꧌ꦤꦱ꧀ꦏꦃ꧍ Naskah Fatwa Jihad Ditransliterasi Ke Aksara Pegon Melalui Lomba.

Aksara

Rajapatni.com: SURABAYA – ꧌ꦲꦺꦴꦩ꧀ꦧ꧍ Lomba Menulis Aksara Pegon dalam rangka Hari Santri Nasional 2025 di Masjid Kemayoran ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya usai sudah dan berjalan lancar pada Minggu pagi (26/10/25). Lomba yang diikuti oleh ꧌꧇꧑꧑꧑꧇ ꦱꦤ꧀ꦠꦿꦶ꧍ 111 santri dari beberapa Pondok Pesantren dan SMK dari Surabaya dan kota kota lain di Jawa Timur seperti ꧌ꦥꦱꦸꦫꦸꦮꦤ꧀꧍ Pasuruan, Bangil, Trenggalek, Tulungagung, Bangkalan, ꧌ꦩꦭꦁ꧍ Malang, Sidoarjo, Gresik dan Madiun itu menghasilkan 3 juara dan 3 harapan.

Lomba menulis ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍ aksara Pegon di Masjid Kemayoran Surabaya. Foto:nng

Keluar sebagai Juara 1, Muhammad Akhlis Maulana (SMK Plus NH Trenggalek); Juara 2, Zakky Hidayat T.R (Madrasah Islamiyah Sunan Giri) dan Juara 3, Azyan Syazwani Ardiana (PP Kha. Wahid Hasyim Bangil 2).

Juara Lomba Menulis Aksara Pegon. Penyerahan oleh ꧌ꦒꦸꦱ꧀ ꦪꦤꦶ꧍ Gus Yani mewakili Ta’mirul Masjid Kemayoran. Foto: nng

꧌ꦱꦼꦩꦼꦤ꧀ꦠꦫ꧍ Sementara Harapan 1, Rosida ( PP Qowiyyul Ulum Surabaya); Harapan 2, Alya Nur Fadhila (Ponpes Al-Hayatul Islamiyah) dan ꧌ꦲꦫꦥꦤ꧀꧇꧓꧇꧍ Harapan 3, Sevina Cahya Maharani (MTs. Safinda Surabaya).

꧌ꦗꦸꦮꦫ꧍ Juara 1 sampai 3 berhak atas uang pembinaan sebesar Rp. 1.000.000, Rp. 750.000 dan Rp. 500.000 serta ꧌ꦥꦶꦪꦭ꧍ Piala. Sementara Juara Harapan 1, 2 dan 3 mendapatkan Trophy.

Selain itu, semua peserta juga ꧌ꦩꦼꦟ꧀ꦝꦥꦠ꧀ꦏꦤ꧀꧍ mendapatkan sertifikat yang diketahui oleh Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Lomba ꧌ꦩꦼꦤꦸꦭꦶꦱ꧀꧍ menulis aksara Pegon dalam rangka Hari Santri Nasional 2025 ini tidak sekedar kegiatan literasi, tetapi sekaligus upaya ꧌ꦥꦼꦊꦱ꧀ꦠꦫꦶꦪꦤ꧀꧍. pelestarian budaya dan belajar sejarah yang menjadi latar belakang Hari Santri.

Aksara Pegon adalah ꧌ꦧꦼꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀꧍. bentuk budaya komunikasi tulis dari para Ulama, Kyai dan Santri yang sudah lama ada di Surabaya, yang ꧌ꦱꦼꦧꦼꦤꦂꦚ꧍ sebenarnya masih juga dipakai di lingkungan pendidikan pondok pesantren hingga ꧌ꦱꦼꦏꦫꦁ꧍ sekarang.

Di masa perjuangan untuk mempertahankan ꧌ꦏꦼꦩꦼꦂꦞꦺꦏꦄꦤ꧀꧍ kemerdekaan, penggunaan aksara Pegon adalah strategi dalam mempertahankan kedaulatan dan ꧌ꦩꦼꦔ꧀ꦒꦭꦁ꧍ menggalang kekuatan, kesatuan dan persatuan ꧌ꦝꦼꦩꦶ꧍ demi kemerdekaan.

Sementara penggunaan dalam ꧌ꦏꦺꦴꦤ꧀ꦠꦺꦏ꧀꧍ konteks kekinian adalah upaya pertahanan budaya, yang menjadi identitas bangsa. ꧌ꦥꦼꦂꦡꦲꦤꦤ꧀꧍ Pertahanan itu tidak lain adalah pertahanan budaya literasi tradisional dalam ꧌ꦩꦼꦚꦺꦴꦔ꧀ꦱꦺꦴꦁ꧍ menyongsong masa depan yang modern dan maju. Pertahanan budaya ini akan membedakan ꧌ꦅꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Indonesia dari negara negara global lainnya.

Peserta serius mengerjakan ꧌ꦥꦼꦤꦸꦭꦶꦱꦤ꧀꧍ penulisan. Foto: nng

Melalui lomba menulis aksara Pegon menjadi wadah untuk ꧌ꦩꦼꦤꦸꦚ꧀ꦗꦸꦏ꧀ꦏꦤ꧀꧍ menunjukkan eksistensi kapasitas para santri dalam berliterasi aksara Pegon baik baca ꧌ꦩꦲꦸꦥꦸꦤ꧀꧍ maupun tulis kepada publik luas. Semangat berliterasi tradisional melalui lomba ini menjadi harapan semua pihak yang ꧌ꦠꦼꦂꦭꦶꦧꦠ꧀꧍ terlibat dalam penyelenggaraan lomba.

Peserta santri ꧌ꦒꦶꦪꦠ꧀꧍ giat berlomba. Foto: nng

Mereka adalah pihak Ta’mirul Masjid Kemayoran, ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni dan RMI NU (Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama) Kota ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya serta Gerakan Nasional Ayo Mondok. Sehingga pada saatnya Aksara Pegon bisa lebih dikenal umum, yang tidak ꧌ꦲꦚ꧍ hanya oleh kalangan Pondok ꧌ꦥꦼꦱꦤ꧀ꦠꦿꦺꦤ꧀꧍ Pesantren saja.

 

꧌ꦲꦫꦥꦤ꧀꧍ Harapan

Harapan ini mengingatkan fakta historis dimana aksara Tradisional seperti Pegon dan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa sebagai aksara tradisional pernah secara resmi digunakan sebagai aksara ꧌ꦉꦱ꧀ꦩꦶ꧍ resmi di era pemerintahan Hindia Belanda. Bukti itu sebagaimana digunakannya aksara Pegon dan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa untuk mata uang yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda. Bahkan di dalam masjid Kemayoran masih terdapat prasasti beraksara jawa yang dikeluarkan oleh ꧌ꦥꦼꦩꦼꦫꦶꦤ꧀ꦠꦃ꧍ pemerintah Hindia Belanda.

Peserta ꧌ꦝꦶꦥꦼꦂꦑꦼꦤꦭ꧀ꦏꦤ꧀꧍ diperkenalkan dengan bukti sejarah Masjid Kemayoran. Foto :wab

Object Prasasti ini juga menjadi artefak yang ꧌ꦥꦼꦂꦡꦸꦚ꧀ꦗꦸꦏꦤ꧀꧍. pertunjukkan ke semua peserta sebagai bahan edukasi. Lomba menulis ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍ aksara Pegon ini tidak sekedar lomba literasi tetapi juga sekaligus ajang edukasi ꧌ꦱꦼꦗꦫꦃ꧍ sejarah dan budaya. Hal ini disampaikan oleh Nanang Purwono selaku Ketua ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni.

A. Hermas Thony ꧌ꦧꦼꦂꦲꦫꦥ꧀꧍ berharap lomba menulis aksara tradisional bisa berkelanjutan. Foto: nng

꧌ꦲꦝꦶꦂ꧍ Hadir dalam pelaksanaan Lomba menulis aksara Pegon ini adalah Ketua Takmir Masjid Kemayoran KH Abdullah Hasan, ꧌ꦥꦼꦩ꧀ꦧꦶꦤ꧍ Pembina Puri Aksara Rajapatni A. Hermas Thony, Ketua RMI NU Gus Ghozi Ubaidillah dan Bendahara Masjid Kemayoran Agus H Achmad Yani.

 

꧌ꦧꦼꦂꦰꦲꦶꦁ꧍ Bersaing Ketat

Secara umum hasil tulisan para peserta sangat bersaing ketat. Namun karya peserta harus ꧌ꦠꦼꦂꦰꦼꦭꦺꦏ꧀ꦱꦶ꧍ terseleksi dengan baik oleh tim juri, yang diketuai oleh Ahmad Karomi dari RMI NU Surabaya.

A. Karomi ꧌ꦱꦼꦝꦁ꧍ sedang menilai Karya tulis peserta. Foto: nng

Dari 111 lembar karya tulis, setiap karya tulis harus ꧌ꦝꦶꦧꦕ꧍ dibaca dengan cermat apakah tulisannya sudah benar sesuai kaidah dengan bunyi soal, yang berbahasa Indonesia. Selain bisa terbaca, bacaannya juga ꧌ꦲꦫꦸꦱ꧀꧍ harus tepat. Selanjutnya ditentukan keindahan tulisan. Maka ꧌ꦏꦼꦭꦸꦮꦂꦭꦃ꧍ keluarlah para pemenang Juara 1, 2 dan 3 serta juara harapan 1, 2 dan 3.

Karya pemenang 1. Foto: nng
Karya pemenang 2. Foto: nng

Soal, yang harus ꧌ꦝꦶꦱꦭꦶꦤ꧀꧍ disalin ke dalam aksara pegon, adalah naskah Fatwa Jihad, yang ditulis langsung oleh KH Muhammad Hasyim Asy’ari pada ꧌꧇꧑꧑꧇ ꦱꦺꦥ꧀ꦠꦺꦩ꧀ꦧꦼꦂ꧇꧑꧙꧔꧕꧇꧍  11 September 1945. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *