Surabaya Pernah Bertembok dan Daerah Pedukuhan. 

Sejarah :

Rajapatni.com: SURABAYA – Seiring dengan perubahan zaman, Surabaya berubah. Kita bisa melihat perubahan topografi Surabaya jika kita melihat peta peta topografi Surabaya di abad 19 dan pertengahan abad 20.

Melalui peta peta lama Surabaya, semakin jelas bahwa yang namanya Kota surabaya adalah kawasan, yang sekarang dikenal dengan zona Eropa, kota lama Surabaya. Sementara pada saat ini, secara teritorial Kota Lama Surabaya terdiri dari Zona Eropa, Pecinan , Melayu dan Arab. Zona Eropa adalah kawasan yang berada di barat Sungai Kalimas.

 

Kota Berkalang Tembok

Zona Eropa dulu merupakan daerah yang pernah berkalang batas tembok sehingga Kota Surabaya disebut ommuurde stad (walled town).

Kawasan zona Eropa pernah berkalang tembok di awal awal 18. Foto: ist

Kawasan di dalam batas tembok ini pernah disebut Kota Surabaya (Stad Van Soerabaia). Sementara kawasan di luar batas tembok yang semakin ke arah selatan mengikuti aliran Kalimas adalah kawasan pedukuhan. Karena perkembangan zaman tembok dibongkar pun dibongkar.

 

Pedukuhan

Keberadaan daerah pedukuhan ini sangat jelas terlihat dari peta topografi Surabaya di paruh pertama abad 20 ke belakang. Menyimak peta peta, yang dimiliki Universitas Leiden sebagaimana dapat diakses melalui laman oldmapsonline, kawasan pedukuhan ini ditandai dengan tanda “D” yang berarti “Dukuh”. Semuanya begitu. Ada D. Groedo, D. Pandegiling, D. Koepang dan bahkan D. Dermo.

Beberapa kawasan diberi tanda “D.” yang berarti Dukuh. Foto: oldmapsonline

Secara topografi kawasan pedukuhan ini berbentuk persawahan, perkebunan, ladang dan semak semak kosong. Pada peta buta diberi warna hijau dan bergambar petak petak. Ketika kawasan sudah ada bangunan, umumnya diberi warna marun atau terakota.

Jika sekarang Surabaya, yang luas arealnya mencapai sekitar 374 km2, dan menjadi kota besar yang padat penduduk dengan 3,02 juta jiwa, maka yang namanya pedukuhan itu telah hilang. Secara administratif dukuh berubah menjadi kampung di dalam wilayah kelurahan.

Ada nama nama yang masih menggunakan nama Dukuh seperti Dukuh Kupang, Dukuh Pakis, Dukuh Menanggal, Dukuh Setro, dan Dukuh Sutorejo. Nama nama dengan identitas kata Dukuh adalah toponimi keberadaan Dukuh Dukuh di pada zaman dahulu kala.

Sekarang secara administratif, Dukuh adalah bagian dari desa atau kelurahan, yang terdiri dari sekumpulan pemukiman berdekatan. Dukuh juga dapat diartikan sebagai dusun atau kampung kecil.

Secara faktual, kawasan yang pernah bernama Dukuh sudah berubah menjadi kawasan padat penduduk yang modern alias daerah urban, bukan lagi rural. Dulu nama nama Dukuh di Surabaya bertolak dengan nama Stad yang ada di dalam dan kawasan tembok kota.

Tembok Baluarti Yogyakarta dikembalikan. Foto: ist

Untuk membayangkan suatu kawasan yang bertembok, seperti Stad Van Soerabaia adalah jika kita melihat kawasan di Yogyakarta dimana pemerintah DIY membangun kembali tembok keraton yang disebut Baluwarti. Di Surabaya juga punya daerah, yang bernama Baliwerti yang kabarnya berasal dari kata Baluarti yang berarti tembok. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *