalam Manuskrip ꧌ꦩꦼꦚꦶꦩ꧀ꦥꦤ꧀꧍ menyimpan sumber pengetahuan tradisional dan juga Teknologi Tradisional.
Perlunya ꧌ꦩꦼꦔꦼꦂꦡꦶ꧍ Mengerti Aksara Daerah

꧌ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀꧍ Untuk mengetahui isi dari Manuskrip, maka seseorang harus bisa membacanya. Selama ini, yang memiliki kemampuan membaca manuskrip adalah filolog atau ꧌ꦄꦲ꧀ꦭꦶꦧꦲꦱ꧍ ahli bahasa kemudian menterjemahkan dan menginterpretasikan.
꧌ꦱꦼꦩꦼꦤ꧀ꦠꦫ꧍ Sementara yang tidak punya kemampuan membaca jumlahnya sangat banyak. Ini menjadikan manuscript berjarak jauh dari masyarakat. Untuk ꧌ꦩꦼꦟ꧀ꦝꦼꦏꦠ꧀ꦏꦤ꧀꧍ mendekatkan masyarakat dengan manuskrip, mereka perlu mengenal manuskrip baik secara fisik (tangible) maupun non fisik (intangible) yaitu bahasa dan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫ꧍ aksara yang digunakan.
Sebagai penjembatan untuk ꧌ꦩꦼꦔꦼꦤꦭ꧀꧍ mengenal manuskrip adalah mengenal aksara daerah, yang ꧌ꦠꦼꦂꦚꦠ꧍ ternyata masih banyak orang tidak mengenal aksara yang digunakan dalam penulisan pada manuskrip. Aksaranya bermacam macam. ꧌ꦄꦝ꧍ Ada aksara Jawa, Pegon dan lainnya.
Adalah ꧌ꦏꦼꦟ꧀ꦝꦭ꧍ kendala tersendiri untuk mengenal manuskrip bila seseorang tidak mengerti aksara dan bahasanya. Sehingga ꧌ꦥꦼꦩꦲꦩꦤ꧀꧍ pemahaman aksara berpengaruh pada upaya ꧌ꦥꦼꦊꦱ꧀ꦠꦫꦶꦪꦤ꧀꧍ pelestarian manuskrip. Pelestarian tidak hanya ꧌ꦧꦼꦂꦯꦶꦥ꦳ꦠ꧀꧍ bersifat fisik (seperti menjaga, melindungi dan mempreservasi) tetapi juga non fisik (mengerti dan memahami isi).
Sementara di dalam manuskrip ꧌ꦠꦼꦂꦯꦶꦩ꧀ꦥꦤ꧀꧍ tersimpan nilai nilai Pengetahuan Tradisional yang juga merupakan Obyek ꧌ꦠꦼꦂꦯꦼꦟ꧀ꦝꦶꦫꦶ꧍ tersendiri dalam 10 OPK. Karenanya Pemahaman Aksara Daerah sangat berpengaruh pada pelestarian manuskrip secara ꧌ꦥ꦳ꦶꦱꦶꦏ꧀꧍ fisik dan isi manuskrip secara non fisik.
Tritunggal
Aksara Daerah – Manuskrip – ꧌ꦥꦼꦔꦼꦠꦲꦸꦮꦤ꧀꧍ Pengetahuan Tradisional adalah Tritunggal dalam Pemajuan Kebudayaan.
꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫ꧍ Aksara dan manuskrip adalah dua hal yang saling terkait dalam dunia naskah kuno. Aksara adalah ꧌ꦱꦶꦱ꧀ꦠꦼꦩ꧀꧍ sistem tulisan atau huruf yang digunakan untuk ꧌ꦩꦼꦤꦸꦭꦶꦱ꧀꧍ menulis, sementara manuskrip adalah ꧌ꦝꦺꦴꦏꦸꦩꦺꦤ꧀꧍ dokumen tertulis yang ditulis tangan, bukan cetakan.
꧌ꦝꦥꦠ꧀꧍ Dapat diakui bahwa manuskrip sendiri dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran untuk ꧌ꦩꦼꦔ꧀ꦌꦝꦸꦏꦱꦶ꧍ mengedukasi masyarakat tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai ꧌ꦭꦸꦲꦸꦂ꧍ luhur bangsa. (PAR/nng).