Rajapatni.com: Surabaya (25/8/24) – Masih di ꦧꦸꦭꦤ꧀ꦄꦒꦸꦱ꧀ꦠꦸꦱ꧀ bulan Agustus 2024, sekelompok anak muda dari dua sekolah di Surabaya dan Bangkalan Madura berkumpul di Kawasan Kota Lama Surabaya (24/8/24). Mereka memaknai arti kebangsaan dalam mengisi kemerdekaan, yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang terdiri dari ꦧꦼꦫꦒꦩ꧀ beragam suku bangsa, berbeda beda tetapi tetap satu. “Bhineka Tunggal Ika” sesanti negeri yang menggambarkan keberagaman Indonesia.
Di usianya yang ꦱꦼꦩꦏꦶꦤ꧀ semakin menua, 79 tahun pada 2024, dan seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, nilai nilai kedaerahan dirasa semakin berhadap hadapan dengan nilai nilai universal dan bahkan nilai nilai asing. Kondisi ini dikuatirkan akan mengikis nilai nilai lokal yang menjadi penopang nilai kebangsaan secara nasional.
Ancaman itu semakin ada dan nyata. Dalam hal bahasa, sastra dan aksara, secara umum ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Aksara Nusantara, keberadaannya semakin dihantui oleh ancaman kepunahan. Aksara Nusantara dipandang tidak lebih berguna dibanding dengan aksara Latin sehingga aksara Nusantara semakin ditinggalkan dan dianggap kuno. Padahal Aksara Nusantara adalah identitas bangsa, yang terbentuk berdasarkan kedaerahan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Menimbang akan kekuatiran itu, para siswa dari berbagai sekolahan, yang selama ini mengikuti kegiatan pembelajaran aksara Jawa, yang diadakan oleh komunitas aksara Jawa Surabaya, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, mengadakan Ikrar Aksara Nusantara di kawasan multikultural Kota Lama Surabaya.
Ikrar ini diikuti oleh sejumlah kecil siswa dari SMA St Louis Surabaya dan SMKN 2 ꦧꦁꦏꦭꦤ꧀ Bangkalan, Madura. Namun mereka adalah anak anak muda yang punya keinginan besar mau belajar Aksara Nusantara, utamanya Aksara Jawa. Mereka belajar aksara Jawa dalam program Sinau Aksara Jawa, yang diadakan oleh Puri Aksara Rajapatni.
“Maklum jumlah peminat Sinau aksara Jawa sebagai bagian dari Aksara Nusantara masih sangat sedikit. Justru dari jumlah sedikit itulah, kami mengikrarkan sebagai upaya untuk melestarikan aksara Nusantara”, jelas ꦅꦠꦯꦸꦫꦗꦪ Ita Surojoyo, pendiri Puri Aksara Rajapatni.
Jumlah siswa dari dua sekolah di Surabaya dan Bangkalan ini ada 12 dan ditambah pengurus ꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Rajapatni 3 orang. Total ada 15 orang. Jumlah yang tidak banyak
Mereka adalah peserta Sinau Aksara Jawa gelombang ke-4, yang selama ini diadakan oleh komunitas aksara Jawa di gedung Museum Pendidikan Surabaya.
Teks Ikrar Aksara Nusantara
Berikut text Ikrar Aksara Nusantara, hasil perenungan tim ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, yang dibimbing oleh A. Hermas Thony sebagai penasehat komunitas.
1. Kami Dharma Putera Indonesia berikrar melestarikan Aksara Nusantara untuk memperkuat identitas bangsa.
2. Kami Dharma Putera Indonesia berikrar siap menjadi duta pemashuran aksara nusantara di dalam dan mancanegara.
3. Kami Dharma Putera Indonesia berikrar sanggup mengenal, belajar dan menggunakan aksara Nusantara sesuai aksara lokal di daerah masing masing di mana pun berada.
Dalam teks Ikrar Aksara Nusantara ini juga dilengkapi dengan aksara Jawa. Pembacaan ikrar ini ꦣꦶꦒꦼꦭꦂ digelar di depan sebuah warung, yang letaknya bersebelahan dengan kantor media surat kabar, Radar Surabaya, di jalan Kembang Jepun Surabaya. Text ikrar ini dibacakan oleh Okky dari SMA St. Louis Surabaya, yang kemudian diikuti oleh peserta ikrar.
Kegiatan ikrar ini berlangsung sederhana tapi ꦏ꦳ꦶꦣ꧀ꦩꦠ꧀ khidmat. Kekhidmatan ini didukung dengan lokasi, yang selama ini secara historis menjadi wadah dimana berbagai etnis dan kebangsaan pernah ada.
Pembacaan ikrar dilakukan setelah peserta ikrar memasang sebuah banner di sebuah warung kopi Cak Kan, yang disertai tulisan dalam aksara Jawa. Pemasangan ini sebagai bentuk tugas akhir kegiatan edukasi Sinau Aksara Jawa.
“Pemilihan lokasi ini untuk mendorong kesadaran bersama dalam rangka upaya turut melestarikan aksara Nusantara. Apalagi di jalan Kembang Jepun, yang dikenal sebagai Pecinannya Surabaya, sudah ada signage signage beraksara Hanzi China”, kata Nanang, Ketua ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni.
Secara historis keberagaman Surabaya sudah ada sejak lama. Maka, keragaman ꦄꦏ꧀ꦱꦫ aksara sebagai wujud peradaban Nusantara di Surabaya layak untuk mengemuka sebagai bukti keberagaman bangsa Indonesia. (PAR/nng).