Apakah Bangsa Indonesia Malu Menggunakan Aksara Nusantaranya dan Bangga Menggunakan AI?

Buku yang mencatat latar belakang di balik penulisan aksara jawa di Surabaya. Foto: nanang

Rajapatni.com: SURABAYA – Kecerdasan Leluhur Nusantara bukanlah AI (Artificial Intellegence), yang palsu itu, yang selama ini digandrungi oleh kebanyakan orang. Bahkan calon calon intelektual muda pun mulai terkalahkan oleh AI. Mereka manut AI. Mereka lebih menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas tugas akademik. Tidak semua, sih. Memang praktis dan singkat dengan bantuan AI. Tetapi palsu alias artificial. Kecerdasannya tidak berangkat dari kemampuan dan daya juang dirinya.

Daya juang adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan.

Daya juang merupakan kecerdasan seseorang dalam menghadapi masalah atau kemalangan dalam kehidupan. 

Bahkan bagi mereka yang pekerjaannya di dunia tulis menulis atau jurnalis, juga menggunakan AI yang dianggap sangat membantu. Sempat bertanya kepada seorang rekan wartawan senior , Agus Wahyudi, apakah AI itu membantu atau justru membodohi. Sambil tertawa jawabnya “tipis tipis” antara keduanya.

Contoh kumpulaan aksara Nusantara. Foto: dradio.id

Kecerdasan Leluhur Nusantara, yang asli itu, telah dibuktikan dengan terciptanya aksara (huruf atau abjad) yang telah digunakan untuk mewakili bahasa (lisan) sebagai ekspresi kehendak, pikiran dan perasaan serta ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi di zamannya yang perlu ditransformasikan kepada generasi berikutnya.

Leluhur Nusantara memiliki huruf huruf tersendiri, yang umum disebut aksara, yang tentunya tidak kalah dari peradaban saudara tua yang kini menjadi negara maju seperti Jepang, China, Korea dan India. Coba kita lihat negara negara dengan aksaranya sendiri (memiliki aksara) adalah negara negara maju. Mereka bangga dengan aksaranya, yang merupakan bukti kecerdasan peradaban tinggi mereka.

Indonesia juga sesungguhnya memiliki aksara sendiri, yang masyarakatnya seharusnya bangga dengan aksara yang dimilikinya. Tetapi aksara Nusantara itu justru tenggelam. Aksara Nusantara menjadi asing, yang lebih asing daripada aksara aksara asing seperti Hangeoul, Kanji dan Hanzi.

Harun Sobar mengamati penggunaan aksara Jepang di tempat tempat umum. Foto: harun

Negara negara, yang masih menjunjung tinggi peradaban tinggi intelektualnya seperti Jepang, China dan Korea adalah negara negara maju saat ini.

Penulisan aksara tradisional yng setara dengan Aksara Latin adalah buah kesadaran akan menjaga jatidiri bangsa. Foto: IS

Bagaimana dengan Indonesia, kok masih saja sebagai Negera berkembang? Bagaimana dengan aksara Nusantara nya?

Jepang, China, Korea dan India adalah negara negara maju, yang masih mengedepankan bukti kecerdasan intelegensi dan naturalnya, yang disebut aksara. China memiliki Hanzi, Jepang punya Kanji, Korea punya Hangeul dan India punya Dewanagari. Mereka tetap menggunakan aksara aksara mereka.

Buku yang mencatat latar belakang di balik penulisan aksara jawa di Surabaya. Foto: nanang

Aksara Jawa, Bali, Lampung dan lainnya adalah bukti nyata bahwa bangsa Nusantara adalah Bangsa yang memiliki tingkat kecerdasan peradaban yang luar biasa. 

Tetapi mengapa mereka tidak dengan bangga menggunakannya seperti halnya negara Jepang, China, Korea dan India?

Apakah bangsa Indonesia ini malu menggunakan aksara Nusantaranya?

Tetapi tidak malu menggunakan kecerdasan palsu (buatan) atau AI? (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *