꧌ꦥꦼꦤꦸꦭꦶꦱꦤꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Penulisan Aksara Jawa Untuk Nama Jalan Dukung Indeks Pembangunan Kebudayaan Kota Surabaya.

Aksara

Rajapatni.com: SURABAYA – ꧌ꦤꦼꦒꦫ꧍ Negara negara di dunia, yang memiliki aksara lokal dengan bangga menggunakan aksaranya, minimal untuk penulisan nama nama jalan. Negara negara itu antara lain Jepang, ꧌ꦏꦺꦴꦫꦺꦪ꧍ Korea, China, Thailand, India dan juga negara negara di ꧌ꦗꦗ꦳ꦶꦫꦃꦄꦫꦧ꧀꧍  jazirah Arab.

Papan nama jalan di negeri China. Foto: ist
Papan nama jalan di India. Foto: ist
꧌ꦥꦥꦤ꧀꧍ Papan nama jalan di Arab. Foto: ist

Bagaimana dengan ꧌ꦅꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Indonesia? Bangsa ini telah memiliki aksara sudah sejak ratusan tahun lamanya. Aksaranya macam macam. Selain ada aksara Jawa, juga ada aksara Bali dan masih ada aksara aksara daerah lainnya.

꧌ꦠꦼꦠꦥꦶ꧍ Tetapi sayang aksara aksara daerah di Indonesia seolah tenggelam oleh aksara asing, yang bernama aksara Latin, bawaan bangsa ꧌ꦌꦫꦺꦴꦥ꧍ Eropa. Kecuali di kota Yogyakarta dan di Bali. Mereka masih menggunakan aksara daerah minimal untuk nama nama jalan. ꧌ꦱꦼꦭꦪꦏ꧀ꦚ꧍ Selayaknya seperti itu lah karena aksara daerah menjadi ꧌ꦅꦝꦺꦤ꧀ꦠꦶꦠꦱ꧀ꦧꦔ꧀ꦱ꧍ identitas bangsa.

Aksara-aksara di Indonesia ꧌ꦱꦼꦥꦺꦂꦡꦶ꧍ seperti halnya di India, dimana hampir di setiap daerah memiliki aksara masing masing, selain aksara resmi nasional, yang bernama Dewanagari. ꧌ꦗꦝꦶ꧍ Jadi, di ꧌ꦱꦼꦠꦶꦪꦥ꧀꧍ setiap negara bagian, ꧌ꦩꦼꦫꦺꦏ꧍ mereka menggunakan dua aksara. Selain Dewanagari, juga aksara lokal. Misalnya di Negara bagian Telengana dan Andhra Pradesh. Mereka menggunakan Aksara lokal Telugu dan resmi Dewanagari .

Di Indonesia, di ꧌ꦧꦼꦧꦼꦫꦥ꧍ beberapa daerah memang memiliki aksara masing masing. Seperti di Jawa ada aksara Jawa. Di Bali ada aksara Bali. Di Sunda ada aksara Sunda. Di Sulawesi Selatan ada aksara Lontara.

Di Jawa, yang sudah ꧌ꦩꦼꦔ꧀ꦒꦸꦤꦏꦤ꧀꧍ menggunakan Aksara Jawa untuk nama nama jalan, adalah Yogyakarta dan Solo. Kota Surabaya baru menggunakan aksara Jawa ꧌ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀꧍ untuk nama nama kantor di lingkungan pemerintah Kota Surabaya. Nampaknya itu belum cukup sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan Aksara Jawa di Surabaya. ꧌ꦥꦼꦂꦭꦸ꧍ Perlu ada media lain yang bisa ꧌ꦝꦶꦥꦏꦻ꧍dipakai sebagai ꧌ꦱꦟ꧀ꦝꦫꦤ꧀꧍ sandaran aksara Jawa.

Seperti diketahui bahwa Kota ꧌ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya telah memulai menggunakan aksara Jawa untuk nama nama kantor pemerintah mulai dari tingkat kelurahan, Kecamatan, OPD, ꧌ꦧꦭꦻꦏꦺꦴꦠ꧍ Balai Kota, DPRD Kota Surabaya, Rumah Sakit Daerah hingga sebagian nama nama ꧌ꦠꦩꦤ꧀꧍ taman.

 

Papan ꧌ꦤꦩꦗꦭꦤ꧀꧍ Nama Jalan Sarana Efektif

Papan nama jalan sering digunakan untuk penulisan aksara karena dapat ꧌ꦧꦼꦂꦥ꦳ꦸꦔ꧀ꦱꦶ꧍ berfungsi sebagai penanda dan identitas ꧌ꦏꦮꦱꦤ꧀꧍ kawasan atau jalan.

꧌ꦧꦲ꧀ꦏꦤ꧍ Bahkan di beberapa ꧌ꦲꦭ꧀ꦠꦼ꧍ halte pemberhentian bus kota, telah dipasang peta rute dan jurusan perjalanan dengan menggunakan aksara Jawa. Misalnya pada peta itu, nama terminal Wonokromo sudah ꧌ꦝꦶꦠꦸꦭꦶꦱ꧀꧍ ditulis dengan aksara Jawa. ꧌ꦱꦫꦤ꧍ Sarana ini dibuat oleh dinas terkait, yaitu Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Dinas Perhubungan Kota Surabaya ꧌ꦄꦝꦭꦃ꧍ adalah salah satu dari OPD, yang juga menggunakan aksara Jawa untuk nama kantornya.

꧌ꦏꦤ꧀ꦠꦺꦴꦂ꧍ Kantor Dinas Perhubungan Kota Surabaya yang telah dipasang tulisan beraksara Jawa. Foto: nanang

Untuk ꧌ꦩꦼꦔꦼꦤꦭ꧀ꦏꦤ꧀꧍ mengenalkan dan menggunakan aksara Jawa lebih luas lagi kepada masyarakat Surabaya, komunitas Aksara Jawa Surabaya, ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni, mengusulkan kepada ꧌ꦮꦭꦶꦏꦺꦴꦠ꧍ Walikota Surabaya untuk penulisan nama nama jalan di Surabaya dengan menggunakan aksara Jawa.

Pada Selasa siang (5/3/25) ketika tim Puri Aksara Rajapatni: A Hermas Thony dan Nanang Purwono, berkesempatan bertemu Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya ꧌ꦠꦸꦚ꧀ꦗꦸꦁꦅꦱ꧀ꦮꦟ꧀ꦢꦫꦸ꧍ Tundjung Iswandaru, mereka ꧌ꦱꦼꦏꦭꦶꦒꦸꦱ꧀꧍ sekaligus menyampaikan ꧌ꦒꦒꦱꦤ꧀꧍ gagasan dan usulan mengenai penulisan nama nama jalan dengan menggunakan aksara Jawa.

Tim Rajapatni ketika menunggu kedatangan Kepala Dishub Kota Surabaya. Foto: par

“Tidak semua nama jalan, tapi jalan jalan tertentu saja seperti jalan ꧌ꦥꦿꦺꦴꦠꦺꦴꦏꦺꦴꦭ꧀꧍ protokol, utama dan di lingkungan Balai Kota. Usulan ini dalam rangka peningkatan indeks Pembangunan Kebudayaan Kota Surabaya”, jelas Thony ꧌ꦏꦼꦠꦶꦏ꧍ ketika menunggu kedatangan Kepala Dinas di kantornya.

Sementara itu Tundjung mengapresiasi gagasan dalam ꧍ꦎꦥꦪ꧍ upaya pelestarian aksara Jawa ini.

“Kalau tidak ada orang orang yang memang peduli untuk menyelamatkan, bisa hilang ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa. Apalagi ꧌ꦒꦼꦤꦼꦫꦱꦶ꧍ generasi Gen Z ini umumnya gak ngerti”, tanggap Tundjung.

꧍ꦊꦧꦶꦃ꧍ Lebih lanjut Thony menyarankan apabila gagasan ini diwujudkan, maka penulisan aksara Jawa agar ditempatkan pada posisi atas.

“Ya, ꧌ꦏꦶꦠ꧍ kita ini ingin menempatkan aksara Jawa sebagai tuan rumah, maka ya harus di atas dan di bawahnya yaitu aksara latin. Kita ꧌ꦭꦶꦲꦠ꧀꧍ lihat betapa negara negara seperti Jepang, China, India dan Korea menghargai aksaranya. Selain masih dipakai, penggunaan untuk ꧌ꦥꦼꦤꦸꦭꦶꦱꦤ꧀꧍ penulisan nama jalan diletakkan di posisi atas”, pungkas ꧌ꦠꦺꦴꦤꦶ꧍Thony. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *