Peradaban Bermula Dari Aksara

Aksara:

Rajapatni.com: SURABAYA – Teddy K Wirakusuma, dosen Prodi Menejemen Komunikasi Universitas Pajajaran menulis dalam Pikiran Rakyat (PR) dimana setiap tanggal 8 September diperingati Hari Aksara. Aksara atau huruf adalah satuan lambang terkecil dari komunikasi berbentuk tulisan. Tulisan punya andil besar terhadap peradaban. Begitu pentingnya tulisan, kehadirannya selalu menjadi tonggak awal sejarah.

Tulisan, pada awal-awal perkembangannya lebih merupakan bentuk ungkapan seni simbolik. Tulisan berupa gambar (pictograph) yang dikembangkan oleh bangsa Sumeria (sekarang Irak selatan), Mesir, India, China dan Meso-Amerika dalam perjalanannya lebih berkembang pada pusat-pusat keagamaan dan kekuasaan.

Mungkin karena sulit dan sangat banyak lambang yang harus dihapal, masyarakat kebanyakan tak tertarik. Tulisan menjadi lebih bersifat suci dan ideologis. Selain untuk menyimpan, mengawetkan, dan mengkomunikasikan ajaran dan aturan.

Aksara yang Herlambang gambar (pictograph). Foto: ist

Peran tulisan pictograph punya corak khas yaitu menggambarkan dunia seperti yang diinginkan penguasa.

Ketika tulisan yang bersifat fonetik (phonetic) dan dikembangkan pertamakali oleh Bangsa Phoenicia (sekarang menjadi Suriah) serta merta cara menulis ini memikat banyak minat.

Cara menulis menggunakan lambang-lambang bunyi (phonograph) jauh lebih sederhana dan mudah dipelajari. Pertemuan kebudayaan (karena perang, perdagangan dsb.) mempercepat cara menulis baru ini menyebar dan diadopsi berbagai bangsa dengan beberapa penyesuaian berlambang.

Abjad pertama dan kedua Bangsa Phoenicia yang berbunyi /aleph/ dan /beth/ oleh Bangsa Yunani diganti menjadi /alpha/ dan /betha/. Bangsa Romawi menyebutnya /a/ dan /be/. Sistem menulisnya pun diganti dari kiri ke kanan. Sedangkan Bangsa Arab menyebutnya /alif/ dan /ba/ dengan tetap mempertahankan cara menulis dari kanan ke kiri hingga sekarang.

Aksara Jawa yang berlambang bunyi (phonetic). Foto: ist

Di Indonesia salah satu aksara Nusantara adalah Aksara Jawa. Aksara Jawa ditulis berdasarkan suara atau bunyi. Karenanya disebut voice atau phonetic based (berdasarkan bunyi). Kalau menulis “Corner”, bukanlah huruf CA yang dipakai tapi KA karena Corner dibaca Korner dengan suara K bukan C.

Sehingga Corner ditulis Korner (ꦏꦺꦴꦂꦤꦼꦂ). Begitu pun “Welcome to” disuarakan welkam TU sehingga dalam aksara Jawa ditulis (ꦠꦸ). Penulisan aksara Jawa adalah phonetic based.

 

Aksara Awal Peradaban

Aksara Jawa dalam sebuah manuskrip. Foto: ist

Ketika aksara adalah awal peradaban, maka sangat elok ketika dalam Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK), aksara Jawa menjadi satu objek tersendiri. Teddy K Wirakusuma mengatakan bahwa aksara adalah awal Peradaban.

Teddy lebih lanjut menuliskan bahwa penulisan fonetis (phonetic based writing) memperkenalkan suatu bentuk konversasi baru antar manusia. Tulisan menjadi pengganti bagi ujaran.

Untuk bisa memahami isi ucapan tanpa harus dengan cara mendengar, bukanlah soal sepele. Penulisan fonetis menciptakan konsepsi berbeda mengenai cara mengekspresikan sesuatu, cara mengenal dan memahami pengetahuan. Tulisan fonetis menuntut suatu inteligensia tertentu dan memberikan orientasi baru dalam berpikir. Tulisan membawa revolusi persepsi: pergeseran dari telinga ke mata sebagai organ pengolah bahasa.

Aksara Jawa ditulis berdasarkan phonetic. Betapa suatu peradaban tinggi yang dimiliki leluhur Nusantara. Leluhur Nusantara adalah orang orang cerdas. Buktinya adalah aksara. Menghilangkan aksara sama dengan menghilangkan kecerdasan leluhur.

 

Raperda Pemajuan Kebudayaan Kota Surabaya

Karenanya inisiator Raperda Pemajuan Kebudayaan kota surabaya telah menambahkan aksara sebagai obyek pemajuan Kebudayaan dan mengurutkan serta menempatkan Aksara sebagai obyek nomor satu. Ini melambangkan bahwa aksara adalah awal dari peradaban.

Karenanya urutan Obyek Pemajuan Kebudayaan dalam Perda Pemajuan Kebudayaan Kota Surabaya adalah sebagai berikut: Aksara, Manuskrip, Bahasa, Tradisi Lisan, Adat Istiadat, Ritual, Pengetahuan Tradisional, Seni,  Teknologi Tradisional, Permainan Tradisional dan Olahraga Tradisional.

Peradaban berawal dari aksara. Foto: doc par

Karena Aksara adalah awal peradaban, posisinya bagai dalam sebuah urutan Pancasila. Bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa dianggap sebagai landasan paling kokoh bagi bangsa Indonesia. Hal ini mencerminkan nilai-nilai religius yang mendalam dalam masyarakat Indonesia dan diakui sebagai sumber moral dan etik.

Begitu pula Aksara sebagai awal peradaban juga sebagai landasan berkembangnya peradaban. Melalui aksara yang berbentuk tulisan dalam manuskrip misalnya pengetahuan, misalnya pengetahuan membuat jamu, bisa berkembang. Dari manual menjadi pabrikan. Contoh lainnya alat penangkap ikan dari manual menjadi teknologi mesin.

Karenanya OPK dari 10 yang dikenal selama ini, di tangan Surabaya jumlah OPK pun berkembang dari 10 menjadi 11 dan urutannya tidak acak seperti yang selama ini ada. Melalui perenungan kebudayaan yang mendasar, urutan Obyek disempurnakan mulai dari Aksara hingga Olahraga Tradisional. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *