Dorong Produk Berbahan Lokal dan Berlabel Aksara Lokal.

Rajapatni.com: Surabaya (12/5/24) – DI sebuah lembah dimana berdiri ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦱꦸꦩ꧀ꦧꦺꦫꦮꦤ꧀ Candi Sumberawan di desa Toyomarto, Singosari, Kabupaten Malang, terdapat sebuah hunian bernuansa Jawa yang dipadu dengan lingkungan alam yang indah. Pemandangannya bak sebuah lukisan. Ini satu satunya hunian di lembah dimana Candi Sumberawan itu berada.

Konon, Candi Sumberawan dulunya seperti ꦧꦸꦔꦠꦼꦫꦠꦻ bunga teratai yang mengapung di tengah tengah kolam. Dari dasar kolam itulah keluar air dari beberapa titik sumber air. Kini kolam itu sudah mengering. Tapi beberapa sumbernya masih aktif mengeluarkan air. Bahkan di dekat titik titik mata air tumbuh tanaman selada air.

Sekarang candinya beralas bumi, tidak lagi terlihat di atas air bagai ꦧꦸꦔꦠꦼꦫꦠꦻ bunga teratai.

Tidak jauh dari candi ini, dimana sebuah hunian lengkap dengan ꦥꦼꦤ꧀ꦝꦥꦗꦮ pendopo Jawa itu berada. Desainnya khas Jawa dan apalagi ornamen serta kelengkapan pendapanya. Di dalam pendapa terdapat satu set gamelan.

Sebuah pendapa asri di sebuah hunian dekat candi sumberawan. Foto: nanang PAR

Si empunya adalah Tussy. Salah satu dari kegiatan Si empunya ini adalah memproduksi produk ꦱꦩ꧀ꦧꦭ꧀ꦏꦼꦫꦶꦁ sambal kering, yang jaringan pemasarannya sudah merambah mulai dari lokal, regional, nasional hingga internasional (meski bersifat privat).

Tussy sudah sekitar 15 tahun tinggal di lembah di alam pedesaan dan berdampingan dengan Candi Sumberawan. Sebelumnya ia tinggal di Surabaya dengan pekerjaan dengan lingkungan mewah. Namun Tussy akhirnya memilih hidup di lingkungan alami dan kultural. Karenanya ia pun berkegiatan ꦧꦼꦂꦧꦱꦶꦱ꧀ꦧꦸꦣꦪ berbasis budaya dan alam.

Didukung dengan lingkungan alam pedesaan dan ketersediaan bahan baku termasuk ꦱꦸꦩ꧀ꦧꦼꦂꦣꦪꦩꦤꦸꦱꦶꦪ Sumber Daya Manusia (SDM), Tussy memproduksi sambal kering dalam kemasan.

Hal ini diapresiasi oleh A Hermas Thony yang memang mulai mengkampanyekan produk produk yang berpihak pada produk produk yang berkomponen (berbahan baku) ꦭꦺꦴꦏꦭ꧀ lokal. Keberpihakan pada bahan baku lokal (Tingkat Komponen Dalam Negeri) ini sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan yang salah satunya adalah Instruksi Presiden 2/2022 tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi dalam rangka Mensukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia pada Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Tim Puri Aksara Rajapatni (Dari kiri: Novita, Ita Surojoyo dan AH Thony diterima Tussy (kanan) di pendapa.

Kunjungan ke kediaman Tussy ini menjadi bagian dari lawatan budaya bersama Tim ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni. Setelah berkunjung ke Candi Sumberawan, kemudian Tim mampir ke kediaman Tussy yang diketahui memproduksi sambal kering berbahan lokal sesuai ketentuan TKDN.

Adapun manfaat penerapan TKDN adalah dapat meminimalisasi produk impor dan meningkatkan daya saing produk di dalam negeri. Manfaat lainnya adalah untuk meningkatkan ꦫꦱꦧꦁꦒ rasa bangga dan percaya pada produk dalam negeri.

Apa yang sudah diproduksi Tussy dalam bentuk sambal kering dalam kemasan adalah contoh produk yang kandungannya lokalnya sudah melebihi batas minimal. ꦥꦿꦺꦴꦣꦸꦏ꧀ꦝꦭꦩ꧀ꦤꦼꦒꦼꦫꦶ Produk Dalam Negeri, yang wajib digunakan, harus memiliki nilai TKDN paling sedikit 25%.

Berbahan lokal, pasokan dari petani setempat. Foto: nanang PAR

Bahan baku sambal kering, yang diolah Tussy, tersedia secara lokal. Ia menerima ꦧꦲꦤ꧀ꦧꦏꦸ bahan baku cabai dari petani lokal. Bahkan pekerjanya adalah warga lokal. Termasuk kemasan untuk membungkus dan mengemas juga dari lokal. Diperkirakan produk sambal kemasan ini nilai kandungan lokalnya sudah melebihi 50 persen.

SDM lokal termasuk bagian dari komponen lokal. Foto: nanang PAR

“Produk berbahan lokal seperti ini patut mendapat sertifikasi Lokal sebagai identitas bahwa produk ini ramah kelokalan (pro terhadap bahan bahan lokal, bukan impor)”, jelas Thony.

Produk berbahan lokal ini bisa ditandai (diberi label) ꦭꦺꦴꦏꦭ꧀ LOKAL, seperti halnya produk yang terbebas dari komponen yang dianggap Haram, maka diberi label HALAL.

Jika HALAL ditulis dalam aksara Arab, maka ꦭꦺꦴꦏꦭ꧀ LOKAL bisa ditulis dalam aksara NUSANTARA (Jawa, Bali, Sunda dll).

Produk sambel kering dalam kemasan pantas berlabel lokal. Foto: nanang PAR

“Penggunaan bahan bahan lokal termasuk aksara lokal adalah keberpihakan pada produk dalam negeri baik bahan maupun aksara”, tegas Thony dalam rangka penggunaan produk produk lokal dan dalam negeri.

Gerakan ini mengingatkan gerakan yang pernah dilakukan oleh Presiden Soekarno dengan nama ꦱ꧀ꦮꦣꦺꦱꦶ Swadesi. Swadesi adalah istilah yang berasal dari India yang dipopulerkan oleh Mohandas Karamchand Gandhi, atau lebih dikenal dengan nama Mahatma Gandhi, bapak pergerakan nasional India. Swadesi kerap pula ditulis dengan Swadeshi. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai mandiri atau menyitir istilah Soekarno, “Berdikari”. (Nanang PAR)*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *