Rajapatni.com: Surabaya (30/3/24) – Menjelang liburan Hari Raya idul Fitri, 1445 H, Sinau Aksara Jawa, yang digelar komunitas budaya Puri Aksara Rajapatni, Sabtu sore (30/3/24) mengajarkan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮꦣꦶꦒꦶꦠꦭ꧀ Aksara Jawa Digital. Sore itu adalah pertemuan yang ketiga untuk kelas gelombang kedua.
Salah satu dari peserta adalah John Pierce, expatriat asal ꦄꦩꦺꦫꦶꦏꦱꦼꦫꦶꦏꦠ꧀ Amerika Serikat. Dengan menggunakan perangkat laptop, John leluasa menekan papan tombol untuk mengakses Aksara baik Latin maupun aksara Jawa.
Yang menarik adalah laptop John tidak menggunakan striker ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa sebagai pemandu penekanan tombol jika mengetik aksara Jawa. John berhasil mengenal dan menghafal papan tombol yang menyimpan Aksara Jawa. Sehingga ketika menulis (mengetik) Aksara Jawa, ia langsung menekan papan tombol yang beraksara Latin.
Sabtu sore (30/3/24) John didampingi ꦒꦶꦤꦤ꧀ꦗꦂ Ginanjar, salah satu pengajar Sinau Aksara Jawa, yang juga guru SMKN 7 Surabaya. Ginanjar juga telaten seperti halnya Ita Surojoyo (pendiri Puri Aksara Rajapatni) ketika berbagi ilmu Aksara Jawa. Hasilnya, John, yang baru tiga kali pertemuan, sudah mulai bisa menulis manual dan digital.
Sementara Wiji,ꦒꦸꦫꦸ guru lainnya, terlihat serius tapi santai membimbing peserta lainnya, yang sedang berlatih menulis manual. Sinau Aksara Jawa ini membimbing peserta menulis dan membaca secara manual dan digital.
Sedangkan ita Surojoyo, pendiri Puri Aksara Rajapatni, sedang dalam proses wawancara oleh ꦗꦸꦂꦤꦭꦶꦱ꧀ jurnalis Jawa Pos TV. Dalam wawancara itu, Ita menjelaskan kiat Puri Aksara Rajapatni dalam upaya pelestarian Aksara Jawa secara digital di era modern ini.
Tradisional dan Modern
Aksara Jawa sudah lama ada di Nusantara, khususnya pulau Jawa, termasuk di Surabaya. Fakta fakta sejarah, baik berupa benda, ꦩꦤꦸꦱ꧀ꦏꦿꦶꦥ꧀ manuskrip, inskripsi maupun prasasti, ada di kota ini. Namun keberadaannya semakin hari semakin tergilas zaman.
Aksaranya sendiri sudah terkalahkan oleh aksara latin, yang bukan asli aksara daerah atau Indonesia (nusantara). Akhirnya, Aksara Jawa menjadi aksara asing di negeri sendiri. Bahkan, aksara Jawa menjadi ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦄꦱꦶꦁ aksara asing, yang lebih asing daripada aksara asing, seperti Korea, China maupun Jepang.
Apalagi sudah jamak diketahui bahwa Aksara Jawa dikenal sebagai aksara ꦠꦿꦣꦶꦱꦶꦪꦺꦴꦤꦭ꧀ tradisional. Sehingga apapun terkait dengan Aksara Jawa dianggap tradisional. Termasuk cara belajarnya, yang dianggap konvensional. Yaitu menulis dan membaca manual.
Manual memang masih ada. Namun, di era yang modern ini, aksara Jawa dalam perkembangannya disesuaikan dengan zaman. Aksara Jawa sudah hadir dalam ranah digital. Aksara Jawa sudah tidak hanya ditulis dan dibaca secara manual pada kertas atau buku. Melainkan aksara Jawa sudah dapat dibaca dan ditulis secara ꦣꦶꦒꦶꦠꦭ꧀ digital.
Tidak heran jika para pegiat dan ꦥꦼꦊꦱ꧀ꦠꦫꦶ pelestari aksara Jawa sudah menggunakan perangkat lunak Whatsapp (WA) sebagai sarana komunikasi modern dan digital (WA) sehari hari. Mereka tidak seperti, yang kebanyakan orang bayangkan, dalam hal tulis menulis aksara Jawa. Mereka tidak menulis manual, melainkan digital. Tapi cara menulis manual tidak ditinggalkan.
Fakta ini banyak tidak diketahui orang, yang memang belum tau ꦥꦼꦂꦏꦼꦩ꧀ꦧꦔꦤ꧀ perkembangan aksara Jawa di ranah digital. Apalagi sekarang beberapa operator mobile phones sudah menyediakan fitur aksara Jawa. Tapi terbatas.
Keterbatasan ini pula yang menjadi perhatian para pegiat dan pelestari Aksara Jawa untuk mendorong produsen dan penyedia gadget untuk melengkapi dan memasukkan fitur aksara Jawa jika masuk ke Indonesia.
Seiring dengan perkembangan ꦠꦺꦏ꧀ꦤꦺꦴꦭꦺꦴꦒꦶ teknologi itulah, aksara Jawa sudah mulai masuk ranah digital. Komunitas budaya Puri Aksara Rajapatni memperkenalkan dan mengajak masyarakat belajar Aksara Jawa secara digital.
Sinau Aksara Jawa Digital
Sinau Aksara Jawa, yang dikelola dan digelar oleh ꦏꦺꦴꦩꦸꦤꦶꦠꦱ꧀ꦧꦸꦣꦪ komunitas budaya Puri Aksara Rajapatni, memasukkan materi cara menulis dan membaca aksara Jawa secara digital. Semua peserta mulai dari gelombang pertama hingga kedua ini tidak menduga bahwa aksara Jawa bisa ditulis dan dibaca secara digital.
Meski demikian, mereka masih harus mengenal aksara Jawa secara manual untuk mengetahui bentuk bentuk aksara. Mereka, di tingkat awal pelajaran, memang dilatih menulis dan membaca (melihat) secara manual. Setelah dua kali pertemuan, mereka baru diajak mengenal Aksara Jawa secara digital. Untuk satu paket ꦱꦶꦤꦻꦴꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Sinau Aksara Jawa, ada 5 kali pertemuan, yang diadakan setiap hari Sabtu sore di Museum Pendidikan Surabaya.
Dalam pelajaran Aksara Jawa digital ini, mereka ꦧꦼꦭꦗꦂꦩꦼꦤꦸꦭꦶꦱ꧀ belajar menulis (texting) Aksara dalam susunan Aksara menjadi kata, yang selanjutnya menyusun kata menjadi kalimat. Berdasarkan pengalaman kelas gelombang pertama, para peserta, setelah mendapat pelajaran Aksara Jawa digital, mereka sudah bisa mulai menulis (texting) melalui pesan WA dan berlatih di internal group WA Rajapatni.
Oleh karena itu, Puri Aksara Rajapatni mewadahi mereka dalam group WA untuk saling berkomunikasi sebagai ꦱꦫꦤꦧꦼꦭꦗꦂ sarana belajar satu sama lain.
Sinau Aksara Jawa ini diasuh oleh ꦥꦿꦏ꧀ꦠꦶꦱꦶ praktisi, guru dan pegiat Aksara Jawa. Melalui giat budaya literasi ini diharapkan Aksara Jawa, yang dikatakan tradisional, bisa semakin dekat dengan masyarakat modern dengan penggunaan secara modern dan digital. (nanang).