Aksara Adalah Dasar Jendela Pengetahuan dan Gerbang Keilmuan Dunia.

Rajapatni.com: Surabaya (29/8/24) – Memang sudah saatnya Surabaya sebagai kota besar tidak melupakan akar. ꦄꦏꦂ Akar adalah jati diri. Jatidiri itu adalah budayanya. Salah satu bentuk budaya adalah bahasa dan aksara.

Aksara adalah ꦆꦤ꧀ꦝꦿ indra dunia. Tanpa ada aksara kita akan buta. Aksara membentuk kata, kata membentuk kalimat. Kalimat membentuk paragraf. Paragraf membentuk bab. Bab membentuk buku. Buku adalah jendela pengetahuan dan gerbang keilmuan dunia.

Aksara Jawa (Carakan). Foto: ist

Karenanya dalam Hari Aksara Sedunia tahun 2024, UNESCO menetapkan tema: “Promoting multilingual education: Literacy for mutual understanding and peace”. Mengenal literasi alias tidak buta aksara akan membantu seseorang membuka ꦕꦏꦿꦮꦭ cakrawala untuk memahami dunia.

Ketika literasi yang dimaksud adalah literasi ꦠꦿꦣꦶꦱꦶꦪꦺꦴꦤꦭ꧀ tradisional maka kita dihadapkan pada aksara aksara tradisional yang masih ada di belahan dunia. Di Indonesia, khususnya Jawa, masih ada aksara Jawa (baru), Pegon, Kawi dan Aksara Sunda di Jawa Barat.

Mengetahui ꦠꦿꦣꦶꦱꦶ tradisi lokal berarti mengetahui jati diri bangsa. Mengetahui jati diri bangsa sangat diperlukan di era pergaulan global dan kerjasama global seperti saat ini.

Sekaligus dalam ꦫꦁꦏ rangka penguatan kebijakan pemerintah Kota Surabaya tentang penggunaan Aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni menggandeng pihak pihak yang dianggap bisa mengapresiasi jati diri Surabaya dan bangsa, yang disebut Nusantara. Peringatan Hari Aksara Internasional berarti mengenal kembali Aksara Nusantara, yang sekaligus memantapkan semangat Nusantara Baru, Indonesia Maju.

Setidaknya selama bulan September 2024, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni akan menggelar pameran lukisan dan rona rona peringatan bersama Wisma Jerman serta Kantor Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya pada tanggal 8 sampai 10 September 2024 di Wisma Jerman, jalan Taman Ade Irma Suryani (AIS) Nasution.

Kemudian di penghujung bulan September, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni bersama Surabaya Next Leader (SNL), Jurnalis Pokja Taman Surya (POTAS), Paguyuban Cak dan Ning Surabaya, Karang Taruna (KARTAR) Kota Surabaya dan LUdruk Nom Noman Tjap Arek Suroboyo (LUNTAS) akan meramaikan dengan panggung pertunjukan Ludruk, yang mengusung cerita Aji Saka di Pelataran Gedung Internatio Kota Lama Surabaya zona Eropa.

Cerita ꦄꦗꦶꦱꦏ Aji Saka ini dikemas ala ludruk Surabaya dan menghantarkan pesan hubungan antara pimpinan dan anak buah. Harapannya di kota Surabaya, kelak, akan tercipta hubungan harmonis antara pimpinan dan bawahan dalam mengelola kota Surabaya.

Agenda Peringatan Hari Aksara Sedunia (Internasional) 2024 ini mendapat sambutan dari stakeholder terkait. ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa adalah aksara lokal, yang sudah dikenal di Surabaya pada abad 15 M. Fakta ini dapat dilihat pada salah satu gapura Sunan Ampel yang menghadap ke jalan Sasak. Disana ada inskripsi aksara Jawa.

Keberadaan ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa secara historis tidak hanya ditemukan di kawasan Masjid Ampel, tetapi juga ada di Masjid Kemayoran yang berupa prasasti mengenai pendirian Masjid Kemayoran pada tahun 1840-an. Bukti otentik lainnya bisa dilihat di komplek pemakaman para Bupati Surabaya di Sentono Agung Botoputih, Pegirian Surabaya.

Waktu memang telah ꦧꦼꦂꦒꦤ꧀ꦠꦶ berganti dan banyak perubahan pun sudah terjadi, mengingat melestarikan budaya yang menjadi jati diri bangsa adalah tindakan bijak, maka salut kepada mereka yang mau gotong royong menguatkan jati bangsa ini. Terima kasih kepada pihak pihak yang masih punya peduli. Gusti Sagung Dumadi. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *