Rajapatni.com: Surabaya (15/7/34) – Kota Lama Surabaya ꦭꦸꦮꦂꦧꦶꦪꦱ luar biasa. Sejak diresmikan oleh walikota pada 3 Juli 2024, keramaian terus mewarnai. Apalagi di akhir pekan. Kota Lama Surabaya sungguh menjadi kebanggaan.
Lalu lintas orang dan kendaraan berhimpit himpitan baik di jalan arteri maupun di jalan penopang. Keramaian lalu lintas di jalan arteri ꦫꦗꦮꦭꦶ Rajawali dan Jembatan Merah sangatlah lumrah dan bahkan indah yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan kota lama.
Kiranya berbeda dengan ꦏꦼꦫꦩꦻꦪꦤ꧀ keramaian yang ada di jalan Mliwis yang menjadi jalan penopang. Jalannya sempit yang diapit oleh tembok tembok rustic dan gedung gedung antik. Sangatlah cocok sebagai walking line, dimana pengunjung bisa santai menikmati eksotika jalan ini tanpa harus diganggu oleh lalu lintas kendaraan bermotor, kecuali kendaraan yang keluar dari gedung yang ada disana seperti dari gedung Bank Prima dan PTPN X. Jalan Mliwis adalah satu satunya akses untuk meninggalkan gedung gedung itu.
Kecuali kendaraan wisata Jeep, mobil antik listrik, ꦧꦼꦕꦏ꧀ becak, sepeda dan sepeda motor. Di sepanjang jalan itu, mereka berhenti untuk fotografi dan mencuci mata. Sungguh apik sekali suasana di sini. Perpaduan pejalan kaki, mobil antik, Jeep dan becak menambah eksotika jalan yang menangkap matarari terbenam, sunset.
Jalan ini memang membujur Timur – Barat. Di sepanjang jalan ini berupa paving batu alam sehingga memantulkan ꦱꦶꦤꦂ sinar tat kala Matahari terbenam. Keindahan sunset tidak hanya bisa dipandang dengan foreground lautan dan pegunungan. Di Surabaya sunset bisa dilihat di jalan Mliwis, kota Lama Surabaya.
Sayang kenyamanan berjalan jalan di jalan ini terganggu oleh mobil mobil umum yang melintas. Mobil mobil umum moderen itu ꦩꦼꦫꦸꦱꦏ꧀ merusak pemandangan klasik jalan Mliwis yang menjadi obyek fotografi para pengunjung.
Di ujung Timur jalan memang ada ꦭꦫꦔꦤ꧀ larangan bagi mobil untuk memasuki lorong jalan ini. Tapi khusus bagi mobil box yang tingginya 2,1 meter. Sehingga mobil mobil moderen masih bisa masuk dan tentu saja merusak pemandangan dan membahayakan. Tinggal menghitung hari kapan ada pejalan kaki akan terserempet mobil.
Jalan yang sudah ikonik ini hendaknya bisa dijaga agar tetap ꦚꦩꦤ꧀ nyaman dan aman. Tidak was was dan minggir jika ada mobil lewat. Jika yang lewat Jeep dan mobil antik, mereka tentunya menambah view yang eksotik. Tetapi jika yang lewat mobil mobil baru, maka menjadi rumit.
Kiranya perlu ada rambu lalu lintas yang melarang mobil memasuki jalan ini demi kenyamanan dan ꦏꦼꦄꦩꦤꦤ꧀ keamanan pengunjung dan pejalan kaki. Mobil mobil umum, kecuali dari gedung PTPN dan Bank Prima, dilarang masuk.
Jalan yang sudah membentuk identitas Kota Lama ini perlu pengawasan ketat agar selalu dan tetap nyaman serta aman bagi pengunjung setiap saat. Pasalnya setiap malam selepas dari pukul sebelas, jalan ini menjadi panggung ꦏꦺꦴꦤ꧀ꦠꦺꦱ꧀ꦠꦱꦶ kontestasi geng motor. Mereka memarkir kendaraannya di tengah tengah jalan sehingga mengganggu pengguna jalan yang hendak masuk dari Timur.
Ketika didatangi petugas Satpol PP, mereka ꦧꦸꦧꦂ bubar. Tetapi begitu petugas hilang, mereka kembali. Belum lagi kehadiran mereka dirasa sangat mengganggu warga yang tinggal disana. Tidak sekedar memarkir kendaraan di tengah jalan, tetapi mereka menyalakan kendaraan dan membleyer mbleyer kendaraan dan ketawa ketiwi keras. Hal ini sudah dikeluhkan oleh warga. Mereka adalah Muyi yang membuka warung di sana, Ricky, Ketua RT setempat dan Poliono.
“Tidak cukup ada petugas patroli. Tapi perlu ada pos bagi petugas di tempat ini. Petugas jangan saja ngepos di ꦠꦩꦤ꧀ꦱꦼꦗꦫꦃ Taman Sejarah. Tapi juga di jalan Mliwis karena jalan ini sudah menjadi pangkalan geng motor”, pungkas Ricky, Ketua RT 03/RW 10 Krembangan Selatan. (Nanang)