
Rajapatni.com: SURABAYA – Masih menjadi tantangan yang membentang luas di depan kita dalam upaya mengenalkan aksara Jawa di Surabaya, kota modern yang heterogen. Satu tahun telah berjalan sejak dikeluarkannya Surat Edaran dengan nomor: 000/20389/436.7.17/2023 tertanggal 19 September 2023 oleh Sekretaris Kota Surabaya atas nama Walikota Surabaya tentang penulisan aksara Jawa di lingkungan kantor dan OPD pemerintah kota Surabaya.
Sekarang di seluruh kantor kantor pemerintah kota Surabaya mulai dari Kelurahan, Kecamatan, OPD hingga Balai Kota dan DPRD Kota Surabaya termasuk Rumah Sakit Daerah Kota Surabaya sudah berhias aksara Jawa. Tetapi masih ironis karena masyarakat nya masih minim keterampilan dalam beraksara Jawa. Selain masih terlalu banyak tidak mengerti, kesempatan untuk belajar aksara Jawa masih minim peminat. Padahal belajar aksara Jawa, yang digelar di museum Pendidikan Surabaya ini, gratis dan tidak dipungut Beaya.

Namun dengan sepinya peminat, karena jumlah peserta yang juga dibatasi kerena kapasitas ruang belajar, para peserta menunjukkan antusiasnya. Bahkan beberapa dari mereka ikut kembali pada gelombang belajar berikutnya sebagai volunteer asisten pengajar. Termasuk ada pula, yang membuka gerai souvenir, pernah pernik Kota Lama Surabaya, dengan mengandalkan penggunaan aksara Jawa yang memang dianggap memiliki nilai seni dan estetika.
Penggunaan aksara Jawa pada produk produk ekonomi kreatif ini sekaligus menjadi model pendokumentasian aksara Jawa yang komunikatif. Aksara Jawa menghiasi kaos, goody bag dan souvenir lainnya yang bisa dibawa dan dikenakan kemana mana.

Kreasi ekonomis ini ditunjukkan oleh salah seorang mantan peserta Sinau Aksara Jawa, Desi Margyani. Ia dan suaminya membuka stand souvenir Gyani’s House untuk mendukung kawasan wisata Kota Lama Surabaya.

Untuk menjaring peminat bergabung dalam kegiatan belajar aksara Jawa, Sinau Aksara Jawa, penyelenggara kegiatan Puri Aksara Rajapatni, bekerja sama dengan Creative Digital DG (Digital Generation) Preneur, yang menjadi tempat magang siswa siswi SMK. Peserta magang inilah yang selanjutnya mengisi bangku Sinau Aksara Jawa. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Ada peserta asal Surabaya dan juga Bangalan Madura. Meski jumlah peserta terhitung sedikit, namun mereka dapat hasil yang banyak. Sangat membanggakan sebagai penyambung keberlangsungan tradisi literasi Jawa di Surabaya

Kota Surabaya adalah tempat dimana aksara Jawa sudah digunakan sejak era Sunan Ampel. Sebuah inskripsi beraksara Jawa dapat dijumpai di blandar kayu dari salah satu Gapura Sunan Ampel.
Tidak cuma itu saja, prasasti beraksara Jawa juga dijumpai di Masjid Kemayoran Surabaya. Prasasti, yang terbuat dari logam Kuningan ini, menceritakan tentang riwayat pembangunan masjid oleh pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Gubernur Jendral JJ Rochussen, Residen Surabaya Daniel Franscois Willem Petermaat dan Bupati Surabaya Raden Tumenggung Kromojoyo Dirono.
Selain itu aksara Jawa juga digunakan dalam pecahan mata uang koin, yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris pada 1816-an dengan menuliskan nama Surapringga dalam aksara Jawa.

Tidak ketinggalan di komplek makam para bupati Surabaya di Pesarean Agung Sentono Botoputih Pegirian Surabaya juga terdapat nisan kubur yang beraksara Jawa.
Data historis di atas menunjukkan bahwa aksara Jawa sudah digunakan di Surabaya dalam lintas waktu dan tempat di wilayah Surabaya. Karenanya menjadi peminat belajar aksara Jawa berarti turut bersumbangsih melacak kembali sejarah peradaban tinggi Surabaya dan sekaligus menjaga dan melestarikannya. (PAR/nng).