Pisang dan International Chandi Summit 2025.

Aksara:

Rajapatni.com: SURABAYA – Masih subur dan menghidupi. Itulah bumi Surabaya. Apa yang kau nistakan? Pun demikian dengan warisan pusakanya, yang terhampar di atas permadani Surapringga. Warisan pusaka masa lalunya menjadi ladang potensi ekonomi yang menghidupi.

Pertemuan puncak budaya dan cagar budaya. Foto: ist

Sebuah pertemuan internasional yang berbasis pada budaya (culture), warisan pusaka (heritage) dan seni (Art) dengan nama Chandi Summit 2025 akan segera diadakan di Bali. Indonesia sebagai tuan rumah. Ini sebuah langkah kecil untuk lompatan besar (quantum Leap), yang bakal menjadikan Indonesia sebagai ibukota Budaya Dunia.

Semua itu akan omong kosong bila daerah daerah yang menjadi cell cell jaringan tidak menopangnya. Surabaya menjadi salah satu simpul Jalur Rempah Nusantara, yang sejak tahun 2020, dilirik untuk menjadi penguatan predikat Jalur Rempah (Spice Route Status), yang dinominasikan ke UNESCO.

Pisang dan Chandi Summit 2025. Foto: nng

Salah satu jejak, yang menjadi legitimasi kekayaan perkebunan Nusantara itu, ada di Surabaya. Yaitu pada gapura gapura di Komplek Sunan Ampel. Simbol legitimasi rempah rempah di Surabaya ini sebagaimana pernah diungkapkan oleh Prof. Suparto Wijoyo, dosen pasca sarjana Universitas Airlangga ketika ditemui di perkebunan cengkeh Wonosalam Jombang (2020).

Budaya dan Warisan Budaya sebagai mana semangat Chandi Summit 2025 adalah untuk menjadikan masa lalu menjadi potensi pembangunan dan ekonomi masa depan. Chandi adalah kependekan dari Culture, Heritage, Art, Naration, Diplomacy dan Innovation. Sebuah pertemuan global negara negara tentang budaya dan warisan budaya.

Budaya dan Warisan Budaya termasuk Sejarah menjadi alat diplomasi (cultural Diplomacy) untuk pembangunan yang saling menguntungkan (mutual development). Belakangan Surabaya dengan modal budaya dan warisan budaya bisa membangun bekerja sama dengan mancanegara. Modalnya adalah Culture, Heritage dan Art dengan balutan Naration, akhirnya menjadi jembatan kerjasama antar negara demi pembangunan masa depan.

Bumi Surabaya menghidupi. Foto: nng

Karenanya kekayaan culture, heritage dan art Surabaya harus dilindungi dan dilestarikan seperti sejengkal lahan, yang memberi kehidupan dengan panen pisang.

Bagai peribahasa “siapa menanam kebaikan akan menuai”, yang artinya bahwa perbuatan baik yang dilakukan seseorang akan mendatangkan hasil yang baik pula, baik di dunia maupun di akhirat.

Thony dengan hasil kebun di lahan Surabaya. Foto: nng

Itulah kiasan yang disampaikan Thony dengan memanen pisang di sejengkal lahan di rumahnya. (PAR/nng)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *