Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – Fakta sejarah mencatat akan keberadaan Aksara Jawa yang mengglobal. Keberadaannya dikenal. Bahkan perangkat cetak manual, mulai mesin ketik hingga mesin cetak beraksara Jawa diproduksi di mancanegara (Inggris dan Belanda). Hasilnya berupa buku buku , majalah, koran dan reklame beraksara Jawa. Cukup banyak jumlahnya pada zamannya. Yaitu ketika bangsa Indonesia masih bernama Hindia Belanda (Dutch East Indies). Surat menyurat pejabat tinggi, utamanya dari lingkungan Kraton, menggunakan tulisan beraksara Jawa.
Penerbitan mulai buku, majalah, koran, reklame tercetak dalam aksara Jawa. Bahkan plakard plakard bertulis aksara Jawa, yang sejajar dengan aksara latin dalam bahasa Belanda dan Melayu, tertempel pada rumah rumah loji.
Sampai sampai benda benda arkeologi berupa prasasti diboyong ke mancanegara seperti Prasasti Pucangan di India dan Prasasti Sangguran di Skotlandia. Belum lagi karya karya seni lain yang dibuat di mancanegara seperti di Jerman dan Belanda.

Wajar bila sekarang ada upaya untuk membawa aksara Jawa dan aksara Nusantara lainnya ke UNESCO. Tujuannya agar mendapat pengakuan formal. Selama ini UNESCO juga mendukung pelestarian aksara aksara Dunia melalui peringatan Hari Aksara Internasional yang jatuh pada 8 September.
Pada Kamis (17/4/25) agendanya Kementerian Kebudayaan RI merencanakan pertemuan secara “hybrid” dan mengajak para pegiat Aksara Nusantara untuk ikut bergabung melalui sarana “zoom meeting” dalam diskusi membahas nominasi Aksara Nusantara menuju Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO.
Pertemuan ini terbuka umum bagi siapa saja yang tertarik. Agenda ini selaras dengan upaya Indonesia yang memajukan kebudayaan sebagaimana tersebut dalam UU nomer 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Surabaya sebagai kota maju dan modern patut mengikuti karena fakta sejarah tentang penggunaan aksara Jawa ada di Surabaya memang ada.. Beberapa bukti faktual adalah keberadaan inskripsi aksara Jawa di lingkungan Masjid Sunan Ampel. Juga di lingkungan Masjid Kemayoran dan komplek makam Para Bupati Surabaya di Sentono Agung Botoputih Pegirian Surabaya.
Karenanya mulai tahun 2023 pemerintah Kota Surabaya giat memperkenalkan penggunaan aksara Jawa sebagai bagian dalam upaya menjaga, melindungi dan melestarikan Budaya literasi Lokal.
Bahkan Pegiat Aksara Surabaya, Puri Aksara Rajapatni, berupaya memasukkan obyek aksara dalam Raperda Pemajuan Kebudayaan Kota Surabaya agar menjadi payung hukum dalam berkegiatan pemajuan aksara Jawa.
Mari bersama melestarikan aksara Nusantara sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia. Keikutsertaan sertakan bisa menghubungi pegiat aksara Setyo Amrih Prasaja (0831-0410-1657) atau Diaz Nawaksara (0857-7332-2777). (PAR/nng)