Rajapatni.com: Surabaya (2/7/24) – Do’a dan Puja puji lintas agama dan kepercayaan terucap khidmad di komplek Arca Joko Dolog, ꦠꦩꦤ꧀ꦄꦥ꧀ꦱꦫꦶ Taman Apsari Surabaya pada Selasa malam (2/7/24). Diawali dari Kejawen, Buddha dan selanjutnya Islam, doa dalam menyambut datangnya bulan Sura itu berproses.
Plataran dan ꦥꦼꦤ꧀ꦝꦥ pendapa Arca Joko Dolog malam itu penuh dengan hadirin. Mereka berdoa dalam rangka mempersiapkan festival Joko Dolog pada 23-25 Juli 2024 dalam rangkaian mengisi bulan Sura.
Mapag Sura adalah sebuah ritual tradisi Jawa yang dilakukan untuk menyambut penanggalan Jawa, ꦧꦸꦭꦤ꧀ꦱꦸꦫ bulan Sura. Mapag Bulan Suro merupakan warisan peninggalan nenek moyang khususnya dalam menyambut dan memperingati tahun baru Jawa, yang sekaligus Tahun Baru Islam, 1 Muharam.
Plt. Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, A Hermas Thony, yang juga sebagai penggerak budaya Surabaya, aksi kebudayaan di Surabaya harus terus dimajukan karena mengandung nilai nilai karakter penting yang dibutuhkan dalam ꦥꦼꦩ꧀ꦧꦔꦸꦤꦤ꧀ꦏꦺꦴꦠ pembangunan kota.
“Satu Sura, penanggalan Jawa, dikenal dengan 1 Muharam dalam Islam, hendaknya tidak peringati seperti tahun baru masehi, yang penuh pesta dan hura hura. Satu Sura dan Muharam diperingati dengan kegiatan yang mengedukasi masalah agama, membangun diri menjadi lebih baik, serta berbagi pada sesama”, jelas AH. Thony.
Pada malam satu Sura, secara ꦠꦿꦣꦶꦱꦶ tradisi sebagian besar masyarakat Jawa masih meyakini bahwa malam itu merupakan malam istimewa.
“Di berbagai daerah, banyak ꦠꦿꦣꦶꦱꦶ tradisi yang diadakan untuk memperingati Tahun Baru Jawa dan sekaligus Tahun Baru Islam ini”, tambah Thony, penggerak budaya Surabaya.
Sementara itu, di lingkungan Keraton Surakarta dan Yogyakarta, berbagai ritual dan kirab digelar dengan semarak.
Sementara itu, komunitas pegiat tradisi Jawa di Surabaya menyambutnya dengan mengadakan ritual ꦩꦥꦒ꧀ꦱꦸꦫ mapag Sura di komplek Arca Joko Dolog di belakang Taman Apsari pada Selasa malam, 2 Juli 2024 (Masehi) atau Ṛĕbo Ḷĕgi (7+5=12) atau 25 bĕsar 1957 (Jawa).
Dalam rangkaian peringatan bulan Sura, para ꦥꦼꦒꦶꦪꦠ꧀ꦧꦸꦣꦪꦗꦮ pegiat budaya Jawa ini juga akan mengadakan Festival Joko Dolog pada 23-25 Juli 2024. Festival ini mengambil tema “Budaya Jatidiri Bangsa: Dalam Rangka Sedekah Bumi dan Ruwatan”. Acaranya sangat beragam mulai Wayang Kulit, Campursari, Jaranan, Kirab Budaya, Ludruk hingga Kirab Budaya.
Aksara Jawa
Sementara itu komunitas Aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni memandang bahwa sosok Arca Joko Dolog yang menjadi pusat kegiatan budaya sebagai sebuah sumber peradaban literasi aksara ꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Nusantara. Persis pada lapik sang arca duduk terdapat inskripsi beraksara Jawa Kuna dengan bahasa Sansekerta.
Meski Arca Joko Dolog yang dikenal sebagai perwujudan Sri Maharaja Kertanegara bukan berasal dari Surabaya, tapi sosoknya yang sudah berada di ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya menjadi kebanggaan warga Surabaya. Di sana terukir indah aksara induk aksara Nusantara. Aksara Jawi Kuna pada arca ini adalah bentuk otentik aksara Jawa.
Karenanya adalah bijak jika aksara Kuna pada Arca Joko Dolog ini menjadi inspirasi pemajuan aksara Jawa di Surabaya. Aksara Kuna ini mengandung ꦤꦶꦭꦻꦧꦸꦣꦪ nilai budaya, sejarah, pendidikan, teknologi dan ilmu pengetahuan.
Dalam kaitan dengan itu, Komunitas budaya aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni, memaknai bulan Sura ini dengan menambahkan narasi beraksara Jawa di komplek ini. Alasannya bahwa secara fisik, lapik yang menjadi ꦥꦼꦭꦶꦁꦒꦶꦃ Pelinggih Arca Joko Dolog bertuliskan aksara Jawa Kuna. Yaitu aksara yang menjadi induk aksara Jawa dan Nusantara lainnya. Seperti aksara Bali.
Selama ini, para pendoa maupun pegiat budaya, belum banyak menyentuh pada aksara Nusantara ini. Aksara Jawa Kuna adalah wujud peradaban nyata ꦩꦱꦾꦫꦏꦠ꧀ꦗꦮ masyarakat Jawa pada masa silam.
Sekarang dan mendatang, ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa adalah wujud pemajuan aksara Kuna (kawi) karena aksara Jawa dan Nusantara lainnya seperti Aksara Bali adalah turunan Aksara Jawa Kuna.
Adapun aksara Jawa, yang ditulis oleh komunitas ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni pada spanduk berbunyi: “Prasasti Wurare, Arca Perwujudan Sri Maharaja Kertanegara”. Dengan tulisan Aksara Jawa ini pengunjung dan publik diajak untuk kembali erat dan dekat dengan Aksara Jawa. (nanang)