Tim ꧌ꦥꦹꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍Puri Aksara Rajapatni Berkunjung ke Jejak Dua Puteri Rajapatni: Tribhuwana Tunggadewi (Bhre Kahuripan/Klinterejo) dan Dyah Wiyat (Bhre Wengker/Kumitir)

Rajapatni.com: Surabaya (7/10/24) – Tembok atau Talud Majapahit memang ada. Bukan cerita belaka dan juga bukan isapan jempol. Terkini, ada dua eks bangunan bekas tembok kuno, yang ꧌ꦠꦼꦂꦑꦸꦮꦏ꧀꧍ terkuak setelah terpendam selama sekian abad. Tembok berbahan batu bata merah itu berada di Desa Kumitir, Jatirejo, Kabupaten Mojokerto dan di Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.

Bekas tembok (talud) yang ada di Klinterejo adalah peninggalan Bhre Kahuripan yang wilayahnya pernah dipimpin oleh Tribhuwana Wijayatunggadewi, raja Majapahit ketiga. Sedangkan bekas tembok di Kumitir adalah peninggalan Bhre Wengker yang beristri Dyah Wiyat. Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Wiyat adalah kakak beradik, putri Rajapatni.

Di tempat yang terpisah, kedua bekas tembok ini sama sama berada di ꧌ꦄꦫꦺꦪ꧍ area kebon tebu. Ukuran dari kedua area ini cukup lumayan luas. Masing masing memiliki panjang tidak kurang dari 100 meteran. Sementara kegiatan ekskavasi masih berlangsung, khususnya di situs Kumitir. Baru baru ini ekskavasi di situs Kumitir berlanjut lagi. Dimulai dari 17 September 2024 hingga tanggal 9 Oktober 2024, selama 23 hari.

Tim Puri Aksara Rajapatni )Thony, Nanang dan Novita) melihat dari dekat keberadaan Situs Kumitir pada Minggu (6/10/24). Yang menarik perhatian adalah masing masing batu bata yang digunakan dalam ꧌ꦏꦺꦴꦤ꧀ꦱꦠꦿꦸꦏ꧀ꦱꦶ꧍  konstruksi talud berukuran lumayan besar juga. Ukuran panjang kurang lebih 50 cm, lebar 30 cm dan tebal sekitar 8 cm.

Dari ukuran batu batanya, tembok ini dulunya diperkirakan ꧌ ꦏꦸꦮꦠ꧀꧍  kuat dan kokoh, cukup kuat. Apalagi di sepanjang bekas tembok ini terdapat konstruksi pilar pilar tembok yang jumlahnya agak rapat, banyak. Bahkan ketinggian tembok bisa dibayangkan. Di salah satu titik, masih berdiri konstruksi tembok yang tingginya mencapai dua meter. Bisa jadi tembok itu ukurannya lebih tinggi lagi.

Dari pengamatan ꧌ꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Rajapatni, kotak kotak ekskavasi tersebar di area perkebunan tebu. Ini menunjukkan persebaran arkeologi yang bisa saling terkoneksi. Di salah satu kotak ꧌ꦌꦑ꦳꧀ꦏꦮ꦳ꦱꦶ꧍ ekskavasi terdapat struktur lantai yang lebih luas dari permukaan tembok (talud). 

yang saling terkait. Lokasinya berada di dekat ꧌ꦏꦺꦴꦩ꧀ꦥꦭꦺꦑ꦳꧀꧍komplek makam. Untuk sementara masih terlihat permukaan yang rata, yang berbahan batu bata merah.

Di kotak ini adalah temuan baru, yang lokasinya berada di komplek makam. Panjangnya struktur yang sudah tampak dari ꧌ ꦈꦠꦫ꧍ utara ke selatan mencapai sekitar 4 meter. Struktur ini menyerupai tembok dengan ketebalan 100 cm dan tinggi 80 cm. Bangunan ini menyambung dengan ꧌ ꦱ꧀ꦠꦿꦸꦏ꧀ꦠꦸꦂ꧍ struktur menyerupai lantai di sebelah baratnya dengan lebar sekitar 250 cm. 

(https://www.detik.com/jatim/budaya/d-7572557/wujud-penting-temuan-baru-ekskavasi-istana-bhre-wengker-di-mojokerto.)

Temuan di lokasi ini juga ada struktur batu batu alam bulat atau Bolder. Batu batu ini menyatu dengan konstruksi tembok yang berbahan batu bata merah. Situs Kumitir adalah peninggalan Bhre Wengker, seorang penguasa yang beristri Dyah Wiyat. Dyah Wiyat adalah putri Raden Wijaya, yang lahir dari Rajapatn.  Ia memiliki kakak kandung bernama Dyah Gitarja (Tribhuwana Wijayatunggadewi), dan kakak tiri bernama Jayanegara raja kedua Majapahit. (https://id.wikipedia.org/wiki/Dyah_Wiyat)

 

Situs Bhre Kahuripan

Situs Bhre Kahuripan identik dengan Tribhuwana Wijayatunggadewi. Ia langsung menjabat sebagai Rajaputri (Ratu) Majapahit ketiga. Tribhuwana Wijayatunggadewi juga puteri Rajapatni, istri Raja Pertama Majapahit, Raden Wijaya.

Di kawasan Situs Bhre Kahuripan ini, tidak hanya ada tembok kuno (talut) yang berukuran luas. Tetapi di kawasan situs ini terdapat sebuah candi dengan sebuah yoni berukuran besar dan sandaran arca yang diduga arca Tribhuwana Tunggadewi. Bentuk candi ini memuncak dengan yoni berada di puncaknya. 

Sebuah Yoni besar dan sandaran arca di Situs Bhre Kahuripan. Foto: doc ist

Situs Bhre Kahuripan terletak di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, dan dikenal juga dengan nama Situs Yoni klinterejo. Disebut demikian karena dikaitkan dengan keberadaan sebuah yoni yang berada dilokasi ini. 

Ukuran Yoni ini cukup besar dengan panjang 191 cm, lebar 184 cm dan tinggi 121 cm yang salah satu sisinya terdapat cerat yang disangga oleh pahatan bermotif naga. Badan yoni dihiasi dengan pahatan yang sangat raya, seperti pada bagian pelipit, berhias pola geometris, sulur dan daun-daun lotus. https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Bhre_Kahuripan

Angka tahun 1294 C. Foto: doc ist

Salah satu sisi yoni terdapat bingkai kecil berisi pahatan angka Jawa kuno 1294Ç (1372 M), tahun ini cocok dengan tahun wafatnya ibunda Raja Hayam Wuruk, Tribhuwanatunggadewi atau Bhre Kahuripan yang termuat dalam Kitab Pararaton. Dalam kitab ini juga disebutkan lokasi pendharmaan dari Tribhuwana Tunggadewi (Bhre Kahuripan) yaitu di Panggih. Pada masa sekarang ini, daerah dengan nama Panggih merupakan sebuah desa yang terletak di sebelah barat Desa Klinterejo. Diperkirakan pada masa lampau lokasi Situs Bhre Kahuripan juga masuk ke dalam wilayah administratif Panggih. (https://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Bhre_Kahuripan)

Rajapatni adalah istri Raja Pertama Majapahit, Raden Wijaya, yang kemudian menurunkan Tribhuwana Tunggadewi sebagai Raja ketiga Majapahit. Tribhuwana Tunggadewi menurunkan Hayam Wuruk yang di kemudian hari menjadi Raja besar Majapahit. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *