Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – Javagraph adalah sebuah karya film dokumenter tentang Aksara Jawa, sebagai bagian dari Aksara Nusantara, yang keberadaannya diimbau oleh UNESCO untuk dilindungi dan dilestarikan.

Bagi Indonesia sendiri keberadaan Aksara Nusantara bagai matisuri: hidup segan, mati tak mau. Dalam kondisi seperti ini, cepat atau lambat, aksara aksara daerah di Nusantara ini akan mati dan tiada (absolete).
Film dokumenter Javagraph sebuah gagasan ini menyajikan upaya dan perjuangan dalam menghidupkan aksara, khususnya aksara Jawa di kota modern Surabaya, ibukota provinsi Jawa Timur.
Ini adalah effort untuk menunjukkan eksistensi bahwa aksara Jawa masih ada di tengah belantara kemajuan zaman dan modernisasi.
Gagasan Dokumenter
Bertolak dari masih adanya semangat menghidupkan dan menguatkan aksara Jawa itu, maka muncullah gagasan untuk mendokumentasikan dinamika dan niat dalam meramut (ngramut), merumat (ngrumat) dan meruwat (ngruwat) aksara Jawa.

Dalam film dokumenter ini, objek utamanya adalah aksara Jawa dan persebarannya di Nusantara. Secara bersamaan dalam persebarannya itu, juga ditemui aksara aksara daerah lainnya seperti aksara Bali di provinsi Bali, aksara Sunda di Jawa Barat, aksara Lontara di Sulawesi dan aksara Sasak di Nusantara Tenggara Barat.
Maka bersama aksara Jawa, juga hadir aksara aksara Nusantara lainnya sebagai bentuk dan wujud keberadaan keragaman aksara Nusantara, yang keberadaannya tidak lebih baik dari Aksara Jawa yang mati suri.
Dokumenter ini juga merunut perjalanan panjang aksara Jawa, yang bermula dari aksara Jawa Kuna (Kawi) dan aksara Pallawa, yang diperkenalkan oleh pendeta Hindu Budha dan saudagar dari India.
Persebaran aksara dari India itu menjadi aksara aksara di rumpun negara negara Melayu.
Studi Banding
Secara terpisah memang ada negara negara lain, yang tetap eksis dengan aksaranya sendiri seperti China dan Jepang. Menariknya di negara negara itu, aksara daerah tetap hidup. Mengapa di Indonesia tidak. Mengapa demikian? Ini akan menjadi study komparasi dengan aksara aksara Nusantara.
Selain India, China dan Jepang, ada negara negara barat yang pernah memiliki hubungan historis dengan Indonesia. Di negara negara barat itu diketahui tersimpan aksara aksara Jawa baik, yang berasal dari Jawa atau dibuat di negara itu.
Apapun latar belakang sejarahnya bahwa di negara negara itu, aksara Jawa dihargai baik karena bentuk anatomi aksaranya yang indah maupun nilai nilai yang dikandungnya mulai dari nilai sejarah maupun nilai filosofinya.
Misalnya aksara Jawa, yang berupa terelief pada bangunan blue house di kota kecil Maxen, Jerman. Di balik Inskripsi aksara Jawa itu, ternyata ada sejarah pelukis terkenal Raden Saleh yang memiliki riwayat dengan masyarakat Jerman.

Di United Kingdom (UK) ada prasasti beraksara Jawa Kuna (Kawi) asal Jawa Timur. Yaitu Prasasti Sangguran atau Minto Stone yang tersimpan di lingkungan rumah keluarga bangsawan Lord Minto di Skotlandia.

Belum lagi di negara Belanda yang memiliki riwayat panjang dengan Indonesia. Kiranya masih tersimpan artefak artefak tentang peradaban Jawa dan Nusantara di sana. Mengapa mereka masih menyimpannya?
Selain aksara Jawa, di negara negara barat juga ada yang memiliki aksara lokal. Misalnya aksara Ibrani dan aksara Rusia. Apalagi di negara negara Jazirah Arab.
Imbauan UNESCO
Rangkaian aksara aksara dunia ini menjadi bagian dari study komparasi untuk saling menguatkan sesama negara yang masih memiliki aksara asli. Saling menguatkan ini perlu, seperti yang diimbau UNESCO melalui peringatan Hari Aksara Internasional.
Melalui peringatan Hari Aksara Internasional ini UNESCO untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi, termasuk kemampuan membaca dan menulis.
Tujuan itu menjadi pelecut ke internal Indonesia dalam upaya penguatan terhadap kemampuan ber aksara lokal (Nusantara) melalui program program yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Pemerintah Kota Surabaya mempelopori penulisan aksara Jawa pada kantor kantor mulai kelurahan , kecamatan hingga Balai Kota. Berikutnya adalah penulisan nama nama jalan, tempat tempat usaha, produk produk UMKM hingga pada kurikulum sekolah.
Implementasi penggunaan aksara Jawa ini secara hukum dipayungi oleh Peraturan Daerah tentang Pemajuan Kebudayaan. (PAR/nng)