Cagar Budaya
Rajapatni.com: SURABAYA – Ungkapan “Wajah tak bisa bohong” atau “Wajah tidak bisa berbohong” adalah sebuah peribahasa yang berarti bahwa ekspresi wajah seseorang dapat mengungkapkan emosi atau perasaan yang sebenarnya, bahkan ketika orang tersebut mencoba menyembunyikannya. Jadi, meskipun seseorang mencoba untuk berbohong atau menyembunyikan perasaannya, wajahnya mungkin masih menunjukkan ekspresi yang sebenarnya.

Ungkapan itu sama halnya dengan “Atap tak bisa bohong”, yang artinya bahwa atap tak bisa menyembunyikan konstruksi penopang. Atau jika atap berbohong maka ambru’lah (robohlah) sebuah konstruksi itu. Ada atap, ada konstruksi penyanggah.

Ada satu jenis atap yang umum digunakan pada era kolonial. Atap ini cocok dengan iklim tropis yang panas. Atap ini memiliki ruang plafon yang lapang sebagai rongga di antara dua dinding, yang dikenal sebagai isolator. Rongga diantara dua dinding atau rongga antara plafon dan genting dapat bertindak sebagai isolator. Celah udara di dalam rongga ini membantu mengurangi perpindahan panas dan suara, sehingga meningkatkan efisiensi termal dan akustik bangunan. Atap yang memiliki rongga yang cukup lapang ini adalah atap model Pelana Belanda (Dutch Gable).

Rumah rumah dari era kolonial di Surabaya ada yang beratap Dutch Gable. Jumlahnya tidak sebanyak gaya Limasan. Rumah dan bangunan yang beratap Dutch Gable seperti terlihat pada gedung bekas bioskop Candra di pojokan Perempatan pertemuan jalan Gubernur Suryo (Barat), jalan Pemuda (Timur), Yos Sudarso (Utara) dan Panglima Sudirman (Selatan). Bangunan model Dutch Gable ini juga terdapat pada gedung pertemuan Balai Pemuda.

Lainnya ada di jalan Veteran. Salah satu gedung di komplek SMPN 2 Kepanjen dan pernah ada gedung beratap Dutch Gable di jalan Raya Darmo 30. Sekarang Gedung nya hilang, dibongkar rata dengan tanah.
Bangunan dan rumah beratap Dutch Gable ini istimewa karena adaptive terhadap iklim dan lingkungan. Ciri khas dari atap ini adalah terdapat satu struktur pendukung pada bagian bawah atap. Struktur ini berupa dinding dengan ujung atas yang runcing seperti segitiga yang biasa disebut gawel.
Adapun keunggulan Dutch Gable adalah:
Minim Bahan
Bagian rangka atap menggunakan sedikit bahan dan biasanya terdiri atas baja ringan, rangka beton atau kayu. Bentuk atapnya menjulang tinggi sehingga bangunan akan terasa sejuk di dalam.
Bagian atap yang membumbung tinggi dibangun atas rangka kuat dan sering digunakan sebagai loteng. Setelah rangka terpasang maka atap akan diisi dengan genteng tanah liat maupun lainnya.
Pengerjaan Cepat
Model atap sederhana sehingga cepat dalam pemasangannya. Tukang hanya butuh menyesuaikan tingkat kemiringan. Atap bisa landai maupun menjulang tinggi. Semakin tinggi plafon maka bentuk atap membentuk segitiga sempurna.
Modelnya bisa disesuaikan dengan arsitektur hunian. Atap pelana modern bisa digunakan untuk tempat tinggal minimalis hingga kontemporer.

Resiko Bocor Kecil
Struktur atap pelana modern yang miring berdampak positif saat hujan datang. Air yang mengalir dari atap akan langsung jatuh ke bawah secara otomatis. Dampaknya tidak ada genangan yang muncul pada atap.
Hal ini membuat kemungkinan atap bocor relatif kecil. Kotoran yang hinggap di atap seperti dedaunan pun bisa mengalami hal yang sama. Cepat hilang.
Sayang atap Dutch Gable ini sudah tidak ada lagi di museum arsitektur Perumahan Darmo. Tapi masih ada contoh di luar Darmo. Yaitu di Kawasan Balai Pemuda. (PAR/nng)