Surat Surat Cinta ꦱꦸꦏꦂꦤ Soekarno Untuk Harjatie.

Rajapatni.com: Surabaya (5/4/25) – Sebuah ulasan menarik oleh Dahlan Iskan, CEO Disway dan mantan menteri BUMN, tentang Nanang Purwono (Ketua ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni) dalam penelusuran nya di seputar surat surat cinta Presiden RI pertama, Soekarno.

Ulasan yang pernah ditulis di grup media di Palopo Pos tahun 2022 itu, kini ditulis kembali di rajapatni.com dengan menyesuaikan perkembangan data yang ada. Berikut kisah Nanang Purwono dalam penelusuran surat surat Cinta Bung Karno untuk Harjatie yang ditulis oleh ꦣꦃꦭꦤ꧀ꦆꦱ꧀ꦏꦤ꧀ Dahlan Iskan.

JALAN ꦒꦸꦤꦸꦁꦱꦫꦶ Gunungsari Surabaya sebelumnya (2018) aman aman dan tentram saja. Sebuah polemik baru muncul ketika ada rencana perubahan nama jalan dari Gunungsari menjadi Prabu Siliwangi.

Pegiat sejarah Surabaya pun turun tangan, termasuk kala itu salah seorang keluarga Mas Trip, Enny Wardhani, sempat datang bersama salah seorang veteran ꦠꦿꦶꦥ꧀ TRIP mengadu ke DPRD Kota Surabaya tentang rencana perubahan nama jalan.

Sementara, salah seorang pegiat itu adalah Nanang Purwono. Nanang bahkan ikut protest. Nanang adalah seorang ꦮꦂꦠꦮꦤ꧀ wartawan, dekat dengan saya.

Nanang Purwono (kiri), mantan anak buah Dahlan Iskan yang kini Ketua Puri Aksara Rajapatni dan Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN. Foto: dok pribadi

Nanang memang mencintai ꦱꦼꦗꦫꦃ sejarah. Gara-gara ikut protes inilah Nanang dekat dengan keluarga keturunan Mas Trip. Salah satunya seorang wanita, anak angkat istri Bung Karno yang ke-6: Harjatie.

Sang ꦄꦤꦏ꧀ꦄꦁꦏꦠ꧀ anak angkat bukan anak angkat biasa. Dia masih keponakan Hariyatie sendiri. Enny, si anak angkat itu, masih anak dari kakak Hariyatie sendiri.

Pada pasca aksi penolakan, Nanang masih main main ke rumah Enny di jalan ꦕꦶꦥꦸꦤꦺꦒꦫ Cipunegara Surabaya. Ketika di rumah itu, Nanang terperangah saat melihat surat surat tulisan Soekarno. Kok ada surat tulisan tangan ditaruh di pigura. Untuk hiasan dinding. Di rumah Enny.

Tulisan tangan itu sangat dikenal ꦤꦤꦁ Nanang. Juga dikenal oleh jutaan orang Indonesia: itulah tulisan tangan Bung Karno.

Nanang pun, terakhir menjabat ꦮꦏꦶꦭ꧀ Wakil Pimpinan Redaksi Pemberitaan JTV, mendekat ke dinding. Ia mengamati tulisan itu. Ups. Itu surat cinta. Surat cinta Bung Karno kepada Harijatie. Dasar wartawan, Nanang mewawancarai Enny. Ia tidak menyangka ”kesasar” ke rumah seorang yang bisa jadi sumber tulisan yang menarik.

Nanang melakukan penelusuran data di rumah Enny. Foto: dok pribadi.

Nanang pun menggali lebih jauh soal surat cinta itu. Ternyata tidak hanya satu. Tidak hanya yang dipajang di ꦥꦶꦒꦸꦫ pigura itu. Masih banyak yang lain. Semua disimpan di dalam album khusus. Lalu diamankan di dalam lemari.

Di ulang tahun Bung Karno ke-121 tanggal 6 Juni (2022), Nanang menuliskan temuannya itu di blog pribadinya. Saya pun tertarik dengan tulisan itu. Lalu bertanya pada Mas Nanang lebih banyak lagi. Ia pun tidak ꦏꦼꦧꦼꦫꦠꦤ꧀ keberatan mewawancarai Enny sekali dua kali lagi.

Nanang berpendapat penghapusan nama ꦒꦸꦤꦸꦁꦱꦫꦶ Gunungsari Surabaya itu sama dengan tidak menghargai sejarah perjuangan bangsa. Di jalan itulah empat tentara pejuang tewas dibunuh Belanda. Mereka adalah pejuang yang mempertahankan Surabaya. Agar jangan jatuh ke tentara Belanda lagi.

Lokasi tewasnya empat Mas Trip itu di area perbukitan lapangan golf ꦒꦸꦤꦸꦁꦱꦫꦶ Gunungsari, dekat dam Rolak Gunungsari. Di sebelah itu ada Hotel Singgasana yang dulu disebut Hotel Patra Jasa. Kantor lama saya 1,5 km dari lokasi Gunungsari.

Yang berinisiatif menghapus nama Jalan Gunungsari yang menjadi laga pasukan ꦥꦼꦭꦗꦂ pelajar Mas Trip itu pun punya niat mulia. Niat damai. Rukun. Untuk mewujudkan persatuan nasional.

Selama ini, tidak ada nama Jalan ꦱꦶꦭꦶꦮꦔꦶ Siliwangi atau Pasundan di Surabaya. Demikian pula sebaliknya: tidak ada nama Jalan Gadjah Mada atau Hayam Wuruk atau Majapahit di Bandung.

Seolah sentimen zaman masa nan silam masih harus dipertahankan. Akibat Perang ꦧꦸꦧꦠ꧀ Bubat. Yakni perang habis-habisan antara tentara Majapahit dengan tentara Prabu Siliwangi.

Maka ꦒꦸꦧꦼꦂꦤꦸꦂ Gubernur Jatim Soekarwo dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan sepakat mengakhiri sentimen lama itu. Soekarwo menjamin akan ada nama Jalan Prabu Siliwangi di Surabaya. Ahmad Heryawan akan membuat nama Jalan Hayam Wuruk di Bandung.

Tapi tidak ada jalan baru di Surabaya. Harus salah satu nama jalan yang sudah ada dikorbankan demi persatuan itu. Dipilihlah Jalan Gunungsari yang dipotong sebagian untuk nama ꦥꦿꦧꦸꦱꦶꦭꦶꦮꦔꦶ Prabu Siliwangi.

Seberapa sedikit pun dipotong, itu sudah menghilangkan sebagian sejarah tentara Pelajar Mas Trip yang berlaga di sepanjang jalan Gunungsari. Lantas apa yang dibela Nanang dan keturunan Mas Trip itu?

”Mas” itu nama sebutan untuk laki-laki, yang belum waktunya dipanggil ”Pak”, tapi sudah tidak pantas dipanggil ”Dik”.

Sedang ”Trip” itu singkatan dari Tentara Rakyat Indonesia Pelajar. Masih pelajar sudah jadi tentara. Masih SMP sudah angkat senjata. Masih kecil tapi sudah perang. Maka tidak layak lagi mereka dipanggil ”Dik”, meskipun juga akan lucu kalau dipanggil ”Pak”.

Banyaknya Mas Bonek di ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya kelihatannya mewarisi semangat Mas Trip ini.

Akhirnya terjadi kompromi. Nama Jalan Gunungsari dipotong sebagian dan diganti Jalan Prabu Siliwangi.

Sebagai kompensasi atas pemotongan sebagian jalan Gunungsari dan diganti jalan Siliwangi, ꦱꦸꦏꦂꦮ Soekarwo lantas membangun monumen Mas Trip di dekat dam Rolak Gunungsari itu. Yakni di pinggir Kali Surabaya.

Kalau monumen itu berwujud empat tentara ditambah satu, mereka itulah tentara pelajar yang tewas dulu.

 

Beres.

Nanang punya monumennya sendiri: di suatu hari Nanang bermain ke rumah Enny dan tidak sengaja Nanang melihat sejumlah ꦱꦸꦫꦠ꧀ꦱꦸꦫꦠ꧀ꦕꦶꦤ꧀ꦠ꧀ surat surat cinta Soekarno yang dipajang di pigora.

Salah satunya dalam bahasa Inggris. Sangat romantis. Itulah surat seorang ꦭꦏꦶꦭꦏꦶ laki-laki berumur 62 tahun kepada seorang ning berumur 23 tahun.

Saat ꦩꦼꦤꦸꦭꦶꦱ꧀ menulis surat itu, sebenarnya, Bung Karno lagi di tengah kesibukan luar biasa: menyusun pidato kenegaraan tanggal 17 Agustus 1963. Toh ia sempatkan menulis surat cinta ini:

“I am writing my speech for the 17th of this month. I try to concentrate my mind, to concentrate all my soul, on what I shall say to the people on that day. In doing so, I think of you every moment. Because you are my inspiration, you are my strength of soul. That is why I ask you, my darling, to always strengthen my heart, my mind, my soul. Make me strong, make me the king of kings.

Oh darling, don’t cry in my presence, because it makes me confused. It makes me like a living corpse, it makes me like having no ground. It makes me so weak, so weak, so weak. It makes me cry and weep in my heart. You are my only hold. You are my only strength. You are my only hope. Don’t make me weak and don’t make me have no hope in life. Remember always: you are my only love. I live in you, and you live in me.

Again: In writing this speech (17th of August) I concentrate my mind intensely on what I shall say to the people, and on you. I repeat you are my inspiration, you are the bright star shining over me.

Bukan main.

Begitulah memang Bung Karno kalau lagi jatuh cinta. Juga Anda. Kan mirip itu juga suratnya pada istri keempat: Hartini. Juga pada istri kelima:ꦫꦠ꧀ꦤꦱꦫꦶꦣꦺꦮꦶ Ratna Sari Dewi.

Nanang memotret hampir seluruh koleksi Enny terkait dengan ꦧꦸꦁꦏꦂꦤ Bung Karno. Termasuk foto ketika Enny masih kecil, bersama Hariyatie dan Bung Karno yang lagi tiduran santai.

Soekarno dan Harjatie. Foto: nanang PAR.

Itu foto ketika ꦧꦸꦁꦏꦂꦤ Bung Karno lagi diam-diam ke Surabaya. Ke rumah Hariyatie. Di Jalan Comal. Rumah ini nyaris di tikungan sehingga terlihat jelas dari Jalan Raya Darmo, jalan paling utama di Surabaya.

Nanang mengunjungi rumah itu kemarin. Masih seperti yang dulu. Tak berpenghuni. Terkunci. Telantar. Terbengkalai. Kotor. Rusuh. Penuh rumput liar.

Diduga rumah di ꦗꦭꦤ꧀ꦕꦺꦴꦩꦭ꧀ Jalan Comal itu pemberian Bung Karno. Keluarga Hariyatie tidak mungkin bisa membeli rumah di kawasan begitu elite. Hariyatie lahir di kampung Manyar Pumpungan, salah satu kampung miskin di Surabaya zaman itu.

Di kampung itu Hariyatie ikut kelompok kesenian. Ia pandai menari. ꦠꦫꦶꦗꦮ Tari Jawa. Seperti gandrung dan langendriyan. Kelompok kesenian Manyar Pumpungan itu di bawah pimpinan Dwijo. Saya ingin melacak keberadaan kelompok tari ini. Kok begitu hebat. Sampai diundang menari di Istana Cipanas. Tampil di depan Presiden Bung Karno.

 

Cipanas

Saat di Cipanas yang sejuk itulah Bung Karno tertarik pada Harijatie. Lalu diperintahkan untuk pindah ke Jakarta. Diangkatlah dia menjadi pegawai di ꦱꦺꦏꦿꦼꦠꦫꦶꦪꦠ꧀ꦤꦼꦒꦫ Sekretariat Negara, bagian kesenian.

Bung Karno pun bisa tetap dekat dengan Harijatie. ꦥꦿꦺꦱꦶꦣꦺꦤ꧀ Presiden sering titip surat cinta ke pegawai baru di Setneg itu.

Surat cinta itu selalu ditulis tangan. Lalu dimasukkan amplop yang ada di dekat ꦥꦿꦺꦱꦶꦣꦺꦤ꧀ Presiden. Tanpa ditutup. Tanpa dilem. Amplop Istana Negara. Bung Karno seperti tidak peduli kalau pun surat itu dibaca oleh si kurir. Atau Bung Karno sangat percaya si kurir tidak akan berani membacanya.

Akhirnya Bung Karno mengawini Hariyaie secara sah. Surat kawinnya pun masih tersimpan di album Enny. Nanang pun memotretnya. Kelihatannya, justru setelah resmi jadi istri Bung Karno, Hariyatie pulang ke ꦯꦸꦫꦨꦪ Surabaya, ke Jalan Comal itu.

Nanang menuliskan semua pengamatan di rumah Enny itu. Nanang lulusan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jurusan bahasa Inggris dan selanjutnya mendapatkan beasiswa pasca sarjana di Nottingham Trent University, Inggris.

Sepulang dari Inggris, Nanang bergabung dengan group ꦗꦮꦥꦺꦴꦱ꧀ Jawa Pos dan bekerja di JTV. Ia diajak Imawan Mashuri mendirikan JTV.

Saya tidak pernah mau menyebut apa kepanjangan JTV. “Biar saja seperti anak kecil diberi nama Abu saja,” kata saya selalu.

Setelah besar nanti akan tahu sendiri Abu-siapa. Kalau anak itu tumbuh menjadi orang baik kita akan panggil ia Abu Bakar. Atau ia jadi ꦥꦼꦭꦮꦏ꧀ pelawak kita panggil Abu Nawas. Kalau ia jadi orang yang tidak jelas kita panggil Abu-abu.

“JTV pun demikian. Kalau kelak maju kita sebut Jatim TV. Tapi kalau ternyata parah kita sebut Jancuk TV,” kata saya.

Nanang terus berkarir di JTV. Sampai jadi ꦮꦏꦶꦭ꧀ꦥꦶꦩ꧀ꦥꦶꦤꦤ꧀ Wakil Pimpinan (direktur) Pemberitaan JTV.

Sampai pensiun (2021) dan kini jadi aktivis pembela sejarah dan budaya. Nanang punya perkumpulan pecinta sejarah dan budaya.

Sebelumnya sebagai Ketua Perkumpulan Begandring Soerabaja (2018-2023). Kini Nanang sebagai Ketua Puri Aksara Rajapatni)

Kesimpulan Nanang, Harijatie hanya dua tahun menjadi istri Bung Karno. Tahun 1963 kawin. Tahun 1965 terjadi G30S/PKI. Suasana politik tidak menentu.

Tapi, tulis Nanang, Harijatie baru cerai di tahun 1967. Berarti ketika Bung Karno sudah dalam status ꦠꦲꦤꦤ꧀ꦥꦺꦴꦭꦶꦠꦶꦏ꧀ ”tahanan politik” Presiden Soeharto. Bung Karno lantas meninggal di tahun 1970. Yakni ketika Hariyatie masih berumur 30 tahun. Belum punya anak.

Nanang menulis, Harijatie lantas kawin lagi. Yakni dengan Sakri Sukirman. Ia masih orang dekat Bung Karno. Salah satu ajudan presiden. Dengan Sukirman, Harijatie punya anak empat orang.

Hariyatie sendiri belum lama ꦩꦼꦤꦶꦁꦒꦭ꧀ meninggal. Tahun 2016. Makamnya di TPU Kebon Nanas Jakarta.

Berarti, kini tinggal ꦫꦠ꧀ꦤꦱꦫꦶꦣꦺꦮꦶ Ratna Sari Dewi yang masih hidup. Yang tinggal di Paris. Juga Jurike Sanger. Yang tinggal di dekat Los Angeles.

Nanang tidak akan menemukan jenis surat-surat cinta seperti itu sekarang dan di masa yang akan datang. Kini banyak surat cinta yang langsung di-delete keesokan harinya. Atau terdelete. (Dahlan Iskan/nanang PAR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *