Rajapatni.com: Surabaya – Sari, pakaian tradisional India yang sudah menasional dan bahkan mendunia. Adalah kebanggaan bagi perempuan India mengenakan Sari di berbagai kesempatan. Siapa saja dapat mengenakan sari, tanpa memandang usia, bentuk tubuh, atau latar belakang budaya.
Bahan Sari bermacam macam. Ada yang terbuat dari sutra dan ada pula yang dari katun. Bahan sering menentukan kegunaan. Sari yang terbuat dari Sutra biasanya sangat cocok untuk acara formal dan pernikahan karena tampilannya yang mewah. Sementara Sari yang berbahan katun sangat cocok untuk pakaian kasual atau sehari-hari karena sifatnya yang ringan dan menyerap keringat.
Sari melambangkan kehormatan, keanggunan, dan keanekaragaman budaya di India. Selain itu Sari juga memiliki sejarah yang kaya selama berabad-abad di India.
Selama era kolonial, ketika pengaruh Inggris merasuki budaya India, Sari mulai dilihat sebagai simbol tradisi dan perlawanan. Wanita India menggunakan Sari sebagai simbol kebanggaan dan persatuan nasional dalam perjuangan kemerdekaan mereka.
Sekarang, Sari menjadi identitas kebangsaan dan sekaligus menjadi kebanggaan. Di kelas International Training Program (ITP) di Universitas English and Foreign Language (EFLU) Hyderabad dosen dosen perempuannya yang mengajar menggunakan busana Sari.
Dari busananya ketika berkumpul dengan 42 partisipan dari 25 negara, maka busana Sarinya bisa berbicara bahwa pemakainya adalah dari India atau minimal dapat diidentifikasi bahwa busananya adalah Identitas India, mesti yang mengenakan berkebangsaan lain, misalnya mahasiswi atau wisatawan mancanegara.
Sari adalah kain yang tidak dijahit dan panjangnya bisa mencapai 6 hingga 9 meter dan lebar satu meter. Kain ini dilipat dan dilingkarkan di tubuh seperti rok, lalu dilipat lipat (wiron Besar) dan hasil wiron diselipkan di bawah pusar lantas ujungnya diwiron lagi dan disilangkan ke atas bahu kiri serta dikait dengan penjepit agar tidak jatuh.
Jika dibandingkan dengan Indonesia, apakah para dosen perempuan mau mengenakan busana Kebaya, yang menjadi identitas bangsa, ke kampus?
Suasana akan berbeda dengan kelas kelas perkuliahan di Universitas EFLU Hyderabad. Berbusana Sari sudah menjadi kebiasaan. Sari tidak hanya digunakan pada momen momen tertentu seperti acara adat, pernikahan dan acara acara formal lainnya. Namun dalam aktivitas sehari hari baik mengajar, berwisata maupun di kesempatan Sosial lainnya.
Ita Surojoyo, yang sudah terbiasa berbusana Kebaya di Surabaya, semakin terekspos dengan busana Sari, yang umum digunakan oleh perempuan India. Secara nasionalis, berbusana Sari pernah menjadi simbol perlawanan dan kebanggaan demi kedaulatan bangsa atas kolonialisasi Inggris.
Wanita India, yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Rani Laxmi Bai dan Sarojini Naidu, menggunakan sari sebagai simbol kebanggaan dan persatuan nasional dalam perjuangan kemerdekaan. (PAR/nng)
Ingin saya utarakan ucapan yang di sampaikan Mahatma Gandhi yaitu
” There is no beauty in the clothes that creates hunger ” karena saat perjuangan untuk meraih kemerdekaan , masih pada memakai kain 2 import ( wool ) dari Ingris.. yang membuat spontanitas membuat orang membuka baju dan membakar pakaian import.. It is better to wear one ” Home spun ” and wear it with dignity..