Olimpiade Bahasa dan Aksara Jawa ke-3 se DIY.

Aksara Bahasa

Rajapatni.com: SURABAYA – Bahasa sangat terkait dengan Aksara. Bahasa adalah sistem lambang bunyi, yang digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

Sementara Aksara adalah sistem tanda grafis, yang digunakan untuk merepresentasikan bahasa secara tertulis.

Dalam pembelajaran bahasa akan sangat pas jika diiringi dengan pembelajaran aksara atau sistem tulisan dari bahasa tersebut. Mempelajari aksara dapat memperdalam pemahaman tentang bahasa itu sendiri dan memperkaya wawasan tentang budayanya. Yaitu budaya literasi, khususnya literasi bahasa dan aksara Jawa.

Literasi aksara dan bahasa Jawa sesungguhnya adalah kemampuan membaca, menulis, dan memahami bahasa Jawa dengan menggunakan aksara tradisional (Hanacaraka) serta pengetahuan tentang budaya Jawa. Literasi ini penting untuk melestarikan warisan budaya dan mengembangkan pemahaman bahasa ibu.

Di Surabaya telah ada kewajiban bagi anak sekolah SD dan SMP untuk menggunakan bahasa Jawa setiap hari Kamis, yang disebut “Kamis Mlipis”. Bahasa Jawa yang digunakan adalah sesuai dengan kemampuan natural masing masing siswa.

Menggunakan (praktik) bahasa Jawa akan lebih bagus jika didampingi dengan kegiatan belajar aksara Jawa yang sekaligus menjadi wadah yang bersifat instruksional sebagai ajang teori tentang penggunaan bahasa Jawa secara sosiolinguistik.

Wadah ini akan sangat pas bila berupa kelas aksara Jawa, yang selain mengajarkan menulis dan membaca aksara Jawa, juga mengajarkan sosiolinguistik nya agar siswa mengerti unggah ungguh secara sosial kultural.

Olimpiade Bahasa dan Aksara Jawa ke 3 di Yogyakarta. Foto: ist

Dengan demikian budaya Jawa, khususnya bahasa dan aksara ini senantiasa dapat dipupuk. Contoh ini seperti yang diadakan di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Olimpiade Bahasa dan Aksara Jawa.

Olimpiade ini menjadi sarana penting dalam mendukung pembelajaran bahasa Jawa, yang tidak hanya membentuk keterampilan berbahasa reseptif dan produktif, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, serta apresiatif. Melalui kompetisi semacam ini, diharapkan para peserta didik dapat memiliki kemampuan literasi yang tinggi dan berkarakter Pancasila.

Keterampilan reseptif adalah kemampuan untuk memahami bahasa yang didengar atau dibaca, seperti menyimak dan membaca. Sementara itu, keterampilan produktif adalah kemampuan untuk menghasilkan bahasa secara lisan dan tertulis, seperti berbicara dan menulis.

Di Yogyakarta, Olimpiade ini menjadi wujud nyata upaya melestarikan dan mengembangkan bahasa serta sastra Jawa di kalangan generasi muda, sekaligus memperkuat karakter budaya lokal yang berakar kuat pada nilai-nilai Pancasila.

Olimpiade tahun ini, 2025, adalah Olimpiade Bahasa dan Aksara Jawa ke-3, yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY dengan dana dari Dana Keistimewaan. Olimpiade ini terbuka untuk SMK/MA dan SMK se DIY.

Olimpiade Bahasa dan Aksara Jawa di Yogyakarta ini adalah ajang kompetisi yang diselenggarakan untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa dan aksara Jawa di kalangan generasi muda. Kompetisi ini diikuti oleh siswa-siswi SMA/SMK sederajat di wilayah DIY dan mencakup berbagai tingkatan, mulai dari babak penyisihan hingga final.

Berkaca dari tahun lalu, Olimpiade Bahasa dan Aksara Jawa ke-2, jumlah peserta mencapai 39.856 Pelajar Se-DIY. Berikut pengumuman acara.

Olimpiade Bahasa dan Aksara Jawa lestarikan budaya Jawa. Foto: ist

(PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *