Jurnalis De Volkskrant Belanda dan Penulis Buku Anak Beraksara Jawa Surabaya Meraba Gedung Singa.

Rajapatni.com: Surabaya (27/8/24) – Sudah bertahun tahun gedung Singa, yang nama ꧌ꦥꦼꦫꦸꦱꦲꦄꦤ꧀꧍ perusahaan formal tempo dulunya adalah De Algemeene Lijf-en-Levensverzekerings Maatschappij, menjadi perhatian aktivis dan pengamat arsitek ꧌ꦲꦺꦤ꧀ꦢꦿꦶꦏ꧀ꦥꦺꦠꦿꦸꦱ꧀ꦧꦺꦂꦭꦏ꦳ꦼ꧍ Hendrik Petrus Berlage, terutama mereka yang ada di negeri Kincir Angin Belanda dan Eropa. Ini tidak lain karena karya karya Berlage yang monumental baik di Eropa maupun di ꧌ꦆꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Indonesia.

Gedung Singa karya ꧌ꦧꦺꦂꦭꦏ꦳ꦼ꧍ Berlage di Surabaya. Foto: nanang 

Di ꧌ꦆꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Indonesia hanya ada dua bangunan. Satu di Jakarta dan lainnya di Surabaya. Bangunan di Surabaya jauh lebih ꧌ꦌꦏ꧀ꦱꦺꦴꦠꦶꦏ꧀꧍ eksotik. Lokasinya berada di jalan Jembatan Merah, di kawasan Kota Lama Surabaya. Bangunan, yang secara lokal dikenal dengan sebutan Gedung Singa ini, adalah satu satunya gedung modern di awal abad 20 di Surabaya.

Bangunannya bertingkat dua dan menghadap sungai ꧌ꦏꦭꦶꦩꦱ꧀꧍ Kalimas. Bangunan ini dibangun pada 1901 dan didesain oleh tiga artis terkenal yang dalam waktu bersamaan juga mengerjakan bangunan monumental di Belanda, Beurs Van Berlage. Mereka adalah arsitek ꧌ꦲꦺꦤ꧀ꦢꦿꦶꦏ꧀ꦥꦺꦠꦿꦸꦱ꧀ꦧꦺꦂꦭꦏ꦳ꦼ꧍ Hendrik Petrus Berlage, artis Jan Toorop dan pematung Mendes da Costa.

Patung sepasang Singa sebagai penanda. Foto: nanang

Nama Jan Toorop tampak pada lukisan keramik pada facade bangunan. Inisial Mendes Da Costa (MDC) tampak pada dasar patung berupa ꧌ꦱꦶꦔ꧍ Singa. Hanya nama ꧌ꦧꦺꦂꦭꦏ꦳ꦼ꧍ Berlage sendiri yang secara fisik tidak tampak pada bangunan. Namun banyak disebut dalam banyak literatur.

Ketika di bangun pada ꧌꧇꧑꧙꧐꧑꧇꧍ 1901, bangunan lainnya di kiri dan kanan termasuk seluruh bangunan di zona Eropa ꧌ꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Surabaya dan Kota Lama masih berarsitektur abad 19, yang kuat dengan gaya grandeur pilar pilarnya. Warnanya dominan monokrom: hitam, putih dan abu abu. Sementara Gedung De Algemeen ini sudah berani tampil dengan warna warni pada ornamennya. Misalnya pada batu bata exposed pada relung relung (arc) bangunan di luar (outdoors) dan di dalam (indoors), penggunaan batu batu alami dari ꧌ꦧꦺꦭ꧀ꦒꦶꦪ꧍Belgia serta keramik lukis.

Sayang, justru selama bertahun tahun gedung ini tidak ꧌ꦠꦼꦂꦥꦏꦻ꧍ terpakai alias kosong. Sementara lainnya terus aktif dan dipakai. Karena tidak dipakai inilah, kondisi Gedung Singa semakin memprihatinkan.

Sebelum direvitalisasi dalam program ꧌ꦏꦺꦴꦠꦭꦩꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Kota Lama Surabaya, gedung ini kusam dan pada bagian atap dan beberapa tembok ditumbuhi pohon pohon liar yang berpotensi merusak. Sekarang dalam konsep revitalisasi Kota Lama Surabaya, Gedung Singa terlihat bersih dan rapi.

Tetapi masih berpotensi ditumbuhi pohon liar lagi karena akar akar dari pohon liar masih menempel. Daun daun muda mulai ꧌ꦧꦼꦂꦱꦼꦩꦶ꧍ bersemi kembali bak bunga bersemi di musim Semi. Memang indah bila berada di negeri Belanda. Tetapi bahaya bila di Surabaya.

Ita Surojoyo dan Noel Van Bemmel diskusikan Gedung Singa untuk konten masing masing. Foto: nanang

Pada Sabtu, 24 Agustus 2024, Noel Van Bemmel, ꧌ꦗꦸꦂꦟꦭꦶꦱ꧀꧍ jurnalis media terkenal di Belanda de Volkskrant, bersama Ita Surojoyo, yang sedang mempersiapkan buku keduanya beraksara Jawa, membidik Gedung Singa sebagai salah satu obyek ceritanya. Ita dalam buku kedua mengangkat ikon ikon kota Surabaya.

Pada kesempatan itu, Noel Van Bemmel dan ꧌ꦅꦠꦯꦸꦫꦗꦪ꧍ Ita Surojoyo didampingi Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Surabaya, ꧌ꦝꦺ꧈ꦌꦂ꧉ꦉꦠ꧀ꦤꦺꦴꦲꦱ꧀ꦠꦶꦪꦤ꧀ꦠꦶ꧍ Dr. Retno Hastijanti.

Noel Van Bemmel jurnalis De Volkskrant Belanda. Foto: nanang

Noel Van Bemmel mengupdate keberadaan Gedung Singa sebagai bagian dari berbagi ꧌ꦆꦤ꧀ꦥ꦳ꦺꦴꦂꦩꦱꦶ꧍ informasi tentang Kota Lama Surabaya pasca kunjungan Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lamberts Grijns, pada ꧇꧒꧙꧇ꦗꦸꦭꦶ꧇꧒꧐꧒꧔꧍ 29 Juli 2024 lalu.

Ita Surojoyo, penulis buku anak beraksara Jawa. Foto: nanang

Sementara ꧌ꦅꦠꦯꦸꦫꦗꦪ꧍ Ita Surojoyo menambahkan item Gedung Singa sebagai kelengkapan buku beraksara Jawanya mengenai ikon ikon bersejarah di Kota Surabaya. Buku kedua Ita ini menyajikan cerita Surabaya yang ditulis dalam Aksara Jawa, berbahasa Indonesia dengan terjemahan ꧌ꦧꦲꦱꦅꦔ꧀ꦒꦿꦶꦱ꧀꧍ Bahasa Inggris. Nantinya buku ini menjadi duta kota Surabaya di luar negeri.

Menyertakan cerita ꧌ꦒꦼꦝꦸꦁꦱꦶꦔ꧍ Gedung Singa dalam buku beraksara Jawa juga menjadi harapan pegiat dan antusias Berlage dari Belanda, ꧌ꦥꦺꦠꦿꦠꦶꦩ꧀ꦩꦼꦂ꧍ Petra Timmer.

“Add Gedung Singa in your next book. It would be wonderfull”, kata ꧌ꦥꦺꦠꦿꦠꦶꦩ꧀ꦩꦼꦂ꧍ Petra Timmer dalam suatu pertemuan di hotel Vintage di kawasan Kota Lama pada akhir bulan Februari 2024 lalu.

Ita Surojoyo pun mempertimbangkan dan apalagi berkesempatan memasuki Gedung Singa bersama jurnalis dari ꧌ꦧꦼꦭꦟ꧀ꦝ꧍ Belanda. Setelah mengetahui eksotika gedung Singa, ia pun menyusun narasi untuk bukunya.

 

Meraba Gedung Singa

Tidak mudah memasuki Gedung Singa. Urusannya Ribet. Harus ijin sampai ke ꧌ꦗꦏꦂꦡ꧍ Jakarta dan ini tidak mudah.

Noel Van Bemmel, yang terbang dari Bali pada Kamis malam (22/8/24) dengan ꧌ꦲꦫꦥꦤ꧀ ꧍harapan pada Jumat pagi (23/8/24) bisa masuk. Ternyata masih terbelit perizinannya. Meski sudah membuat surat izin peliputan. Jumat itu (23/8/24) Noel tidak bisa masuk. Sambil menunggu kemungkinan bisa masuk, maka ꧌ꦤꦺꦴꦮꦺꦭ꧀꧍ Noel dan tim mengerjakan liputan Kota Lama Surabaya. Sambil memanfaatkan waktu. Tapi memang belum mujur. Sepanjang hari itu mereka tidak berhasil masuk ke dalam gedung.

Pada hari berikutnya, Sabtu pagi (24/8/24) yang kabarnya bisa masuk, masih kembali ꧌ꦒꦒꦭ꧀꧍ gagal. Namun usaha untuk masuk terus dilakukan. Sampai akhirnya ketika ꧌ꦤꦺꦴꦮꦺꦭ꧀꧍ Noel terjadwal mewawancarai Ketua TACB Kota Surabaya, ꧌ꦉꦠ꧀ꦤꦺꦴꦲꦱ꧀ꦠꦶꦪꦤ꧀ꦠꦶ꧍ Retno Hastijanti, di hotel Majapahit, baru ada harapan untuk masuk.

Siang itu ꧌ꦉꦠ꧀ꦤꦺꦴ꧍ Retno, yang menjadi nara sumber untuk pemberitaan De Volkskrant, melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, yang akhirnya pada pukul 16.00 sore Tim Jurnalis De Volkskrant dan Ita Surojoyo, penulis buku beraksara Jawa dari ꧌ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni bisa masuk.

 

Bersih

Begitu bisa memasuki ꧌ꦒꦼꦣꦸꦁ ꧍ gedung, cukup menyenangkan karena kondisi gedung bagian dalam sudah terlihat bersih, seolah olah siap digunakan. Kekhasan arsitektur ꧌ꦧꦺꦂꦭꦏ꦳ꦼ꧍ Berlage tampak. Batu eksposed pada sekat antar ruang yang berbentuk lengkung (arc) sangat tampak. Aksentuasi lengkung kurva yang memberi ciri khas bangunan oleh ꧌ꦧꦺꦂꦭꦏ꦳ꦼ꧍ Berlage, baik yang ada di Surabaya maupun di Belanda, terlihat.

꧌ꦤꦺꦴꦮꦺꦭ꧀꧍ Noel pun ꧌ꦧꦼꦂꦓꦼꦒꦱ꧀꧍ bergegas mengamati apa saja yang ada di dalam gedung mulai dari desain interior, tata ruang hingga ruang ruang yang diduga fungsional sesuai dengan keberadaan perusahaan, yang menggunakan kali pertama. Misalnya di bagian belakang ada ruang yang tidak berpintu. Setelah naik ke bagian atas, ternyata ada tangga besi yang menuntun turun ke bawah. ꧌ꦪꦅꦠꦸ꧍ Yaitu ke sebuah ruangan yang tak berpintu.

Rivierview. Foto: nanang

Dengan penuh rasa ingin tahu, ꧌ꦤꦺꦴꦮꦺꦭ꧀꧍ Noel dan tim, ꧌ꦅꦠ꧍ Ita dan ꧌ꦉꦠ꧀ꦤꦺꦴ꧍ Retno menuruni tangga yang bentuknya ꧌ꦩꦼꦭꦶꦔ꧀ꦏꦂ꧍ melingkar dan tertuju pada ruangan yang tidak berpintu. Ruangannya sangat gelap. Semua orang tidak bisa melihat kecuali menggunakan lampu penerang dari HP masing masing. Di dalam ruang tak berpintu ini adalah ruang penyimpanan dokumen dan arsip.

Balkon Gedung Singa langsung menatap pemandangan sungai Kalimas dan Jembatan Merah. Foto: nanang

Setelah dari ruang gelap ini, lalu mereka naik ke atas dan menuju ke balkon depan. Dari ꧌ꦧꦭ꧀ꦏꦺꦴꦤ꧀꧍ balkon, pemandangan sungai Kalimas dan Jembatan Merah serta jalan yang melintas di depan, jalan ꧌ꦗꦼꦩ꧀ꦧꦠꦤ꧀ꦩꦺꦫꦃ꧍ Jembatan Merah (d/h Willemskade Straat) terlihat jelas dan indah. Berada di balkon Gedung Singa ini sangat langka karena memang tidak mudah untuk memasuki gedungnya.

Lambang kota Amsterdam. Foto: nanang

Di dalam gedung ini masih terdapat kaca ꧌ꦥꦠꦿꦶ꧍ patri hias yang menghubungkan lantai satu dan dua. Salah satu panel kaca patri bergambar lambang Kota ꧌ꦄꦩ꧀ꦱ꧀ꦠꦼꦫ꧀ꦝꦩ꧀꧍ Amsterdam.

Seperangkat meja kantor tinggal kenangan. Foto: nanang
Seperangkat .raja kursi tamu model Van den pol. Foto: nanang

Di ruangan lantai satu, berdasarkan foto foto ꧌ꦏꦺꦴꦭꦺꦏ꧀ꦱꦶ꧍ koleksi penulis (Nanang Purwono), dulunya pernah ada seperangkat meja kursi, dua brankas besi, kipas angin gantung, lampu dan bahkan sketsel yang menjadi penyekat ruang kasir dan pelanggan. Kini, semua perangkat itu sudah tiada. Kemana ?

Sketsel untuk petugas layanan pelanggan dan nasabah. Foto: nanang
Seperangkat meja kursi tamu ketika masih ada. Foto: nanang

“Even the cat poster is gone!”, spontan ꧌ꦤꦺꦴꦮꦺꦭ꧀꧍ Noel melalui pesan WA nya mengatakan “bahkan poster kucing hilang”.

Kok bisa? (PAR/nng)

 

One thought on “Jurnalis De Volkskrant Belanda dan Penulis Buku Anak Beraksara Jawa Surabaya Meraba Gedung Singa.

  1. I am very amazed to see the lion building on Jembatan Merah street which is still considered sturdy and very well maintained which is located in the European zone of the old city of Surabaya. Hopefully all these old historic buildings could be a place to stay for visitors who want to know the real historical facts.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *